4 - Sebelahan?

14K 1.3K 21
                                    

"Apa kau bosan ada di sini?" tanya lelaki yang menjadikan Eunha sebagai pacar sewaan saat mereka menyantap makanan kecil di resepsi pernikahan ini.

"Sedikit." Eunha berkata jujur. "Tapi semua bisa diatasi saat aku bisa menyantap makanan." Perempuan itu menghela napas. "Perutku lapar dan mantanmu terus saja menanyakan hal-hal tidak penting."

Pengantin di pernikahan ini tidak berjam-jam berdiri di pelaminan untuk menyalami para tamu, melainkan berbaur dengan tamunya dan mengobrol ria.

Saat Eunha memperkenalkan diri sebagai pacar Joo, mantannya terlihat sinis sekali. Dia banyak tanya dari mulai ... bertemu di mana? Udah berapa tahun? Dan blabla lain. Untung saja tadi sebelum pergi ia dan Joo sudah membahas soal kebohongan yang akan ia berdua gunakan untuk membalas pertanyaan tentang hubungan mereka.

"Dia memang cerewet, itu sebabnya hubungan kami berakhir."

Eunha hanya mengangguk. Tidak ingin bertanya lebih jauh karena itu bukan urusannya.

"Oh iya." Eunha melirik jam yang ada di ponselnya. "Dua puluh menit lagi waktu habis. Kalau kau mau perpanjang, bayar dengan biaya tambahan."

Joo tersenyum manis. "Tidak masalah, Baby."

Joo mengajak Eunha untuk menonton bioskop dulu dan jalan-jalan di mall. Tentu saja perempuan itu menerima ajakan dengan senang hati. Joo bilang, biaya tambahannya adalah membayar apapun yang Eunha beli di mall, dan Eunha tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Kau tinggal di sini?" tanya Joo saat Eunha meminta berhenti di salah satu apartemen yang terkenal paling mahal di kota ini.

"Bukan. Aku di sini menemani saudaraku. Dia sendirian karena orang tuanya pergi ke luar kota," bohong Eunha. "Hm, terima kasih untuk hari ini, Joo. Senang bisa bertemu denganmu."

Eunha mendekatkan wajahnya ke wajah lelaki itu, lalu mencium bibirnya secara tiba-tiba membuat Joo kaget. Lama-lama, ia membalas ciuman panas dari Eunha.

"Aku pergi dulu, dah." Eunha menenteng belanjaannya dan membuka pintu mobil.

Sebelum sampai sini, ia sudah menelpon Andrew dan menyuruh laki-laki itu menunggu di taman yang ada di apartemen ini. Taman yang banyak dikunjungi penghuni apartemen bila malam hari karena pemandangannya yang indah.

"Hello, love." Andrew menyambut kedatangan Eunha dengan ciuman. "Aku menunggu daritadi."

"Maaf ya, tadi macet banget di jalan. Kau tahu sendiri bagaimana kota ini, bukan?"

"Tak masalah, love. Yang penting kau sudah bersamaku." Andrew melirik kantung belanjaan Eunha. "Mau aku bawakan?"

"Ah." Eunha menyerahkan kantung itu pada Andrew. "Terima kasih, kau tahu saja aku lelah."

"Semua terlihat jelas di matamu, darl."

Andrew merangkul pinggang Eunha dan membawa perempuan itu menuju di mana tempatnya berada.

Eunha dan Andrew masuk ke dalam lift. Wajah Eunha berubah tegang ketika melihat seseorang yang berada di satu lift yang sama dengan ia dan Andrew.

Andrew masih merangkul pinggang Eunha dengan satu tangan yang sibuk mengecek ponsel. Sementara, lelaki yang tadi ia temui di mall itu menatapnya dengan tatapan dingin.

Eunha dan Jungkook sama-sama tak mau melepas kontak mata satu sama lain sampai akhirnya pintu lift terbuka.

Andrew, Eunha dan Jungkook sama-sama keluar lift. Lebih mengejutkan, ternyata Jungkook masih mengikutinya dari belakang. Eunha melirik sekilas dari ekor mata.

Andrew yang sudah memasukkan ponsel ke saku celana, mengecup kepala dan kening Eunha di sepanjang lorong. Eunha masih mendengar suara langkah kaki lain di belakang mereka.

Eunha yakin Jungkook masih ada di belakangnya.

Sesampainya di kamar nomor 1212, Andrew berhenti dan mengeluarkan kartu yang merupakan kunci apartemen.

Perempuan yang ada di sebelah Andrew membulatkan mulutnya saat melihat Jungkook melakukan hal sama di pintu apartemen sebelah.

Tanpa melihat ke arah Eunha lagi, Jungkook masuk ke dalam dan menutup pintunya.

Jadi ... Jungkook punya apartemen lain yang letaknya sebelahan dengan Andrew?

Astaga.

[]

Selir Hati [Jungkook-Eunha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang