Malam itu, Bi Irah yang tidak mengetahui aku akan pulang tampak kebingungan saat mendengar suara mobil di pekarangan rumahnya. Ia yang sedang memasak langsung berjalan ke arah depan rumah, melihat dari jendela. Sorot lampu mobil menerpa ruang tamu dari jendela yang dibuka. Akhirnya, aku benar-benar pulang. Bi Irah yang menghadap ke arah luar kini berbalik menatapku yang sedang menyiapkan koper-koperku. Aku tidak berani membalas tatapannya. Ada jeda sebelum ia bertanya. Bertanya bahwa apa yang kulakukan.
"Asa? Kamu mau pulang?"
Mobil mati. Suara mesinnya tidak terdengar lagi. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Ada jeda lagi, kali ini kami saling bertatapan. Tangan Bi Irah memainkan kain kebaya yang ia pakai. Ia terlihat seperti orang gusar.
"Asa? Kamu teh mau pulang?"
Tok, tok, tok
Suara pintu diketuk dari luar tapi tidak ada diantara kami yang membukakan pintu atau sekedar hanya membalas.
Aku takut.
Suara serangga yang mendampingi diamnya kami berdua semakin terdengar konsisten di telingaku. Begitu jelas hingga aku dibuatnya terasa penuh dan akhirnya ku anggukan kepalaku.
Iya Bi, aku pulang.
Setidaknya itu yang aku katakan dalam hati. Kemudian terdengar suara-suara dari mulutnya. Ia berbisik, merapalkan sesuatu,
Ish av saktus saitan,
I liva ash illas
Ish av isak saktus saitan,
I seka illas ash.Tok, Tok, Tok
Aku masih berdiri di tempat itu. Tanganku lemas gemetaran. Mataku mulai mengeluarkan air. Aku menahan tangis. Bibiku, Bi Irah, ia masih berdiri disitu.
Matanya melotot,
ia sangat marah.
Tok, tok, tok, Punteun!
Pak Ajat sudah menunggu tepat di depan pintu. Bayangan kakinya terlihat dari dalam.
Bibi menggeserkan badannya. Ia kini berdiri tepat di depan pintu, seakan menghalangi jalanku pulang. Tangan kanannya ia angkat. Kemudian mulutnya mulai bergerak kembali,
Im avek isha alliak
Ish am as un saitan
Ish ku ti as laknak saitanAku tidak bisa membendung tangisku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan tanganku. Menahan suara yang keluar.
Tok, Tok, Tok!
Asa! Punteun!
(Asa! Permisi!)Kini kedua tangannya bergerak memulai suatu gerakan. Ia menari sambil merafalkan mantra-mantra aneh itu. Bibi... Badanku lemas gemetaran. Tarian bibi sama persis dengan apa yang ketiga penari peragakan.
Aku harus kuat.
Tok, Tok, Tok
Pak Ajat masih menunggu di luar, tepatnya di depan pintu. Kuberanikan diriku. Aku akan berlari melewati bibi lalu kubuka pintu.
Satu.
Dua.
Tiga.
Aku langsung lari dengan mataku yang tertutup. Hingga akhirnya aku menabrak pintu itu. Entah apa yang Bi Irah lakukan, aku berlari tidak menabraknya. Sama sekali tidak. Kuraba raba pintu itu mencari gagangnya. Akhirnya selamat, aku bisa pulang. Kucoba membuka pintu tetapi...
JEG
TERKUNCI.
PAK AJAAAAT! PAKK TOLOONGGG!
Ish av saktus saitan,
I liva ash illas
Ish av isak saktus saitan,
I seka illas ash.Lagi, suara bibi terdengar. Aku masih terus mencoba membuka pintu itu.
JEG, JEG, JEG
Ish av saktus saitan,
I liva ash illas
Ish av isak saktus saitan,
I seka illas ash.Tangisku tidak bisa berhenti. Pak Ajat yang tadinya terdengar suaranya kini tidak meresponku. Aku terjatuh meringkuk di depan pintu ini. Tak berani memandang sekitar sampai akhirnya suara bibi tidak terdengar. Suara serangga kembali terdengar jelas. Begitu sunyi, tidak terdengar apa pun. Akhirnya kuberanikan memandang ke arah sekitar. Tidak ada siapa pun. Tidak ada bibi di ruangan ini.
Ish av saktus saitan,
Aku lalu berdiri.I liva ash illas
Kuusap air di pipiku.Ish av isak saktus saitan,
Kulihat gagang pintu itu,I seka illas ash.
Aku harus keluar.Kubuka pintu itu ternyata bisa.
Terbuka.
Ada empat pasang kaki dihadapanku.
Semua mengenakan kain samping.
Kuangkat pandanganku perlahan-lahan.
...
SAITANNNNNNNN!
Bibi berteriak tepat di depanku dengan ketiga penari dibelakangnya. Aku tidak lagi kuat. Semua itu akhirnya hitam. Aku jatuh.
Pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]
KorkuAsa, seorang gadis yang berlibur ke rumah bibinya di desa Cigetih mendapati hal-hal aneh. Dimulai dari hilangnya Laila dan Agil teman barunya yang sedang menginap bersamanya malam itu dan munculnya ketiga sosok penari yang ternyata bersangkutan deng...