⚠️|| t y p o
⚠️|| c u s s i n g
• • • • • • • •14.09
"Halo." Sapa Dominic dengan suara tegasnya. Jantung Carol berdegub kencang dan entah apa yang ia harapkan, rasanya sudah bingung ia mau bereaksi seperti apa lagi."Carol? Ah, Dominic bukan?" Jawab yang di seberang sana. Suaranya berat, dan itu adalah indikasi kalau sang penelepon adalah seorang laki-laki. Suara ini terdengar familiar, tapi suaranya seperti ketika mulutnya sedang ditutupi sebuah benda...seakan-akan orang itu tidak ingin identitasnya terbongkar.
"Iya, ada urusan apa lo sama cewek gua?" Sinis Dominic.
"Banyak. Banyak banget yang perlu gua omongin sama Carol. Tapi kalau seandainya Carol gak mau ngomong sama gua, bilangin kalo gua kangen banget sama dia. Bilangin, kalo gua pengen kita balikan lagi." Oke, mendengar kalimat itu membuat Dominic meledak.
"James? Lo james? Heh Bajingan, gua bilang apa tentang jangan pernah munculin muka lo di depan Carol ataupun gua? Lo mau berakhir di klinik, UGD, atau langsung kuburan, hah?! Jangan ganggu Carol lagi! Urusan lo sama pacar gua udah selesai!" Bentak lelaki dengan membabi buta, lalu mematikan sambungan telepon mereka.
Ia, lalu mengulurkan tangannya dan menyerahkan ponsel itu kembali ke sang pemilik. Carol menatap Dominic takut-takut.
"Ganti nomor kamu, kalau perlu ganti hape kamu!" Perintahnya masih dengan sisa-sisa nada marahnya yang tadi, "kalau perlu habis ini kita langsung pergi beli." Lanjut Dominic lagi.
"T-tapi nanti kau b-bilang apa sama orang tuaku, Daddy? M-mereka pasti b-bakal tanya-tanya." Ujar gadis itu dengan panik. Tapi amarah Dominic yang masih membara, membuat lelaki itu tak peduli akan konsekuensi lainnya.
"Bilang aja hape kamu jatoh, terus rusak, atau dicopet, atau apalah! Terserah! Yang aku mau kamu ganti hape!" Bentaknya lagi.
"K-kita ganti nomor a-aja deh, ya Daddy?" Carol masih berusaha untuk membujuk lelaki keras kepala itu. Tangannya memeluk lengan Dominic sambil menggoyang-goyangkannya dengan etika manja.
"Carol!" Bentak Dominic dengan nada mengancam dan sisi submasif perempuan itu langsung mencuat. Ia langsung menunduk dan mengangguk pasrah.
Dan setelah selesai makan dan membayar biaya yang perlu di bayak, Dominic menggiring Carol keluar dari sana dan memacu mobilnya pergi ke toko ponsel di mall terdekat dari sana.
15.22
"Jadi warnanya yang rose gold?" Konfir masi seorang wanita di kassa toko ponsel dengan merk sejuta umat itu."Iya." Jawab Dominic singkat. Masih terasa amarah di tenggorokkannya, namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Lelaki itu jadi lebih diam dan tatapannya mendingin.
"Mau sama casing-nya sekalian, Mas?" Tanya wanita itu lagi.
Dominic menoleh ke arah kekasihnya yang takut-takut menatap ke arahnya, ia nampak berpikir sejenak, "boleh. Kamu mau yang mana, Carol?" Tanyanya dengan suara yang terdengar kaku-kebiasan lelaki itu ketika sedang marah ataupun bertemu dengan orang baru.
"Ah, u-um...yang motif marble aja." Gumamnya pelan, dan wanita di kassa itu langsung mengernyitkan dahinya, bukan karena ia sedang menghakimi selera gadis muda itu, namun ia hampir tidak bisa mendengar suaranya.
"Yang motif marble, Mbak." Tegas Dominic saat ia merasa kalau gadisnya tak mampu untuk bicara lagi. Wanita kasir itu mengangguk dan segera mengeluarkan beberapa model dan Carol menunjuk salah satu dari sekiranya lima sampai enam model yang tersedia.
Keluar dari toko ponsel, keduanya terdiam-Dominic terdiam, jadi Carol juga ikut terdiam. Ia hanya bisa memperhatikan dominannya, tanpa berani mengucapkan sepatah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey Money
Romance● | completed [ 18-02-18 ] △ | 16+ △ | not edited △ | s̶e̶r̶i̶n̶g̶ ̶g̶o̶n̶t̶a̶-̶g̶a̶n̶t̶i̶ ̶c̶o̶v̶e̶r̶ "Panggil gua daddy dan turutin perintah gua, maka semua yang ada di dunia jadi milik lo." "Udah gila kali ya, lo?" • • • Carol, gadis itu tak pern...