***
Bel sekolah berbunyi keras melalui pengeras suara diujung kelas, menandakan berakhirnya jam pelajaran hari itu. Semua siswa keluar berhamburan layaknya ingin mencari sebuah kebebasan karena suntuk seharian pelajaran. Raka Memutuskan untuk memanggil Silvia dan mengajaknya pulang bersama
Mereka berjalan melintasi gerbang dan menapaki trotoar yang ada di sisi jalan menuju rumah.
"Huaah akhirnya selesai juga ya.."
Capek banget deh hari ini. Apa hidupku akan gini-gini aja nih?
"Kerja bagus Raka"
Suara lembut itu seakan mencoba meraih raka dan menyemangatinya
"Tadi gurunya hanya menulis rumus tanpa menjelaskannya dan langsung memberi pr"
"Bagaimana aku bisa mengerjakannya sill..."
Seperti kehilangan semangat raka mengucapkan hal itu. Seketika Silvia menunjukkan wajah yang sedikit serius dan mencoba memikirkan sesuatu
"Ohh kalau itu hmmm tunggu..."
"Apa?"
"Tunggu sebentar aku masih berpikir"
Beberapa saat mereka berhenti dan Raka melihat gadis ini berdiam diri"Kelamaan kamu sil.. duh.."
"Oh iya, mengapa kamu tidak mencari teman belajar Raka?"
Tunggu.. apa yang dia katakan? teman belajar ya...
Raka mulai melihat langit senja yang indah dan membayangkan sesuatu
"Teman belajar yah..."
Aku teringat terakhir kali aku punya teman belajar waktu smp dan sekarang aku hanya belajar sendiri. sudah lama semenjak waktu itu
***
(Flashback)
Disisi sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Terlihat dua orang sedang belajar dan di hadapannya terdapat buku pelajaran yang terbuka. Sepertinya mereka sedang belajar bersama. Namun disela belajarnya mereka memutuskan untuk sedikit berbincang untuk memecah kekakuan yang ada.
"Raka, kamu bisa menyelesaikan persamaan aljabar ini nggak?"
Gadis itu berdiri dari kursi besi yang empuk dan mulai menunjuk ke suatu bagian yang ada di buku dengan telunjuk tangan kanannya.
"Bisa kok, sini aku ajarin"
Jawab lelaki itu. dengan cepat ia kemudian berdiri dari duduknya semula dan mendekati gadis itu. ia menuliskan sesuatu di buku gadis itu dan mencoba menjelaskan dengan serius terlihat dari wajanya saat berbicara. Gadis itu pun mendengarkan dengan seksama. rambut panjang yang berwarna hitam itu sempat turun namun dengan cepat ia rapikan agar tidak menutup matanya saat memperhatikan penjelasan lelaki itu.
"Wiih kamu hebat ya Raka"
Pandangannya yang sebelumnya melihat buku catatannya sekarang melihat kearah wajah lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Sakti
FantasiaLaksana kabut tebal meredam secercah cahaya menembus cakrawala, ketetapan hati dan pikiran Raka-Seorang siswa kelas 2 suatu SMA-tidak akan bisa tenang. Setelah menjalani hidup dengan normal, suatu insiden menyebabkan kedua orang tuanya meninggal. Se...