14

7.6K 485 15
                                    

"Reina!" sapa Hendra dengan senyum lebar yang menyipitkan mata di balik kacamatanya.

Reina yang tengah menggendong Liam keluar dari kamar, terlonjak kaget. Tersadar bahwa si pria ramah yang menyapanya, Reina menyahut riang. Kadang gadis itu merasa bersyukur sebab ada Hendra yang sedikit melenturkan ketegangan yang dirasakannya selama di rumah ini.

"Tristan sudah kasih tahu kamu kan?" tanya Hendra.

"Ya. Sekarang?" tanyanya yang langsung dijawab dengan sebuah anggukan oleh Hendra. "Kalau gitu, aku sama Liam siap-siap dulu ya," katanya lalu kembali masuk ke kamar Liam untuk menggantikan pakaian dan menyiapkan segala perlengkapan seperti pakaian ganti, popok dan juga susu formula.

Jika boleh jujur, Reina sedikit kecewa pada Tristan yang sebelumnya berkata akan bersama mereka ke mall untuk belanja keperluan Liam. Tetapi, gadis itu tidak bisa - atau lebih tepatnya tidak pantas - untuk mengajukan protes ketika pagi-pagi sekali Tristan mengatakan bahwa dirinya mendadak harus bertemu klien dari Singapura untuk kesepakatan ekspor udang segar. Jadilah, Hendra yang didaulat menggantikannya.

"Yah, karena yang gantiin Hendra, nggak apa-apa lah," gumamnya sambil memasukkan pakaian ganti dan segala tetek bengek keperluan Liam dalam sebuah tas. Seulas senyum kecil terukir di ujung bibirnya.

"Liam, hari ini kita jalan sama Om Hendra ya," katanya dan dijawab dengan sebuah senyum lebar, seolah bocah itu mengerti tentang apa yang dikatakan Reina. "Sudah ganteng, saatnya kita berangkat!" seru Reina sambil menggendong Liam lalu sebelah tangannya meraih tas.

***

Hendra mengambil troli yang berjejer rapi di sebelah kanan pintu masuk hypermarket lalu mendorongnya, menyusul Reina dan Liam yang tengah menunggunya di dekat pintu utama.

"Nah, Liam duduk di sini ya," kata Reina sembari mendudukkan Liam ke dudukan troli.

Liam tampak senang. Kaki bocah itu bergoyang-goyang gembira sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Oke, mau beli apa dulu nih?" tanya Hendra.

Reina langsung mengeluarkan ponsel lalu membuka aplikasi catatan tempat ia mendata daftar belanjanya. Karena menyadari salah satu kekurangannya yang begitu pelupa, Reina selalu membuat catatan jika akan belanja.

"Ke area popok dulu yuk!" ajaknya seraya memimpin jalan ke lorong khusus popok anak. Hendra mengekor sambil mendorong troli. Sesekali pria itu mengajak Liam bermain dengan sengaja membuat mimik wajah lucu agar Liam tertawa.

Mereka berkeliling di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Pontianak ini sambil mengobrol apa saja. Bagi Reina, Hendra sosok yang dapat membuat siapa saja nyaman di dekatnya. Sungguh berbeda dengan Tristan yang berkesan dingin dan sulit didekati.

"Ngomong-ngomong, kamu nemenin aku belanja gini, apa nggak ada yang marah?" tanya Reina. Jujur saja, ia cukup penasaran dengan status Hendra.

"Hah? Siapa yang marah?"

"Misalnya pacar atau istri? hahaha."

"Duh, Reina... Reina... Jangankan istri, pacar aja belum punya," jawab Hendra sambil memperlihatkan ekspresi pura-pura terluka.

"Hahaha." Gadis itu tertawa melihat tingkah Hendra. "Syukurlah. Takutnya nanti ada yang salah paham gitu."

Hendra tertawa kecil. "Tenang saja. Nggak bakal kok. Aku ini jomblo yang nggak laku-laku." Hendra pura-pura menangis.

Reina tertawa lagi. "Apa mau kukenalin sama teman-temanku?"

Dari ekspresi pura-pura menangis, kini Hendra memperlihatkan ekspresi mata berbinar. "Dengan senang hati! Hahaha. Kenalin yang cantik dan baik kayak kamu ya!" Kali ini giliran Hendra yang menggodanya.

Mr. SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang