Bolos bareng- 31

3.8K 479 38
                                    

Kutunggu sampai kapan
Kamu punya keberanian
Sudah cukup jangan sampai diriku
Yang nyatakan suka kamu
~Prilly Latuconsina, Katakan Cinta

***

     "Lo ngapain bawa gue ke sini??" kaget Agatha menatap lahan kosong di depannya. Tidak terlalu kosong, ada beberapa tanjakan dari yang rendah sampai yang tinggi. Lahan itu bukan berupa tanah, melainkan aspal halus.

     Revan mengedarkan pandangannya ke segala arah, tak lama kemudian kepalanya mengangguk. Dia meletakkan tasnya di sebelah Agatha berdiri.

     "Lo tunggu di sini. Jagain tas gue juga, nanti gue balik," pesan Revan, setelahnya dia berlalu menuju sebuah gudang--seperti tempat alat penyimpanan-- yang tak jauh dari situ.

     Revan kembali dengan membawa dua benda panjang di tangannya. Dia menyerahkan salah satunya ke Agatha.

     "Skateboard?" tanya Agatha bingung, "Gue gak bisa main."

     Revan tetap menyodorkan skateboard itu. "Ambil dulu. Nanti gue ajarin."

     Agatha mengambil skateboard berwarna biru pucat, menatap benda itu sebentar. Pandangannya beralih pada Revan yang sedang memainkan skateboardnya dengan lincah. Sesekali dia melewati tanjakan-tanjakan tinggi.

     "Terus gue cuma liatin dia gitu?" gumam Agatha berbicara sendiri. Dia menatap Revan yang masih asyik dengan dunia skateboardnya. Sepertinya bermain skateboard adalah salah satu hobinya.

     20 menit kemudian....

     Revan kembali dari permainan skateboardnya, menghampiri Agatha yang sedang duduk lesehan di atas skateboard menunggunya.

     Revan mengangkat sebelah alisnya. "Ngapain duduk-duduk di situ?" Cowok itu ikut duduk di sebelah Agatha dengan alas skateboardnya.

     Agatha mengerucutkan bibirnya. "Gue kan udah bilang, kalau gue nggak bisa main skateboard... Lo malah asyik main ninggalin gue!" kesalnya.

     Revan menyengir begitu mengetahui kesalahannya. "Astaga... Gue keasyikan main sampek lupain lo. Sorry-sorry, sekarang ayo berdiri! Gue ajarin main." Revan mengulurkan satu tangannya.

     Agatha menggelengkan kepalanya. "Nggak mau. Nanti jatoh."

     "Kan gue ajarin.... Gue jagain juga kok." Agatha menatap ragu tangan Revan yang terulur. Tangannya terangkat menerima uluran tangan Revan, membuat Revan mencetak senyum tipis.

     Revan mengintruksikan Agatha agar menaiki skateboardnya. Agatha menurut sambil berpegangan pada Revan yang berdiri di sampingnya.

     "Itu lutut lo jangan nekuk kayak lagi mau boker gitu!"

     "Kaki lo diturunin satu dulu Agatha.... Gimana mau jalan kalau kaki lo naik semua?"

     "Itu kaki lo jangan kayak mau upacara bendera aja! Mepet-mepet kayak gitu. Ntar lo njongor."

     "Astaga Agatha!! Kaki lo kenapa di luar terus itu? Naikin! Kapan jalannya kalau gitu...."

     "Astaghfirullah ... Itu lo mau main skateboard apa jadi Syahrini? Jalannya maju-mundur terus. Kapan nyampeknya kalau kayak gini...."

     Itu baru permulaan.

     Di tengah latihan, Agatha hampir saja terpeleset kalau saja Revan tidak sigap menangkapnya. Agatha terus membuat kesalahan yang membuatnya menyerah untuk berlatih skateboard. Memang dirinya tidak ditakdirkan untuk jago dalam bidang olah raga.

ConversaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang