"Kau?" Eunha kaget saat mendapati Jiyeon yang kini menunjukkan sederetan gigi putihnya, sembari membuka pintu ruangan lebar. "Eunhaaaaa, akhirnya kau bangun."
Gadis itu langsung berlari dan menampakkan wajah ceria, memeluk tubuh Eunha ketika sudah berada di dekatnya. "Aku merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu."
Eunha menepuk-nepuk punggung Jiyeon, memberi senyum pada Jungkook yang kini tengah menatapnya dalam diam. "Aku juga merindukanmu, Jiyeon."
"Eunha, apa kau mau menangis? Sini-sini, menangislah di bahuku, Sayang. Aku merindukan saat kau bercerita lalu menangis dengan mudahnya. Ululu, Eunhaku."
"Jiyeon, apa yang sebenarnya ada di pikiranmu?" Eunha memukul tangan Jiyeon. "Kau sedikit menjijikan dan agresif. Apa kau tidak bisa tetap cool seperti saat kita pertama kali bertemu?"
"Tidak bisa. Karena aku terlalu bahagia." Jiyeon mencubit pipi Eunha lalu menggoyangkannya ke kanan dan kiri yang langsung ditepis oleh Jungkook.
"Cepat kau panggil mereka."
Diganggu oleh Jungkook, Jiyeon langsung cemberut dan melangkahkan kaki untuk menyuruh mereka masuk bergantian karena dokter bilang tidak boleh banyak-banyak bila ingin datang menjenguk ke dalam ruangan.
"Kau kelihatan akrab dengan Jiyeon sekarang, apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui selama koma?" Eunha menyipitkan mata.
"Jiyeon selalu membantuku dan Alex untuk mencari bukti sekaligus menjadi saksi atas kejahatan Taehyung. Dia juga orang yang selalu menggantikanku untuk menjagamu saat aku kerja atau ada urusan di kantor."
Eunha tersenyum mendengar apa yang Jungkook katakan.
"Hai, Eunha." Eunha menoleh, sudah mendapati Yeri berdiri di samping ranjang sembari membetulkan tas selempangnya yang agak turun. Wanita itu membulatkan mata saat Yeri langsung memeluknya erat sambil mengelus rambut sebahu Eunha. "Aku minta maaf, atas semua kesalahanku padamu, Eunha. Aku minta maaf." Yeri melepaskan pelukannya, kini duduk di kursi yang ada di pinggir ranjang sambil menggenggam kedua tangan Eunha.
Jungkook yang tidak ingin menganggu, meninggalkan kedua wanita itu dan memilih keluar ruangan.
"Apakah kau mau memaafkan aku, Eunha?"
Eunha terdiam sebentar, menatap wanita di hadapannya dengan bingung. "Kau tidak pernah berbuat salah, Yeri. Tidak pernah sama sekali. Malah harusnya aku yang meminta maaf padamu karena menghancurkan hubunganmu dengan Jungkook. Maafkan aku, Yeri," Eunha membalas genggaman tangan Yeri dengan erat. "Bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Jungkook? Percayalah Yer, setelah aku sembuh aku tidak akan lagi menganggu hubunganmu dengan Jungkook lagi. Aku akan pergi dari hidup kalian karena kalian pantas untuk bahagia."
"Tidak." Yeri menggeleng. "Kau yang pantas untuk bahagia, Eunha. Jungkook kini bukan milikku lagi, tapi dia akan menjadi calon suamimu."
"Apa?" Eunha terkejut dengan perkataan yang baru saja dilontarkan dari mulut Yeri.
Yeri mengangguk. "Aku dan Jungkook sudah berpisah secara baik-baik, dan sekarang kami lebih memilih untuk berteman."
"Ini semua karena aku. Aku yang membuat kalian ...."
"Tidak, Eunha. Kau jangan bicara begitu." Yeri berusaha memberi penjelasan agar Eunha tak salah paham. "Aku melepas Jungkook untukmu karena aku memang sadar jika Jungkook lebih mencintaimu dibanding aku. Aku tidak ingin Jungkook menikahiku hanya karena terpaksa, aku tidak ingin menikahi laki-laki yang melabuhkan hatinya untuk perempuan lain. Memilih untuk berpisah dengan Jungkook memang sulit, namun lebih sulit lagi kalau aku memaksakan diri agar bisa bersamanya. Aku yakin, tidak akan ada yang bahagia jika aku memilih egois. Aku, Jungkook, dan kau, kita semua pasti akan terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir Hati [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfiction[MAAP KALO BANYAK KURANGNYA, INI BUKU EP EP SAYA BUAT PAS MASIH BOCIL GAK DIREVISI, MAKASIH ATAS PENGERTIANNYA🙏] "I love your body." -Jungkook, 28 th "I love your money." -Eunha, 19 th "Ketika dua orang yang dipertemukan oleh keadaan...