21 | nama lo James?

7.5K 401 3
                                    

10/10/17,
Hai gengs hayo siapa yg masih bangun

|| t y p o
|| c u s s i n g
• • • • • • • •

14.04
"Dah, Dani. Besok aku ke sini lagi. Jangan bikin susah Mama sama Papa, ya." Pamit sekaligus Nasihat Dominic di depan pintu rumah orang tuanya sambil mengacak rambut Danica dengan gemas.

"Jangan lupa loh, Nick. Ajak pacar kamu ke sini besok. Aku penasaran!" Serunya dengan suara yang menggemaskan.

Dominic meletakkan jari di depan dagunya sambil nampak pura-pura berpikir, "cuma kalau kamu janji gak bakal ngomong yang aneh-aneh tentang aku di depan dia. Janji?" Kini lelaki itu mengulurkan jari kelingkingnya, meminta dikaitkan dengan kelingking adiknya bagai sebuah tanda dari sebuah janji.

Danica, cepat-cepat mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking kakak lelakinya, "iya, iya, aku janji. Da-dah, hati-hati di jalan ya, Nick." Mereka berpelukkan singkat sebelum Dominic pergi ke garasi di rumah mewah itu dan memacu Porsche-nya keluar dari sana.

Selama perjalanan, yang ada di kepala lelaki itu adalah tentang sikap ayahnya yang selama ini ia ketahui kalau beliau jelas lebih setuju tentang Dominic yang akan mengambil alih perusahaan keluarga dibanding Darcy yang jelas-jelas mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mendapatkan porsi sekecil apapun di sana.

"Goddamn bästard!" Umpat lelaki itu kaget, saat ia hampir saja menabrakkan salah satu mobil kesukaannya dengan sebuah Honda Mobilio hitam di sisi kirinya.

Kedua mobil itu berhenti di pinggir jalan dan sang pengendara Mobilio itu mengetuk kaca filmnya dengan tak sabaran. For fück's sake, rasanya Dominic ingin membakar orang itu hidup-hidup. Berani-beraninya dia menyentuh kaca Porsche-nya ini.

Dominic keluar dari mobil setelah si pengendara Mobilio itu mundur. Ia menatap pengendara itu dengan tajam. Beberapa bagian dari dirinya bersumpah kalau ia pernah melihat pria yang nampaknya juga seumuran dengannya.

"Kalau nyetir gunakan otak Anda sedikit ya, jangan main pindah jalur seenaknya begitu dong! Toløl banget sih!" Omel pria itu dengan membabi-buta. Beruntung Carol tidak ada di sini, kalau sampai gadis itu ada di sini mungkin ia bakal memberi tahunya untuk meminta maaf kemudian berlalu dibanding menyelesaikan masalahnya dengan cara Dominic. Gadisnya itu terlalu lembut.

Pemikiran akan Carol membuatnya menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan, "saya tahu saya salah. Terus, saya juga gak sampai nabrak mobil Anda 'kan? Jadi adu jotos seharusnya gak dibutuhkan, bukan?" Dominic berusaha untuk membujuk pria di depannya untuk menganggap kesalahan berkendaranya sebagai angin lalu.

Tapi lelaki itu menatapnya nyalang dan malah semakin ingin menantangnya, "memang gak sampai nabrak sih, tapi kalau seandainya beneran kejadian gimana? Jangan begi-"

Mata itu, dan cara dia menatap sinis, rasanya Dominic benar-benar pernah melihatnya. Lalu ia teringat sesuatu, "oh shït! Lo...nama lo James?" Kini matanya menatap lelaki itu dengan penuh tuduhan.

Mata lelaki itu kini menatap Dominic dengan pancaran sinar bingung, "Dari mana lo ta-"

"Kenalin, gua Dominic. Pacar baru dan terakhirnya Carol. Gua heran sama Carol yang masih biarin bajïngan kayak lo lolos gitu aja. Ah, dia orangnya terlalu lembut sih." Ujar Dominic dengan penuh kecongkakkan, dan lelaki bernama James itu hanya bisa menatap Dominic terperanjat.

Matanya melirik lelaki di hadapannya dari atas sampai ke bawah lalu beralih ke mobil yang tadi ia ketuk kacanya. Oh shizzle! Pacar baru Carol Or-Kay? Jadi itu bukan cuma gosip tolol?

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang