Udara di sini sangat dingin apalagi waktu pagi-pagi. Sekarang Bi Irah lagi masak untuk sarapan kami berdua. Aku berniat membantu seperti apa yang diperintahkan mama tapi Bi Irah melarangku. Bibi bilang kedatanganku kesini saja udah membuatnya senang jadi aku cukup diam saja. Bi Irah malah menyuruh aku jalan-jalan supaya tau daerah sekitar.
Kemarin aku sampai di sini sekitar jam 4 dengan mobil Pak Ajat. Aku bangun dengan badan yang lemes banget karena mimpi buruk yang mengerikan sekali. Mimpi yang kerasa nyata sekali. Wajah 3 wanita itu masih bisa aku ingat. Bergerak menari ke sana ke mari dengan pundak yang lincah juga kepalanya yang dimiringkan ke kanan dan ke kiri. Gila aja ya, seumur-umur aku belum pernah liat hantu kecuali hantu di film-film. Perasaan udah lama juga aku gak nonton film horror. Terakhir nonton itu sama temen-temen sekelas. Gak pernah berani kalau disuruh nonton sendiri soalnya suka kebawa mimpi. Masalahnya kan aku dah gak pernah liat hantu di film-film lah kenapa juga bisa sampai mimpi kayak gitu?
Pak Ajat yang aku beritahu tentang mimpiku itu malah senyum kayak gak percaya. Pak Ajat berpesan jangan semberono saja, harus sopan dan izin-izin. Mengingat ini desa kecil terpencil di hutan entah berantah yang mungkin bakal banyak 'penunggunya' jadi aku juga sadar sih, aku hanya pendatang alias tamu dan gak boleh semberono. Pak Ajat juga bilang jangan main-main di sini, pokoknya kalau bisa diam saja di rumah dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Apa gak terlalu berlebihan kalau Pak Ajat bilang seperti itu? Semistis apa sih desa ini?
Yah seperti desa pada umumnya, udara disini sejuk gak perlu AC tapi kalau sedang panas ya tetep aja panas. Ada sungai besar di kulon desa. Kata Bi Irah di situ tempat PLTA disimpan jadi tidak seperti dulu lagi gelap-gelapan memakai obor dan lentera. Sekarang listrik sudah sampai ke rumah-rumah walaupun dayanya tidak seberapa tetapi cukup untuk penerangan dan mencas hp dan laptopku. Aku sempat lihat masjid dan pesantren di daerah ibu warteg dan Pak Ajat tetapi di sini tidak ada. Tidak ada masjid baik mushola satu pun. Aku juga tidak melihat rumah peribadatan agama lainnya kata Bi Irah banyak orang sini masih menganut ajaran leluhurnya termasuk Bi Irah. Bi Irah itu menganut agama islam sama seperti papa hanya saja keimanannya seperti memudar dan terpengaruh oleh masyarakat sini.
Sebenarnya Bi Irah bukan asli orang sini. Bi Irah dengan adik-adiknya termasuk ayahku adalah asli orang Banten. Kampung halaman keluarga ayahku memang di Banten hanya saja waktu itu almarhum suami Bi Irah ingin menempati rumah orangtuanya yang sudah meninggal jadi Bi Irah dibawa kesini saat ia masih mengandung sepupuku Dadan yang sekarang sedang bekerja di Jakarta. Mau-maunya ya Bi Irah di bawa ke desa terpencil seperti ini?
Selesai masak Bi Irah langsung menyuruhku untuk sarapan. Meskipun umurnya hampir mencapai enam puluh tahun tetapi Bi Irah masih terlihat kuat dan cekatan. Postur tubuhnya masih tegap tidak bungkuk seperti nenek-nenek.
"Punteun.." (Permisi)
Ada dua perempuan yang sekarang berada di hadapanku. Budaya di desa memang seperti ini, tetangga maupun kerabat dekat sudah dianggap biasa langsung main masuk ke rumah tanpa harus dipersilahkan. Dua perempuan ini masih muda mungkin sebaya denganku, mereka langsung mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Saya Laila, kalau yang ini Kinasih hehehe Bi Irahnya ada?"
Laila sepertinya orangnya supel sekali, ia tidak malu-malu kepadaku malahan dia langsung keliling sekitar rumah lalu masuk ke dapur mencari Bi Irah. Kalau Kinasih sebaliknya, dia malah diam saja malu-malu sampai akhirnya aku suruh duduk aja si Kinasih ini. Kinasih bertanya kepadaku tentang banyak hal. Mengenai sekolah terus Kota Jakarta sampai ke Drama Korea. Ternyata di kampung seperti ini juga ada yah pecinta drama korea hahaha. Mengetahui Kinasih suka drama Korea aku langsung mengambil laptopku di kamar dan memperlihatkan koleksi drama korea hasil download waktu masih di Jakarta. Kinasih keliatan seneng sekali waktu itu. Dia spontan menawarkan dirinya untuk menemaniku kalau Bi Irah harus membantu orang melahirkan di sekitar desa. Asalkan diperbolehkan nonton Boys Over Flower katanya hahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]
HorrorAsa, seorang gadis yang berlibur ke rumah bibinya di desa Cigetih mendapati hal-hal aneh. Dimulai dari hilangnya Laila dan Agil teman barunya yang sedang menginap bersamanya malam itu dan munculnya ketiga sosok penari yang ternyata bersangkutan deng...