19 - Menangis

9.2K 1K 128
                                    

"Sial!" desis seorang lelaki yang sedaritadi ralat, bahkan selalu mengumpat setiap kali melihat wanita itu. Taehyung ingin sekali menghampiri Eunha dan membujuknya agar mau ikut Taehyung pergi dari kota ini. Sayangnya, para bodyguard suruhan Jungkook yang beberapa hari lalu sempat memukulnya sampai babak belur karena hendak menghampiri Eunha, masih menjaga gadis itu dari jauh. Taehyung tidak bisa melawan para bodyguard itu sendiri karena dia yakin dia pasti kalah.

'Jungkook sialan! Lelaki itu terlalu banyak mencampuri urusannya dengan Eunha,' batin Taehyung dalam hati.

Eunha tak pernah tahu jika sejak Taehyung mengejarnya di rumah sakit, Jungkook menyewa para bodyguard untuk melindungi wanita itu. Mereka ditugaskan menjaga Eunha bila Jungkook tidak ada di dekatnya, memastikan wanita itu baik-baik saja dan tidak bertemu dengan bedebah bernama Taehyung lagi.

Eunha berpikir, Taehyung sudah menyadari kesalahannya dan berniat kembali pada Kak Yerin. Apalagi, anak mereka baru saja lahir.

Wanita yang baru saja keluar dari kelasnya itu, merasa lapar. Akhirnya dia memilih untuk makan di kafetaria yang ada di kampus. Eunha juga menunggu kedatangan Sinbi, karena dia sudah janjian dengan Sinbi untuk menitipkan hadiah buat anak Kak Yerin.

"Sinbi, di sini." Eunha melambaikan tangan, bicara tanpa suara ketika Sinbi baru saja datang dan terlihat mencari keberadaan Eunha.

Gadis yang mengenakan seragam kerja itu ikut melambaikan tangan, kemudian menghampiri Eunha dan duduk di hadapannya.

"Maaf aku telat, macet di pertigaan tadi," kata Sinbi sembari tersenyum. "Sudah nunggu lama ya?" Gadis itu melirik ke arah piring yang hanya tersisa tisu dan bekas bungkusan burger, juga milkshake coklat yang hanya tersisa es batunya saja.

"Tidak. Tapi aku lapar makanya makan dengan lahap."

"Aku lihat akhir-akhir ini kamu makin berisi," ucap Sinbi. "Pipimu juga tambah tembam."

"Masa sih?" Eunha memegang kedua pipinya sendiri. "Enggak ah. Mungkin cuma perasaanmu." Eunha membantah. "Dari dulu kamu bilangnya aku kan gemuk terus."

Mendengar itu, Sinbi terbahak. "Yaampun Eunha, sampai sekarang kamu masih inget aku dulu sering ngomong gitu?"

"Aku gak pikun." Wanita berambut sebahu ini menepuk lengan sahabatnya. "Omong-omong kamu mau makan apa? Sekalian aku juga mau pesan lagi."

"Apa?" Sinbi kaget. "Kamu udah abis ... bentar." Sinbi menghitung bungkus bekas burger yang dimakan Eunha. "Udah abis lima dan mau nambah?"

"Tapi aku masih laper." Eunha mengelus perutnya. "Aku mau lagi."

"Haa, dasar rakus banget, sih." Sinbi ikut berdiri, kemudian merangkul bahu wanita yang lebih pendek darinya. "Ayo pesen bareng deh."

Mereka berdua mengobrol masalah Kak Yerin dan keluarganya, juga masalah Taehyung yang akhir-akhir ini tak pernah muncul di hadapan Eunha lagi.

"Mungkin laki-laki itu sudah masuk jurang dan mati, siapa tahu?" Sinbi berkata sembari mengedikkan bahu. Kembali mengunyah burgernya tanpa rasa bersalah. "Omong-omong, bagaimana rasanya jadi selir konglomerat itu? Kamu bahagia?"

Melihat reaksi Eunha yang tersenyum ketika Sinbi mengatakan itu, dia sudah tahu jawabannya. "Aku yakin kamu bahagia."

"Aku bahagia, Sinbi. Tapi aku yakin kebahagiaanku hanya bersifat sementara. Karena dia gak bisa aku milikin buat selamanya."

Sinbi mengulurkan satu tangan untuk menepuk bahu Eunha yang menunjukkan raut wajah putus asa. "Aku bisa merasakan apa yang kamu rasa, Na. Sayangnya aku gak bisa bantu apa-apa selain mendoakan yang terbaik buat masa depanmu."

Selir Hati [Jungkook-Eunha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang