13 | abangnya

12.3K 540 5
                                    

|| t y p o
|| l o w k e y smut
• • • • • • • •

17.18
"Jangan." Perintah lelaki itu saat carol melihat ke arah lain. Suaranya lemah, Namun masih terdengar nada mengintimidasi darinya.

Mata Carol kembali melihat ke arah Dominic dengan wajah memerahnya. Dengan perlahan Dominic membawa wajah mereka berdua semakin dekat hingga bibir mereka menempel. Melihat lelaki itu menutup matanya, Carolpun juga melakukan hal yang sama.

Lelaki itu mulai menggerakkan mulutnya, mengigit bibir bawah gadis itu dengan perlahan hingga ia membuka mulutnya dan lidah Dominic mulai memasuki mulutnya secara tiba-tiba. Carol membuka matanya-tersentak.

Masih dengan wajah kagetnya, Carol mendorong sedikit tubuh tegap lelaki di depannya dengan tangannya-membuat lelaki itu juga kaget. Namun sedetik kemudian, ekspresi marah terpampang di wajah tampan Dominic.

"Maaf, Daddy. A-aku gak maksud, tapi aku kaget." Jelas Carol dengan takut-takut. Kerutan di wajah Dominic berkurang sedikit setelah mendengar penjelasan gadis di depannya. Wajar saja Carol bertindak seperti itu, gadis itu masih polos-persis seperti seleranya.

"Gak papa. Salah aku juga sih. Mau nonton?" Tawar Dominic. Carol langsung menatpnya dengan mata besarnya. Karena untuk pertama kalinya seorang Dominic menawarkan-bukan memerintahkan.

Gadis itu mengangguk, "boleh." Jawabnya dengan senyuman manisnya, membuat jantung Dominic harus bekerja ekstra.

Ternyata jatuh cinta itu tidak diperlukan keahlian khusus-cukup melihat senyuman gadis itu lalu kakinya langsung berubah menjadi jeli, perutnya bagai digelitikki kupu-kupu, dan jantungnya langsung berdebar seperti habis lari maraton.

18.00
Kini Porsche Dominic telah terparkir sempurna di depan rumah bergaya sedernaha milik gadis itu-kediaman keluarganya gadis itu.

"Daddy, ayo ikut aku masuk. Ada yang mau kenalan sama Daddy." Pinta gadis itu dengan nada memohon sambil memegangi tangan besar lelaki itu dengan tangannya yang lebih kecil tentunya.

"Okay." Hanya satu yang diperlukkan untuk membuat Carol menjadi lebih senang lagi. Akhirnya permintaan abangnya bisa ia penuhi.

Omong-omong soal abangnya, ternyata ia benar-Carol akan menjalin hubungan asmara dengan lelaki itu. Okay, bukan akan tapi sudah. Sudah resmi.

Tangan besar itu tetap menggenggam tangannya bahkan saat mereka masuk ke dalam rumah setelah Carol memberi tahu kalau ia sudah pulang pada orang-orang rumah.

"Mama." Sapa Carol saat mendapati ibunya di dapur. Dominic masih saja betah berada di sampingnya walaupun begitu.

"Ayo, duduk. Makanannya udah mau siap." Ujar ibunya menyuruh kedua insan itu untuk duduk.

"Dominic sukanya makan apa? Maaf nih tante cuma masak ini-ini aja. Carol gak kasih tahu sih kamu mau dateng." Gerutu ibunya dengan gaya yang lucu-mirip seperti anaknya.

"Aduh, Mama. Carol mana tahu juga. Ini diluar rencana, tahu. Ngomong-ngomong, Abang ada di mana?" Tanya Carol setelah meletakkan 5 piring kosong di atas permukaan meja makan.

"Di kamarnya, sekalian panggilin suruh turun ke bawah, ya." Gadis itu mengangguk dan pergi menghilang membuat Dominic merasa agak hampa.

18.11
"Bang, makan dulu. Udah siap nih makanannya." Ujar Carol dari balik pintu kamar Ken.

Ken membuka pintu kamarnya dan mendapati Carol masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi pagi-artinya ia belum mandi.

"Baru pulang, lo?" Gadis itu mengangguk. Lalu masuk ke kamar abangnya yang sedang shirtless-sudah menjadi pemandangan umum di rumah itu.

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang