Angin malam ini, terasa semakin dingin untuk orang-orang yang berkeliaran di luaran sana. Tapi, tidak untuk gadis ini, gadis dengan kepangannya yang sudah sangat berantakan, justru tengah mencelupkan kakinya ke dalam air kolam yang dingin.
Hanya bunyi hewan malam yang terdengar. Entah sudah lelah atau apa, Lava beranjak dari duduk nyamannya dan segera berjalan untuk ke kamarnya. Saat melewati ruang tengah yang dalam keadaan gelap, terdengar bunyi jam berdentang, pukul 01.00, tapi entah kenapa, matanya belum ingin terpejam.
Menutup pintu, Lava segera membaringkan tubuhnya ke ranjang, dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.
Matanya tidak mau tertutup juga. Lava segera beranjak dari tidurannya, dan menggulung selimut, lalu di bawanya ke kamar Airish.
Saat Lava memasuki kamar Airish, Airish sudah terlelap.
"Kak, aku tidur sini ya," Lava mengguncang bahu Airish pelan untuk membangunkannya.
"Isssh, ganggu aja lo. Sana tidur di bawah aja." Airish mengibaskan salah satu tangannya, sebagai kode untuk Lava jangan mengganggunya.
Setelah memperoleh ijin dari Sang kakak, Lava segera menggelar selimut yang di bawanya tadi sebagai alas, dan mengambil bantal milik Airish untuknya tidur.
"Goodnight kak," ucap Lava sebelum matanya tertutup.
*
"Bagus, kalo setiap latihan kamu seperti ini, bapak jamin, kamu bakalan menang di perlombaan selanjutnya," ucap pak Arwin setelah menghitung kecepatan Lava dalam berenang yang semakin hari semakin meningkat saja."Makasih pak, ini semua kan berkat bimbingan bapak selama ini," ucap Lava sambil keluar dari dalam kolam renang dan berdiri menghadap Pak Arwin.
"Bapak kan cuma membantu kamu untuk mengembangkan bakat, sisanya kan tergantung kamu. Yaudah, bapak pamit dulu ya. Kamu juga buruan ganti, udah sore nih." Pak Arwin menepuk bahu Lava singkat, sebelum meninggalkan Lava sendirian.
Lava bergegas menuju ke ruang ganti dan mengganti baju renangnya dengan seragam yang di pakainya tadi. Dan berjalan meninggalkan tempat renang.
Tempat renang di sekolahnya, terletak di bagian paling ujung sekolah. Sehingga untuk mencapai parkiran, dia membutuhkan waktu kira-kira sepuluh menit.
Sambil berjalan, Lava melihat sekitarnya yang sudah sangat sepi. Hanya ada sepedanya saja yang terlihat dari dia berdiri. Menghampiri sepedanya dengan sedikit berlari dan segera menaikinya untuk meninggalkan sekolah.
*
Lava tengah berbaring di kasurnya dengan piyama bergambar beruang dan tangannya sedang memegang sebuah kalender.
Dia terus memperhatikan lingkaran merah pada kalender itu yang terdapat tulisan 'ulang tahun mama'. Dia bingung akan memberikan kado apa kepada mamanya, barang? Sudah pasti dibuang. Doa? Sudah sering dia lakukan. Lalu apa? Pikirnya.
Lava meletakkan kalender yang dipegangnya tadi di nakas dan mengmbil handphonenya. Dia membuka aplikasi foto dan memotret dirinya dengan pose tangannya menutupi wajah. Alay memang, tapi biarlah.
Setelah itu, dia langsung menguploadnya ke instagram dan memberi caption "confused". Lava bukan orang yang sering banget posting foto, mungkin hanya satu bulan sekali.
Saat tangannya asyik menscroll layar, terdapat notifikasi pesan masuk, dari Magma.
Magma : Bingung knp?
Lava : g knp knp.
Magma : Nggak mungkin.
Lava : y udh sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava dan Magma [END]
Novela JuvenilIni kisah Lava&Magma. Kisah tentang dua orang remaja yang mempunyai persoalan masing-masing. Lava dengan persoalan keluarganya yang rumit, dan Magma dengan sandiwaranya untuk melindungi Lava. Akankah Lava mampu melewati semuanya? Dan apakah Magma ma...