Magma dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya masih ayik berbaring di ranjangnya, sehingga membuat seragamnya kusut. Magma terus memikirkan perkataan Lava yang mengatakan bahwa dirinya sudah putus dari Awan. Munafik kalo Magma bilang, dia tidak senang. Dia bahagia. Serius, bukan karena pada dasarnya dia menaruh hati kepada Lava, tapi lebih kepada perangai Awan yang tidak baik untuk Lava. Lava cocok mendapatkan yang lebih baik. Contohnya saja...dia?
Membayangkannya membuat Magma terkekeh kecil. Dia dengan sigap meraih ponsel yang dia letakkan di nakas, dan mulai menghubungi Airish.
Pada dering pertama, panggilan Magma langsung terjawab.
"Halo?"
"Hai sayang."
"Gue tunggu di cafe biasa. Sekarang."
Tanpa perlu berbasa-basi, Magma langsung to the point."Ok-Magma!"
Dan panggilan diputus begitu saja oleh Magma, tidak membiarkan Airish berbicara lebih banyak lagi.
Magma beranjak dari baringannya menuju lemari, untuk mengganti seragamnya dengan pakaian yang akan dia gunakan untuk pergi. AaMeraih dompet dan kunci motornya, Magma turun ke bawah dan menemukan Kaldera yang sedang berselonjor sambil menonton drama kesukaannya.
"Dek, bilangin mama, abang pergi dulu."
"Kemana bang?"
"Sesuatu yang bakal bikin kamu ikutan seneng." Magma menuruni tangga terakhir dengan senyum misteriusnya. Membuat Kaldera mengabaikan drama kesukaannya dan menghampiri abangnya.
"Apaan sih bang? Jangan bikin Kaldera kepo deh."
"Udah nanti aja pulangnya abang jelasin. Sekarang abang pergi dulu. Dah."
Magma mengacak singkat rambut adiknya dan melenggang pergi."Salam bang!"
"Iya-iya, Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam."
*
Airish yang waktu itu sedang menggunakan masker, segera melepas maskernya saat menyadari bahwa Magma menghubunginya.
"Gue tunggu di cafe biasa. Sekarang."
"Ok-Magma!"
Airish merengut kesal saat Magma mematikan panggilannya yang baru berlangsung sepuluh detik. Tapi, tidak berlangsung lama, karena Airish sudah beranjak dari baringannya dan segera memilih baju yang cocok dia kenakan.
Setelah mengambil dress yang sekiranya cocok dengannya, Airish segera mengganti kaos yang dipakainya dengan dress bercorak bunga.
Saat keluar dari kamarnya, Airish berpapasan dengan Lava yang juga hendak pergi. Dengan kaos yang dilapisi cardigan cremnya lengkap dengan celana jeans yang Lava gunakan.
"Kak Airish mau pergi juga?"
"Masih perlu gue jawab?"
"Yaudah kak, aku pergi dulu." Lava mengangguk singkat sebelum menuruni tangga.
"Eh tunggu."
"Apa kak?"
"Gue cantik nggak?"
Airish bertanya sambil memutar badannya, yang justru membuat Lava ingin tertawa di buatnya."Cantik kok kak, cantik banget malah."
"Udah tahu. Udah sana pergi."
Memang dasar tidak tahu diri, setelah bertanya pendapat, yang mana justru semakin memperbesar kepalanya, Airish mengusir Lava begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava dan Magma [END]
Roman pour AdolescentsIni kisah Lava&Magma. Kisah tentang dua orang remaja yang mempunyai persoalan masing-masing. Lava dengan persoalan keluarganya yang rumit, dan Magma dengan sandiwaranya untuk melindungi Lava. Akankah Lava mampu melewati semuanya? Dan apakah Magma ma...