4 [DESA CIGETIH]

4.3K 268 0
                                    


Saat aku selesai shalat subuh. Terdengar beberapa ketukan pintu depan rumah. Setelah kubuka ternyata ada seorang bapak-bapak yang terlihat agak panik. Dia bilang ingin bertemu dengan Bi Irah karena istrinya yang akan melahirkan sedang menunggunya di rumah. Mendengar itu aku langsung mengetuk pintu kamar Bi Irah. Tetapi tidak ada jawaban. Kuketuk lagi. Tetap tidak ada respon.

Tiba-tiba ada Bibi keluar dari arah dapur. Ternyata dia tidak berada di kamarnya.

"Bibi keluar yah paling dua hari, besok lusa pulang."

Gila, belum aja aku bilangin ada bapak-bapak yang istrinya akan melahirkan eh Bi Irah malah sudah berdiri siap disampingku dengan jamu dan perbekalannya. Tugas Bi Irah memang seperti itu, bibi harus siap kapanpun dia dibutuhkan. Bi Irah bilang nanti dia bakal meminta Laila dan Kinasih untuk menemaniku di rumah. Asyikkkk, ada temen nih. Aku bisa bergadang bareng, nonton bareng atau main game bareng hehehe. Setidaknya aku gak sendiri di rumah.

Saat hari sudah siang seperti yang dikatakan bibi, Laila dan Kinasih datang ke rumah. Tidak hanya mereka berdua, tangan Kinasih memegang tangan seorang anak kecil yang kemudian aku ketahui kalau dia adalah adik Kinasih yang terkecil. Namanya Agil. Agil ini bisa dikatakan anak yang hyperactive. Tidak berhenti bertanya dan selalu berlari keliling ke sana ke mari.

Saat sore hari Kinasih dan Agil menonton drama Korea yang ada di laptopku sedangkan Laila memasak di dapur untuk makan malam sambil mengobrol dari pintu dapur, menemaniku yang sebentar lagi beres mencuci baju di sumur belakang rumah.

Sambil memasak, Laila menceritakan beberapa sejarah desa ini. Katanya, dulu desa ini tidak pernah mengalami jajahan seperti yang diajarkan dalam buku sejarah. Kalau dipikir secara logis menurutku masuk akal. Mengingat lokasi dan akses desa ini yang sangat terpencil mungkin membuat bangsa penjajah tidak menjajah daerah ini.

Laila juga berkata kalau dahulu, desa ini sangat makmur. Hasil panen selalu melimpah, penduduk desa tidak pernah kekurangan dan tidak pernah merasa kelaparan. Bahkan neneknya memiliki gubuk lain hanya untuk menyimpan hasil panen yang tidak muat ditaruh di rumah tapi gubuk itu sekarang kosong hanya berisi sekarung beras dan beberapa ikat jagung.

Nenek Laila bercerita padanya, semenjak orang-orang di seberang sungai pindah kemari, desa ini perlahan-lahan mulai terpuruk hingga pernah pada suatu musim kemarau seluruh desa kekeringan tapi untungnya ayah dari Kinasih membuat sumur dengan bantuan beberapa orang lainnya. Sumur itu ya monumen yang aku lihat kemarin di pusat desa. Sumur yang tinggi dan berbentuk kotak itu.

"Orang-orang dari seberang sungai yang mana La yang pindah kesini?" tanyaku.

"Ya itu, orang-orang dari seberang sungai yang ada jembatannya itu, yang kemarin kamu lihat." Jelas Laila.

"Mereka pindah alasannya banyak binatang buas, tapi kedatangan mereka kesini malah membuat desa tidak sejaya dulu."

"Itu juga kata nenek aku Sa, gak tau juga sih sebenernya."

_ _ _ _ _ _ _ _ _

PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang