16 | kerja kelompok

9.7K 477 6
                                    

⚠|| t y p o
⚠|| c u s s i n g
⚠|| l o w k e y smut
⚠|| d a d d y kinks
• • • • • • • •

16.27
Hari ini, hari jumat. Ia harus menemani pacarnya untuk tugas kelompok. Sebetulnya ia tak peduli apa yang akan ia dan kekasihnya lakukan, selama melakukannya berdua.

Namun ia harus melihat pacarnya berinteraksi secara berlebihan dengan mahkluk berjenis kelamin pria selain dirinya. Sungguh, itu sangat menyiksanya.

"...nah, kayak yang gua bilang kemaren aja, Lix. Modelnya udah pas kayak gitu, tapi sekarang bagusnya pake bahan apa ya?" Dominic benar-benar tidak bisa melepaskan tatapannya dari gadis di sebelahnya. Tangan kirinya dengan setiap selalu berada di paha gadis itu. Kadang berjalan naik dan turun, tapi itu malah mendapat tatapan maut dari Carol.

"Waduh, yang kayak gitu gua kurang tahu deh. Tapi sih menurut gua mending pakai satin atau sutra, biar kelihatannya semakin elegan." Sahut Felix dengan konsentrasi penuh kepada partner kerjanya.

"Hm. Yaudah pakai sutra aja kalo gitu. Jadi model yang A, warnanya forest green, bahannya sutra ya." Konfirmasi Carol sembil menunjukkan kertas-kertas berdisi gambar serta tulisan-tulisan kepada Felix. Lelaki itu mangangguk setuju.

"Okay. Trus untuk urusan aksesorisnya gua udah bikin beberapa gambar sih. Nih, lo coba lihat deh." Felix menyerahkan kertas gambarnya ke Carol.

Kepala gadis itu mengangguk-angguk, "cocok, cocok. Cocok banget sama bajunya. Terus septunya lo juga yang urus kan?"

Rasanya Dominic bisa mati kebosanan jika harus bertahan lebih lama di sana. Tapi kalau ia pergi, ia takut lelaki bernama Felix itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Demi Carol, gumam pria itu dalam hati sambil menatap Carol.

"Iya, gua udah bikin sih sketsa kasarnya cuma masih belum ketemu model yang pas." Ujar pria di depannya dan gadisnya itu.

Dominic berpangku tangan, kini perhatiannya teralihkan ke lelaki di depannya.

Kalau dilihat-lihat, sejujurnya lelaki bernama Felix ini cukup tampan, lalu pertanyaannya adalah kenapa mereka enggak jadian? Apa Felix ini terlalu malu-malu? Atau gadisnya itu terlalu pandai membuat area friendzone?

Tanpa sadar Dominic mendengus, menahan tawanya. Memang benar gadisnya ini terlalu pandai membuat area friendzone. Kalau saja waktu ia terus mengikuti permainan gadis itu, mungkin sekarang ia bakalan tetap terjebak di zona mengerikan itu.

"Gua sih udah lihat beberapa refrensi. Nih, lo coba lihat-lihat dari sini aja. Nanti lo tambahin beberapa aksen yang kita pake buat dressnya." Usul Carol sambil menunjukkan seuatu halaman di internet dengan ponselnya.

17.08
Tanpa sadar diskusi itu sudah berlangsung selama setengah jam, dan Dominic semakin lama semakin kebosanan. Entah sudah berapa banyak es teh tawar yang ia pesan untuk menemaninya di sana.

Tangannya yang melingkar di pinggang atau yang terkadang merayap di paha gadis itupun sudah terasa panas, terutama setiap kali ia menangkap perhatian-perhatian yang Felix tunjukkan untuk Carol. Rasanya ia hampir meledak di sana.

Gadisnya tak perlu perhatian dari orang lain selain dirinya. Tugas Dominic sebagai pacar itu cuma memberikan seluruh perhatiannya dan memberikan seluruh hatinya kepada gadis itu.

Jadi jelas saja kalau Felix telah mencuri tugasnya setiap kali ia pergi ke kasir untuk memesankan minuman untuk gadisnya ataupun setiap kali ia menanyakan apa lagi yang gadisnya perlukan.

Kepala Dominic seperti sedang kebakaran dan hatinya ditusuk-tusuk oleh belati-belati kecil beranama cemburu, amarah, serta rasa takut. Ia cemburu gadisnya berinteraksi secara berlebihan dengan Felix, ia marah dengan Felix yang memberikan gadisnya perhatian, dan ia takut gadisnya sudah tidak menginginkannya dan memilih untuk bersama Felix.

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang