Waktu mungkin sudah menjelang subuh. Aku tahu itu meskipun jam yang digantung rusak dan hpku tertinggal di rumah Bi Irah. Aku tahu ini waktu subuh karena kokokkan ayam jantan sudah beberapa kali terdengar. Mang Japra dan beberapa bapak-bapak tidur di bangku warung. Sedangkan kami para perempuan masih diam di hamparan karpet dengan balutan selimut.
Kinasih masih enggan berbicara. Ia pasti menangis jika kami bertanya-tanya hanya untuk menekan agar dia bicara. Sampai akhirnya orang yang kami tunggu datang. Bi Irah sudah pulang.
Aku melihatnya berjalan di jalan setapak di depan sana. Ia langsung berbelok mendekat ke arah warung. Kulihat jinjingan di tangannya berayun dengan cepat menandakan langkahnya yang tergesa-gesa.
"Aya naon tadi di imah Sa? Kunaon kamu? Laila sama Agil hilangnya?"
(Ada apa tadi di rumah Sa? Kenapa kamu? Laila sama Agil hilang ya?)Tunggu. Aku masih berpikir. Bagaimana Bi Irah tahu kalau kami sedang ada masalah? Mengapa ia tidak langsung saja pulang ke rumah? Inget yah, desa ini terpencil sekali. Untuk berkomunikasi saja sulit sekali. Orang-orang disini jarang sekali yang mempunyai handphone. Lantas bagaimana bisa Bi Irah tahu kalau Laila dan Agil hilang?
"Aya awewe tiluan? Ngigel nya? Hehh! Asa jawab.."
(Ada perempuan bertiga? Menari ya? Hehh! Asa jawab)Nah, Bi Irah memang tahu mengenai ketiga perempuan itu. Baiklah, aku positif Bi Irah itu bukan orang main-main. Dia terus meneruskan menanyakan ciri-cirinya kepadaku.
“Bener tiluan? Make kebaya warna naon?” (Benar bertiga? Pakai kebaya warna apa?)
“Iya Bi pakai kebaya, warna merah semua terus diselendang hitam bawahannya samping.” Jelasku secara rinci.
Kalian harus lihat saat aku menjelaskan penari bekerbaya merah ini. Bi Irah langsung bertatap-tatapan dengan Mang Japra dan Bi Popon. Mereka terlihat seperti sudah mengetahui sesuatu.
“Anu bajuna warna hideung eweuh? Buukna panjang neupi ka lantai eweuhnya?”
(Yang bajunya warna hitam gak ada ya? Rambutnya panjang sampai lantai gak ada kan?)Hitam? Setauku tidak ada yang memakai kebaya hitam apalagi yang rambutnya sampai bawah. Ketiga penari itu cukup untuk membuatku ketakutan dan ternyata masih ada lagi,
Wanita, rambutnya panjang sampai ke lantai,
Berkebaya hitam.
Aku ingin pulang ke Jakarta.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]
TerrorAsa, seorang gadis yang berlibur ke rumah bibinya di desa Cigetih mendapati hal-hal aneh. Dimulai dari hilangnya Laila dan Agil teman barunya yang sedang menginap bersamanya malam itu dan munculnya ketiga sosok penari yang ternyata bersangkutan deng...