8| Apa Aku Baik-baik Saja?

1.3K 106 1
                                    

Lava tengah menunggu kedatangan mamanya dan papanya di ruang tamu, agar dia lebih mudah untuk menyambut kedatangan mereka. Kue yang dia buat pun sudah ada di meja di hadapannya dengan hiasan yang sangat cantik. Terima kasih untuk Magma dan mamanya yang telah membantunya membuat ini.

Sekarang sudah pukul 23:00 dan mereka semua belum pulang. Lava menunggu dengan semangat, tanpa ada rasa kantuk yang menyerangnya. Walaupun dia tahu, besok dia masih harus bersekolah.

Saat mendengar deru mesin mobil di depan, Lava segera bangkit dengan antusias dan senyum yang merekah menyambut mereka semua.

"Kalian udah pulang?" Ucap Lava saat melihat mama, papanya dan juga Airish memasuki rumah. Senyum tidak pernah luntur dari wajahnya. Dia sangat excited memberi mamanya kejutan.

Mereka bertiga tidak ada yang menghiraukan Lava.

"Ma, ini aku buat kue buat mama. Mama suka cheese cake kan?" Lava membawa kuenya ke hadapan sang mama.

"Apa-apaan sih kamu? Mama tuh capek, mau istirahat. Minggir."

Lava tidak menyerah, dia terus mengikuti manya yang hendak menuju ke kamar.

"Lava cuma mau mama tiup lilin  ini, itu aja." Lava mulai menyalakan lilinnya dan mengarahkannya ke mamanya.

"Mama capek Va! Kamu ngertiin mama dong."

"Tapi ma, Lava udah buatin ini buat mama. Mama tiup bentar aja ya?"

"Kamu nggak denger? Mama capek!" Ucap mamanya final sambil menepis kue yang sedang di pegang Lava sehingga kue itu jatuh begitu saja ke lantai hingga hancur. Detik itu juga, senyum yang sedari tadi terpatri dengan lebarnya hilang seketika, menyisakan pandangan nanar.

Tanpa menghiraukan Lava yang tengah terduduk di hadapannya, dengan mata yang memerah. Mamanya melangkah meninggalakan Lava begitu saja.

"Mama," gumam Lava memandang nanar mamanya.

Sedangkan Airish yang sedari tadi menyaksikan bersama sang papa hanya bisa tersenyum remeh dan berjalan mengikuti sang mama. Tidak lupa, untuk menyempatkan kakinya menginjak kue yang sudah hancur di hadapannya.

"Rasain."

Papanya hanya menggelengkan kepalanya sebelum mengikuti istrinya memasuki kamar.

Lava tidak tahan untuk membendung tangisnya. Kue yang susah payah dia buat hancur begitu saja.

Mbok Mina yang sedari tadi memperhatikan dari balik tembok, akhirnya menghampiri Lava.

"Bi..padahal mama belum sempet tiup lilinnya."

"Sabar ya non, sini coba mbok cicipin." Bi Mina mengambil sedikit kue yang sudah hancur tadi, dan memakannya.

"Ini enak banget non, saya makan semua ya?"

"Jangan mbok, ini udah kotor. Biar Lava buang aja." Lava memungut kue tersebut dan segera membuangnya ke sampah.

Lava menghapus air matanya yang sedari tadi tidak mau berhenti turun, "Lava nakal ya bi?"

"Lava kan cuma mau ngerayain ulang tahun mama, memangnya salah? Kalau memang mama nggak mau nyoba kuenya juga nggak papa kok bi, yang Lava mau cuma mama tiup lilin itu aja. Tapi.."

"Kata siapa non Lava nakal? Non baik kok, jangan ngomong gitu non. Mungkin mama non memang lagi capek." Bi Mina juga tidak kuasa menahan tangisnya melihat Lava yang seperti ini, dia menghapus air mata yang turun dengan tergesa-gesa, agar Lava tidak melihatnya.

Lava maju ke arah si mbok dan mengusap air mata Mbok Mina yang jatuh, "bi jangan nangis, cukup Lava aja."

Setelah itu, Lava langsung naik ke atas dan meninggalkan bi Mina yang menatapnya dengan pandangan sedih, "sabar ya non."

Lava dan Magma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang