Apa kurangnya aku di dalam hidupmu
Hingga kau curangi aku
Katakanlah sekarang
Bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong
Kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya
Asalkan kau bahagia***
Daffa membuka pintu besar berwarna coklat di depannya. Wajahnya lesu karena semalaman bermain ps dengan teman-temannya. Di bawah matanya terlihat kantung tebal berwarna hitam. Rambutnya acak-acakan, pakaian yang dikenakannya tak terpasang dengan baik. Mulutnya sesekali menguap menahan rasa kantuk.
Saat melewati ruang tamu matanya yang tadi mengerjap-ngerjap sukses melotot lebar. Mulutnya terbuka lebar, wajahnya cengo.
"WOII!! BANGUN KALIAN!!" teriaknya dengan suara delapan oktaf, membangunkan Agatha dan Darrel yang tengah tertidur di sofa ruang tamu. Dengan posisi Darrel yang merengkuh Agatha di dalam pelukannya.
Mendengar teriakan itu mereka sontak duduk tegak. Darrel yang salah tingkah hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sementara Agatha sudah menunduk takut, wajahnya sudah bersemu merah.
"Kak, gue sama kak Darrel cum--"
"Hahahahahahaha.... Sumpah kalian, tidur pelukan kayak gitu? Hahahahhaha...." Agatha menatap Daffa heran. Dia kira Daffa akan memarahinya habis-habisan.
"Tuh Tha, jangan nangis lagi, jadi orang kok cengeng banget! Lo tau Rel, Agatha pernah curhat sama gue sambil nangis-nangis gitu... Oh iya! Dia juga teriak-teriak gini, 'gue benci sama lo kak! Gue benci! Kenapa lo harus nembak kak Rais-- Aw!"
Agatha langsung menginjak kaki Daffa keras. Wajahnya memerah campuran antara kesal dan malu karena aibnya dibocorkan kakaknya sendiri.
"Jangan fitnah lo ya!" geram Agatha. Gadis itu menatap tajam Daffa yang sedang merintih kesakitan memegangi kakinya yang baru saja diinjak Agatha.
"Sangar banget sih, lo! Sakit tau nggak!" ujar Daffa kesal menghiraukan ucapan Agatha.
Agatha kembali menginjak kaki Daffa sadis. "Salah sendiri ngefitnah!"
Darrel tertawa melihat kakak beradik itu berantem. Dia menarik pelan lengan Agatha agar sedikit menjauh dari Daffa.
"Udah lah nggak papa, lagian gue juga seneng kalau lo nggak suka sama hubungan gue dan Raissa," ujar Darrel.
MATI LO DAFFA! batin Agatha menjerit kesal.
***
"Rel! Kamu kok diem sih??" kesal Raissa merasa tidak senang karena sedari tadi Darrel hanya mengajaknya jalan tanpa mengajak berbicara.
Darrel menoleh sebentar ke arah Raissa, lalu kembali memalingkan wajah. Dia mengusap-usap wajahnya gusar sambil sesekali berdehem.
Raissa yang terlampau kesal di cuekin langsung membanting tasnya kesal. "Aku ngomong sama kamu ya! Kamu nggak denger apa aku lagi ngomong??"
Darrel tersentak begitu mendengar bantingan yang cukup keras dan teriakan melengking yang memekakkan telinga.
"Iya, iya DENGER," tekan Darrel memutar bola matanya malas. "Ambil tasnya!" perintah Darrel mengarahkan dagunya ke arah tas yang masih tergeletak di atas aspal, menyuruh Raissa untuk segera mengambil tasnya.
Raissa bersidekap. "Nggak mau! Kamu ngeselin, minta maaf dulu sama aku!"
Ni cewek ngeselin juga lama-lama. Gue putusin juga tau rasa! batin Darrel menggeram kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conversa
Teen Fiction[COMPLETE] [DI PRIVAT BEBERAPA PART] [Highest rank #83 in teenfiction, 30-6-17] Agatha tidak tahu harus menerima atau mengutuk takdir yang mempertemukannya dengan cowok seperti Darrel. Satu-persatu masalah mulai muncul, menguji sebuah jalinan yang...