5 - Tawaran

14K 1.3K 43
                                    

Tepat setelah Eunha menutup pintu apartemen, ia merasakan tubuhnya ditarik seseorang disusul dengan suara pintu yang tertutup kencang dan suara ringisan yang keluar dari bibir Eunha saat punggungnya menabrak sesuatu yang keras.

Ketika ia membuka mata, hal yang pertama kali Eunha lihat adalah sosok Jungkook dengan jarak wajah yang amat dekat dengannya. Bahkan, napas lelaki itu terasa hangat menerpa wajahnya.

"Ka-kau?" Eunha sedikit takut ketika Jungkook menatapnya dengan dingin. Lelaki itu mengunci tubuh Eunha sehingga tak bisa kemana-mana. "Bisa lepaskan aku? Aku harus kerja."

Jungkook tak mengindahkan ucapan perempuan itu. Ia malah mengangkat tubuh Eunha dengan gaya bridal yang membuat perempuan berambut sebahu itu terpekik dan reflek mengalungkan tangan di leher Jungkook.

Tubuh Eunha sedikit memantul karena Jungkook melemparnya ke atas ranjang.

'Huh, apa lelaki itu gak bisa pelan-pelan? Mengapa ia selalu memperlakukanku dengan kasar?' batin Eunha.

"Kita harus bicara," ucap Jungkook dengan serius.

"Y-ya." Eunha gelagapan. "Tapi apa tidak terlalu ambigu jika kita berbicara serius dengan posisi seperti ini."

Saat ini, Eunha berada di bawah sementara Jungkook ada di atas Eunha dengan kedua tangan yang menahan bebannya agar tidak menindih tubuh Eunha.

"Memangnya kenapa kalau kita bicara seperti ini?" Jungkook masih saja memasang wajah datarnya. Memperhatikan wajah Eunha secara intens membuat gadis itu makin gugup.

"Nngghh ...." aku takut kita, ehm maksudku aku khilaf, lanjut Eunha dalam hati. "Aku tidak bisa napas, bagaimana kalau aku pingsan?"

"Aku akan memberimu napas buatan," jawab Jungkook dengan cepat.

"Kau ma-mau bicara apa memangnya? Se-sepertinya ini masalah serius."

"Sangat serius," ralat Jungkook, masih bertahan pada posisinya. "Kau bercinta dengannya kemarin malam?"

"Siapa yang kau maksud?"

"Penghuni apartemen sebelah."

Eunha menggeleng. "Aku tidak melayani kemarin. Dia sakit dan aku bertugas untuk menjaganya."

"Tetap saja, kan? Dia menyentuhmu?" Jungkook tetap tidak yakin.

"Hanya pelukan dan ciuman." Eunha seperti ingat sesuatu. "Ah, juga beberapa kissmark di bagian dadaku. Sepertinya masih berbekas."

"Shit!"

Eunha mengerutkan kening ketika Jungkook mengumpat. "Kau kenapa?"

Jungkook menjauh dari Eunha dan menarik perempuan itu agar bangun dan mengikuti langkah Jungkook.

"Yak, Kuki." Eunha teriak. "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku."

Jungkook tak menghiraukan ucapan Eunha. Ia membawa perempuan itu ke kamar mandi, mengunci pintunya kemudian menyalakan shower hingga tubuhnya juga tubuh Eunha basah.

"Kuki kau sudah gila?" Eunha lompat-lompat sambil memeluk diri sendiri karena kedinginan. "Kau ini kenapa?"

"Buka bajumu," perintah Jungkook dengan nada dingin, sedingin air yang keluar dari lubang-lubang kecil yang ada di shower.

"Apa?"

"Kubilang buka, Jung Eun Bi!"

'Hei, kenapa dia bisa tahu nama lengkapku?' batin Eunha. Masih bingung, Eunha kini mulai membuka kancing bajunya satu-satu hingga baju itu luruh ke lantai, menampilkan Eunha yang hanya pakai bra warna hitam.

Jungkook langsung mendekat ke arahnya setelah mengambil sabun mandi yang ada di rak kecil dekat wastafel.

"Mulai hari ini, tidak ada yang boleh lagi membuat bekas kepemilikan di tubuhmu selain aku."

Eunha menganga ketika tangan lembut Jungkook dengan cekatan membersihkan bagian dada Eunha dengan sabun. Sesekali lelaki itu menggunakan kesempatan dalam kesempitan, meremas payudara Eunha hingga membuat ia mengerang pelan.

"Ta-tapi kalau begitu aku tidak akan dapat uang." Eunha sudah tidak bisa fokus karena ulah Jungkook.

"Aku akan memberimu pekerjaan yang menghasilkan uang banyak sekaligus menyenangkan."

"A-apa kau serius? Ngghh." Eunha benar-benar merasa terbang sekarang. Selain ciuman, sentuhan Jungkook adalah hal yang membuatnya melayang.

"Apa aku kelihatan main-main?"

"Ti-tidak, oh Kuki cu-kup!" Eunha menjauhkan tangan Jungkook yang bermain-main di daerah sensitifnya itu. Dia sudah tidak tahan lagi.

Jungkook tersenyum puas melihat perempuan itu frustasi, butuh pelepasan.

"Jadi ...." Eunha memundurkan tubuh ketika Jungkook mendekatinya lagi. Lelaki itu mengunci tubuh Eunha agar tak bisa kemana-mana. "Maukah kau bekerja untukku?"

"Bekerja sebagai?"

"Selir. Tugasmu mudah, hanya perlu melayani aku jika aku menginginkanmu," bisik Jungkook di telinga Eunha. "Dan aku akan membuat hidupmu berkecukupan tanpa harus bersusah payah mencari uang sana-sini."

Mata Eunha membulat. Terkejut dengan apa yang Jungkook katakan. Apa Jungkook sudah gila?

"Bagaimana, sayang?" ucap Jungkook dengan tangan yang membelai poni Eunha. Air yang awalnya dingin perlahan menjadi hangat karena sentuhan Jungkook.

"Apa kau bisa memberi waktu untuk berpikir?"

"Tidak," Jungkook berkata dengan tegas. "Aku butuh kepastian sekarang juga."

Belum sempat Eunha mengeluarkan suara, Jungkook kembali menambahkan ucapannya. "Omong-omong, aku tidak suka dengan kata penolakan. Jadi kuharap kau tak menyia-nyiakan penawaranku."

[]

Selir Hati [Jungkook-Eunha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang