wattpad error, gua kesel. maap
ya telat update, enjoy.⚠|| t y p o
️⚠️|| c u s s i n g
• • • • • • • •09.22
Kelas sudah berlangsung sejak sekitar dua puluh menit yang lalu, dan selama dosennya sedang berkoar-koar di depan kelas, Carol merasa kesulitan untuk menemukan fokusnya.Seluruh tubuhnya terasa lelah dan matanya terasa berat. Wajahnya nampak begitu kacau. Matanya bengkak, hidungnya kemerahan, bibirnya terlihat pucat. Ia terlihat seperti orang sakit, walau pada kenyataannya ia begitu karena bergadang semalaman sampai jam dua pagi-dan itu bukan karena tugas, melainkan kata-kata Marrin itu bagai melekat di otaknya.
"Carol, lo lagi sakit?" Bisik Felix yang duduk di sebelahnya saat itu. Gadis itu buru-buru menoleh ke kirinya.
"Enggak," elaknya buru-buru dan itu bahkan terdengar seperti bentakkan, "um...mungkin cuma agak enggak enak badan aja." Ujarnya lagi, berusaha untuk terlihat meyakinkan.
Yang ia butuhkan saat ini adalah jauh dari laki-laki lain supaya Dominic-nya itu tetap tenang dan senang. Namun takdir berkata lain, kemarin malam Martin, dan sekarang ini Felix. Ya Tuhan, cobaan macam apa ini?
"Mau ke UKK aja gak? Ayo gua anterin." Bisik Felix lagi dan suaranya terdengar mendesak.
"Gak usah, gua fine-fine aja, Fel. Stop, oke. Gua pengen dengerin." Gumam Carol pelan, namun suaranya terdengar marah.
Setelah itu, Felix hanya menatapnya sejenak dan mengangguk penuh kekalahan sebelum memutar kepalanya kembali ke depan-ke arah dosen.
Hari ini hari Jumat, yang artinya besok Sabtu dan besoknya lagi Minggu, dan itu artinya dia harus menghabiskan waktunya dengan Dominic. Lalu setelah weekend berakhir, terbitlah neraka bernama Senin.
Senin itu sendiri sudah menyebalkan untuknya, lalu Martin memutuskan untuk membuat seninnya nanti itu menjadi hari mengerikan yang membuat jantung berdebar-debar, menunggu dalam ketaktentuan.
Entah sudah keberapa kalinya di hari itu Carol membuang napasnya keras-keras. Matanya terasa berat betul di kala itu. Rasanya lebih baik tidur saja dari pada mendengarkan dosen ini.
Mungkin di kelas berikutnya dia bisa minta izin untuk pulang. Tangannya bergerak untuk memgambil ponselnya, namun saat ia menatap meja di depannya hanyalah terdapat binder, kotak pensil, serta beberapa kertas-kertas pentingnya. Ponselnya hilang entah kemana.
Matanya kembali segar dan otaknys menjadi panik. Ponselnya hilang.
"Cari apa, Carol?" Bisik Felix lagi, dan Carol buru-buru mengangkat kepalanya untuk menatap lelaki itu.
"Hape gua." Jawabnya pelan, masih berbisik. Namun mata serta tangannya masih bergerak dengan panik.
"Hape? Yang ini?" Tanya lelaki di sebalahnya sambil menunjukkan ponsel berwarna rose gold yang beberapa waktu lalu kekasihnya belikan.
Ia mengangguk, "ketemu di mana?"
"Ada di atas meja. Lo enggak liat kali tadi."
11.23
Mata Carol berkaca-kaca, sudah sekitar tiga sampai empat kali ia menguap dengan segelas teh hangat di depannya. Tasnya ia letakan di bangku kosong sebelahnya. Ia berada di kantin sedang menunggu Dominic untuk ke sini. Ia bisa saja sih menelepon lelaki itu, atau mengirimi pesan singkat, tapi ponselnya itu tak mendukung aksinya. Kuota dan pulsanya nihil."Oi, Nick, itu ada bebeb Carol." Seru seseorang yang terdengar seperti temannya Dominic. Carol menolehkan kepalanya ke arah sumber suara itu datang, benar saja itu dia Dominic dan kawan-kawannya. Mereka segera bergegas ke meja Carol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey Money
Romance● | completed [ 18-02-18 ] △ | 16+ △ | not edited △ | s̶e̶r̶i̶n̶g̶ ̶g̶o̶n̶t̶a̶-̶g̶a̶n̶t̶i̶ ̶c̶o̶v̶e̶r̶ "Panggil gua daddy dan turutin perintah gua, maka semua yang ada di dunia jadi milik lo." "Udah gila kali ya, lo?" • • • Carol, gadis itu tak pern...