7 - Benci

14K 1.2K 97
                                    

Eunha berdecak sebal sambil mondar-mandir di kamar apartemennya. Banyak tawaran masuk hari ini, dan ia hanya bisa membaca pesan tanpa membalas. Meski ada yang sampai menelponnya, Eunha bingung mau angkat atau tidak.

Kemarin, ia sudah sepakat dan menandatangani materai di surat perjanjian yang Jungkook berikan. Lihat, bahkan untuk menjadi selir seorang konglomerat saja repotnya seperti ini.

Jungkook sudah seperti suami posesif. Ke sini gak boleh, ke sana gak boleh tanpa izin Jungkook, bahkan Eunha harus lapor kalau mau pergi kemana-mana. Dan masih banyak lagi.

Kemarin Eunha tak sempat membaca dengan baik karena langsung melihat nominal uang yang tertera di surat itu. Ia sendiri sampai menganga dan langsung menandatanganinya. Jungkook yang tahu itu, tersenyum dan bertanya apa Eunha tidak ingin membacanya lebih dulu? Dan setelah Eunha membaca peraturannya, rasanya Eunha mau tenggelam di laut arktik saja.

Deringan telpon membuat Eunha berhenti dan mengeceknya. Ia pikir salah satu pelanggannya kembali meneror, namun ketika ada tulisan Kukies di layar, ia langsung mengangkatnya.

"Halo, sayang. Kau sedang apa?"

Kalau saja Eunha tidak sedang banyak pikiran, rasanya menyenangkan bisa dipanggil sayang oleh lelaki kaya itu.

"Aku sedang pusing dengan nasibku."

"Kenapa?" Terdengar suara gemrisik sebentar, kemudian Jungkook kembali bersuara. "Apa nol dalam nominal uang yang ada dalam surat kemarin kurang banyak untukmu? Apa aku harus memberikan semua hartaku supaya kau kembali ceria?"

Eunha tersenyum malu. "Apa aku terlihat begitu cinta uang di matamu?"

"Ya, tentu."

Huh, Eunha berdecih dalam hati. Kenapa Jungkook harus berkata jujur?

"Aku merasa mendapat teror dari pelangganku karena aku hanya membaca pesan mereka tanpa membalasnya."

"Apa pria-pria hidung belang itu yang kau maksud?"

"Ya." Termasuk kau salah satunya, Kuki. "Aku harus bagaimana?"

"Aku akan membelikanmu ponsel baru," jawab Jungkook dengan tenang. "Buang saja ponsel keluaran lamamu itu."

'Keluaran lama katanya? Bahkan Eunha baru membeli model ponsel terbaru sekitar setengah tahun lalu.' Batin Eunha.

"Aku mau yang lebih mahal dari harga ponselku sekarang."

"Setelah aku belikan, aku mau kau juga melayaniku. Jadi, siapkan penampilan terbaikmu sayang."

"Aku tidak akan mengecewakanmu, bos besar."

"Kau pintar, selirku." Jungkook tertawa setelah mengatakan kalimat itu. "Aku akan ke apartemenmu pukul enam sore. Tunggu aku."

Tepat setelah Jungkook mematikan ponselnya, ia mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Ketika ia menoleh, sosok Yeri tengah tersenyum dengan riang. Ia mengangkat sesuatu yang ada di tangannya kemudian berkata, "Mari makan. Aku bawa makan siang untukmu."

Gadis itu, Yeri, tak pernah bosan berusaha membuat hati Jungkook luluh padahal Jungkook tidak mengharapkan kehadirannya. Ia selalu berusaha mendekat dan memaksa Jungkook agar menuruti apa maunya. Yeri juga tak segan-segan mengadu pada Mama Jungkook bila lelaki itu bersikap dingin terus.

Jungkook menatapnya sebentar kemudian berkata, "Kau makan saja sendiri, aku akan makan di luar."

Belum sempat Jungkook melangkahkan kaki untuk menghindarinya, Yeri menarik tangan lelaki itu dan mencengkramnya agak kuat. "Kau tidak tahu aku membuat ini dengan susah payah?"

"Aku tidak pernah menyuruhmu membuat makan siang untukku."

"Setidaknya hargai aku, kak. Aku bahkan harus belajar masak bersama teman-temanku selama dua minggu dan rasanya melelahkan."

Jungkook melihat wajah Yeri terlihat sedih. Namun, lelaki itu sudah terlalu muak dengan semuanya.

Pintu ruangan terbuka dan menampakkan sosok office boy yang hendak mengantarkan pesanan Jungkook.

"Omong-omong kau masak apa?"

Mendengar ucapan Jungkook, dengan semangat Yeri menjawab, "Rendang."

"Ah, sepertinya enak." Jungkook mengangguk yang membuat senyum langsung mengembang di wajah Yeri.

Office boy itu menunduk sebentar saat berhadapan dengan bos juga calon istrinya yang sudah dikenal satu kantor, kemudian meletakkan pesanan Jungkook di atas meja.

"Gery,"

"Iya, pak?" Lelaki itu terlihat kikuk saat pemilik perusahaan ini memanggilnya menggunakan nama, bukan kata kau.

"Calon istriku memasakan rendang untukmu." Jungkook merebut kotak bekal dari tangan Yeri, kemudian menyerahkannya pada Gery yang membuat kening gadis itu berkerut.

Wajah Gery langsung berbinar saat menerima kotak bekal itu. "I-ini benar buat saya, pak?"

"Bu-bu ...."

Jungkook memotong ucapan Yeri, "Ya. Dia ingin kau juga mencicipi hasil masakannya," ucap Jungkook santai sembari memasukkan tangan ke kantong celana. "Jangan lupa beri tahu padaku bagaimana rasanya."

Yeri tak bisa berkata apa-apa selain melebarkan mulut. Bagaimana bisa?

"Kenapa kakak menyerahkan hasil masakanku pada office boy itu? Aku kan masak buat kakak!" bentak Yeri dengan mata berkaca setelah Gery keluar ruangan.

"Kau bilang kau ingin masakanmu dihargai, bukan? Karena aku tidak bisa melakukannya, maka aku berikan pada orang yang bisa menghargai jerih payahmu." Jungkook menarik sudut bibirnya ke atas. "Sudahlah, aku harus pergi sekarang."

"Kak."

"Kakak mau kemana?"

"KAKAKKKK!!!"

Jungkook tak menghiraukan ucapan Yeri dan terus melangkah menjauhinya. Yeri terduduk di sofa kantor setelah Jungkook pergi, menutupi wajah dengan telapak tangan untuk menahan laju airmatanya yang membuat make upnya luntur. Jungkook benar-benar brengsek!

"Lihat saja nanti, laki-laki sombong! Sampai kapan kau akan berani memperlakukanku seperti ini," desis Yeri dalam hati sambil mengacak rambutnya kemudian membanting vas bunga yang ada di meja kerja Jungkook. "Aku akan membuat kau bertekuk lutut padaku."

[]

Di mulmed ada Yeri Eon😉

Selir Hati [Jungkook-Eunha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang