1 [PARA PENARI]

8.2K 345 14
                                    

Sekarang aku lagi masukin beberapa baju ganti untuk liburan. Perkenalkan, namaku Asa Lirah Saputri. Panggil aja Asa. Aku baru lulus dari SMA beberapa hari kemarin. Statusku masih labil antara pengangguran, mahasiswa, atau pekerja. Masa-masa sulitku baru kerasa sekarang karena memang kata orang-orang lulus dari SMA adalah awal dari hidup. Ketidaklulusanku dalam SNMPTN membuatku sedikit mumet dan membuatku berpikir berkali-kali apakah aku akan kuliah atau tidak? Okey, aku bisa masuk kuliah dengan ujian tes tulis dan masih ada universitas swasta tapi.. rasanya kegiatan belajar dan isi mengisi soal udah kadaluarsa dan kuliah di univesitas negeri adalah impianku dari dulu. Yahh mau bagaimana lagi? Kakak-kakakku memaksaku untuk kuliah, bagaimana pun caranya. Tapi... yaa... arghh sudahlah.

Kebingungan-kebingungan diatas yang membuatku ingin pergi liburan. Kemarin malam Bi Irah nelpon. Bi Irah adalah kakak tertua dari papa. Ia menanyakan kabar dan lain-lain dari sinilah aku berkeinginan untuk kabur menghilang dari keributan kota ke desa tempat Bi Irah tinggal. Bi Irah tinggal sendirian. Suaminya sudah lama meninggal dan anaknya yang merupakan sepupuku sekarang kerja disini di Jakarta.

Pakaian, charger, laptop, alat mandi, pokoknya semuanya sudah tertata rapi dalam dua koper. Tinggal masalah perizinan dan cusss mangkat. Selanjutnya aku bilang ke mama untuk minta izin tinggal di tempat Bi Irah. Aku bilang kalau aku hanya ingin menenangkan diri dari semua kestressan dan juga menemani Bi Irah selagi aku bisa. Mama setuju, asalkan jangan selamanya tinggal di sana.

"Sa, disana kamu jangan ngerepotin Bi Irah, bantuin Bi Irah masak, bersih-bersih.."

Aku mengiya-iyakan saja apa yang mama katakan. Dua koper yang sudah kusiapkan tadi diangkat oleh Mang Sapri ke dalam mobil. Akhirnya.. Aku liburan ke rumah Bi Irah. Dulu sekali, waktu aku kecil aku pernah ke rumah Bi Irah. Rumahnya terletak di Desa Cigetih di Jawa Barat. Aku tidak tahu itu termasuk kota/kabupaten mana yang jelas desanya sangat terpencil. Butuh mobil besar seperti Jeep untuk sampai ke sana. Berangkatlah aku dengan mobilku yang disupiri Mang Sapri.

Awalnya aku duduk di depan tetapi kalau aku terus-terusan melihat jalan dari Jakarta ke desa Bi Irah pasti puyeng. Jadi aku pindah kebelakang dan merebahkan badan. Dua kali kami berhenti di restoran sisi jalan untuk shalat dan ngobatin perut yang lapar. Udah itu aku rebahan lagi di jok belakang sampai akhirnya ketiduran.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

"Sa.. Sa.. bangun.."

"Kenapa mang? Udah sampe yah?" Mang Sapri membangunkanku dengan wajah yang ragu-ragu.

"Bukan Sa, initeh kesasar kayaknya, ada alat gitu kan di hp Asa? Peta gitu?"

"Ada mang.."

Ternyata Mang Sapri yang asalnya orang Jawa Barat juga bisa kesasar di sini. Langsung aja aku buka hp dan nyalain GPS terus ngebuka aplikasi peta. Loading-nya lama sekali. Sambil menunggu loading aku melihat keluar mobil. Suara ribut seperti di jalan raya kota gak kedengaran di sini. Sepiii banget. Kayaknya ini jalan hutan soalnya di kanan kiri semua pohon tinggi. Tidak ada penerangan sama sekali. Gelap sampai-sampai langit warnanya biru tua bukan hitam. Penerangan cuma lampu mobil. Loading aplikasi peta itu gak selesai-selesai dan ternyata memang sinyal internet di sini gak ada.

"Mang.. gak ada sinyal, susah buka aplikasinya juga."

"Yasudah, mang maju terus aja ya.. siapa tau ada penduduk yang bisa kita tanyain."

Mang Sapri bilang kalau kami memang sudah dekat dengan tujuan tetapi kami kesasar saat mencari jalur ke Desa Cigetih. Akhirnya kami memilih untuk masuk lebih dalam lagi menelusuri jalan hutan ini. Selang beberapa menit penerangan bisa dilihat dari sini. Keramaian malam hari dan beberapa rumah penduduk juga toko-toko sudah bisa kami temui. Kami memilih bertanya alamat kepada Ibu pemilik warteg sambil membeli dagangannya untuk memenuhi perut kami lagi.

PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang