33 | bukan suara Dominic

6K 292 4
                                    

⚠️|| t y p o
⚠️|| c u s s i n g
• • • • • • • •

12.16
Entah sudah berapa hari ini keadaan kembali tenang. Dominic tenang, Carol tenang, ponselnya juga tenang. Mereka kembali menjalankan aktivitas mereka seperti normal. Namun jujur saja, masih ada ganjalan di hati Carol, terutama setiap kali ia bertatapan mata dengan teman Dominic yang belakangan ini, sering ia lihat. Seperti saat ini...

"Nick, jadi gak pergi hari ini?" Tanya Martin, entah sudah yang ke berapa kali hari ini. Ia nampak selalu bersungut-sunggut dan cepat tersinggung, padahal Carol hanya menatapnya.

"Oi, bacot. Gua gak bisa hari ini." Jawab kekasih Carol itu dengan nada kesal. Martin menoleh untuk menatap Carol, seakan-akan ingin mengatakan untuk membujuk kekasihnya itu untuk ikut pergi. Tapi memangnya dia itu siapa? Carol malah berpura-pura mengaduk minumannya dengan sedotan.

"Yaudahlah, Tin, kapan-kapan aja. Bebeb Mimi mau cayang-cayangan dulu sama bebeb Carol." Goda Leo dan sontak Carol tertawa dengan wajah memerah.

Dominic memutar matanya kesal, "lo berdua mau ngapain sih di sini?" Tanyanya dengan sinis.

Leo mencebikkan bibirnya dengan manja, "kan aku kangen Mimi."

Alis Dominic malah semakin menukik ke bawah, membentuk huruf V yang cukup jelas. Sedangkan Carol, ia malah tersenyum rapat, mencoba untuk menahan tawanya. Leo itu paling humoris di antara teman-teman kekasihnya ini.

"Dom, hari ini aku mau pergi sama Leah boleh?" Bisik Carol tepat di telinga lelaki itu. Ia melakukan ini hanyalah semata-mata agar ia bisa meluangkan waktu dengan Leah, bukannya menuruti permohonan Martin. Ah, si Martin itu, kenapa ya dia selalu terlihat sinis?

Kekasihnya itu menatapnya sejenak, masih dengan ekspresi yang sama, "oke, tapi weekend ini kamu stuck sama aku." Bisik Dominic dengan suara beratnya, dan itu langsung membuat rambut-rambut halus di leher gadis itu meremang.

Carol mengangguk setuju, Dominic yang melihat itu mengangguk sekali, bagai mengesahkan janji bisu mereka.

"Aduh, ngomongin apa sih kalian ini? Pake bisik-bisik segala. Anggep aja gak ada kita." Ujar Martin dengan senyuman nakal, tapi enatah mengapa Carol merasa lelaki itu mencoba untuk menyelipkan makna lain di balik kalimat atau senyumamnya.

Jantungnya berdebar kencang, apa si Martin ini tahu, bagaimana cara kekasihnya mengasihi perempuan itu? Pelipisnya berkedut dan pikirannya buyar sesaat kemudian ketika Dominic memanggil namanya.

"Carol, nanti aku jemput kamu pokoknya. Kamu mau ke mana hari ini?" Tanya Dominic dengan suaranya yang biasa, seolah-olah dia merasa tak keberatan teman-temannya mendengar.

"Ke GI deh kayaknya." Cicitnya pelan.

"Oh, deket tuh! Kita kan mau ke PI." Ujar Martin dengan bahagia. Sungguh, lelaki itu kelihatan bahagia. Sebenarnya ada apa sih dengan teman Dominic yang satu ini?

"Yaudah, nanti kalau kamu mau pergi kabarin aku ya." Ujar Dominic lagi dan Carol mengangguk sambil menatap manik lelaki itu.

15.26
Carol tengah bersandar pada sebuah pilar di lobi kampus. Di tangannya tergenggam ponsel baru yang dibelikan kekasihnya beberapa waktu laku. Gadis itu sesekali melirik pergelangan tangannya. Sudah sekitar lima menitan gadis itu menunggu temannya.

"Eh, udah nunggu lama ya? Sori, ya tadi rame banget dan gua jadi desek-desekan gitu turun tangganya." Ujar Leah saat Carol sudah melihat batang hidungnya dari kejauhan.

"Gak pa-pa lagi. Kuy jalan sekarang, lo bawa mobil kan hari ini?" Tanya Carol sambil mengingat-ingat percakapan mereka melalui pesan singkat tadi.

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang