SIDE STORY
Aku, CempakaHanya pepohonan besar di depan kediamanku yang dapat kulihat dari jendela di atas sini. Sudah menjadi kebiasaanku berdiri di depan jendela kamar dan berusaha melihat keadaan di luar yang sering sekali ditutup-tutupi oleh dedaunan dari pohon-pohon besar milik ayahku. Bagiku, memandang dari jendela dengan segala pikiran yang kubuat-buat cukup memberikanku kepuasan tersendiri. Nantinya akan cukup juga untuk memberikan harapan agar aku bisa mewujudkan pikiran yang kubuat-buat itu.
Senja ini, tugasku sudah tamat. Aku sudah boleh keluar dari ruanganku dan berbicara. Hanya saja di ujung hari ini siapa yang bisa aku ajak bicara? Sudah beberapa hari Sinta sahabatku tidak datang menemuiku. Dia biasanya datang ke kediamanku ini sembari membawa beberapa makanan buatan Ibunya. Sambil memakan bawaannya, Aku dan Sinta sering berbicara mengenai beberapa hal yang rahasia. Hal yang hanya diketahui oleh kami. Terakhir kali Sinta menemuiku, dia membahas tentang seorang pria kenalannya yang berasal dari daerah seberang.
Langit benar-benar sudah berwarna jingga pekat. Beberapa orang yang membantu-bantu di kediamanku ini sudah berkeliaran menyalakan obor-obor yang terpasang pada dinding. Itu menandakan aku harus merapihkan diri untuk hidangan malam.
_ _ _ _ _ _ _ _
Saat kami memulai, Ibu bertanya padaku tentang apa yang aku lakukan seharian ini. Aku hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala. Biasanya Ibu mengajakku menari di pavilyun belakang kediaman kami. Ibu sudah benar-benar menguasai tubuhnya hingga sering sekali melakukan gerakan-gerakan yang memukau dengan selendang dan iringan iramanya. Kemudian Ibu memulai pembicaraannya dengan ketiga saudara-saudariku yang dengan lahapnya menyantap makanan.
Sesudah selesai, kami berjalan menuju kamar kami masing-masing dan aku akan melakukan kebiasaanku lagi.
Menatap jendela,
menuju pepohonan besar yang setiap malam membantuku untuk bertemu dengan Jaka.
Terkadang Jaka terjatuh saat ia berusaha memanjat pohon itu demi mendekati jendela untuk melihatku. Ia rela berjalan menyusuri bukit di malam hari dan memanjat dinding pagar kediamanku demi melihatku. Hanya Jaka. Jaka yang gigih menemuiku meskipun suruhan-suruhan ayahku mengganggunya. Ia bahkan tidak menghiraukan meskipun pohon yang ia pijak adalah sarang dedemit milik ayahku.
Rasaku maupun Jaka sudah mengalir satu sama lain.
_ _ _ _ _ _ _ _
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]
TerrorAsa, seorang gadis yang berlibur ke rumah bibinya di desa Cigetih mendapati hal-hal aneh. Dimulai dari hilangnya Laila dan Agil teman barunya yang sedang menginap bersamanya malam itu dan munculnya ketiga sosok penari yang ternyata bersangkutan deng...