43 - Salah Paham

8.4K 985 166
                                    

Jungkook bilang, sebelum mereka menikah tiga hari lagi, dia akan mengajak calon istrinya itu ke suatu tempat.

Saat Eunha bertanya tempat apa yang di maksud Jungkook, lelaki itu bilang jika Eunha tak boleh tahu karena ini adalah rahasia.

'Seperti anak kecil,' batin Eunha sewaktu Jungkook bicara begitu.

Alis wanita itu bertaut saat Jungkook menghentikan mobilnya di parkiran dekat tempat pemakaman umum. Eunha langsung menatap laki-laki di sebelahnya yang tengah melepas sabuk pengamannya.

"Kau? Kenapa kau mengajakku ke tempat ini, Jungkook?"

Jungkook tak menjawab pertanyaan Eunha. Dia memilih melepas sabuk pengaman yang belum Eunha lepas dan menyuruhnya turun dari mobil.

Lelaki itu membeli sebuket bunga sebelum pergi ke sini, mengambil bunga yang dia taruh di kursi tengah, kemudian menyusul Eunha yang menatap ke arah tempat pemakaman umum dengan bingung.

Jungkook menggenggam tangan wanita itu, berjalan memasuki area pemakaman tanpa bicara apa-apa. Suasana tampak sepi siang ini, angin berhembus sedikit kencang membuat Eunha merinding seketika.

Eunha ikut menghentikan langkah ketika Jungkook mengamati salah satu gundukan tanah kemudian berjongkok di dekat batu nisan. Lelaki itu menaruh sebuket bunga yang dia bawa di dekat sana, kemudian mengelus nisan itu pelan.

Melihat itu, Eunha ikut berjongkok di samping Jungkook.

"Jeon Jeongsan," ucap Eunha lirih setelah membaca nama yang tertera di nisan itu. "Siapa dia, Jungkook?"

"Anak kita."

"Apa?" Eunha menutup mulutnya, sadar jika dia berteriak kemcang karena terlalu terkejut.

"Ya, dia anak kita. Jeon Jeongsan." Jungkook kembali mengelus batu nisan itu seolah dia sedang mengelus kepala putra kecilnya. "Keguguran saat kau hamil empat bulan, maka boleh dikuburkan. Dan aku sengaja menguburkan dia di sini agar dekat dengan kuburan keluargaku yang lain," ucap Jungkook pelan.

"Apa nama Jeongsan adalah nama pemberianmu?"

Jungkook mengangguk. "Omong-omong, kau tidak mau menyapa anakmu?"

"Ah, aku sampai lupa." Eunha terkekeh, kemudian mengelus gundukan tanah yang mulai ditumbuhi rumput. "Halo, Sayang, ini Mama. Mama merindukanmu, sangat. Kau baik-baik saja, kan?"

Jungkook menghela napasnya. "Sebentar lagi kami akan menikah, dan kau akan punya adik yang lucu," ucap Jungkook, bicaranya masih kaku pada anak sendiri. "Seandainya kau masih ada, pasti akan jauh lebih sempurna."

"Jeongsan Sayang, kau tahu? Meski papamu ini sudah berubah namun kesan kaku belum sepenuhnya hilang dari dirinya. Papamu adalah laki-laki kaku yang pernah mama temui, namun bagaimanapun dia adalah kesayangan kita," oceh Eunha dengan riangnya. "Kau pasti sedang menertawakan ekspresi papamu sekarang kan?" ledek Eunha, membuat Jungkook menatapnya datar.

"Kau menyebalkan."

"Biarkan saja. Aku kan sudah lama tidak meledekmu." Eunha memeletkan lidahnya.

"Awas ya, akan kuberi kau pelajaran karena bermain denganku."

"Lihat kan, Sayang? Papamu selalu saja begitu." Eunha malah mengadu pada anaknya. "Dia selalu saja mengancam akan memberikan pelajaran padaku. Padahal aku sudah lelah belajar saat sekolah dulu. Sekarang aku harus belajar lagi jika aku salah bicara. Yang seharusnya dibilang menyebalkan itu dia," gumam Eunha.

"Aku bisa mendengar apa yang kau katakan."

"Baguslah kalau begitu. Jadi kau tidak perlu menebak-nebak perasaanku seperti seorang peramal atau cenayang."

Selir Hati [Jungkook-Eunha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang