Hari menjelang malam cucianku dan masakan Laila sudah selesai. Kami semua berada di ruang tengah menyantap makan malam yang Laila buat. Setelah selesai makan malam kita semua masuk kamar. Kamar yang aku pakai cukup luas kasurnya pun besar dan lesehan di bawah. Saat Kinasih dan Agil sedang serius-seriusnya nonton dan Laila curhat kepadaku tiba-tiba terdengar suara-suara dari belakang. Pada awalnya kami tidak menyadari semua itu karena candaan Laila yang membuatku tertawa dan suara laptop yang agak keras tetapi lama-kelamaan suara-suara itu terdengar semakin ribut seperti orang yang sedang masak sendiri dan kerepotan karena banyak memakai alat.
DAG DAG SREEENG TAP TAP TAP DUG! DUG! SREEENG
Kinasih langsung menekan spasi untuk mem-pause drama yang sedang ia tonton. Laila mengangkat telunjuk ke arah mulutnya menandakan agar kita semua diam dan berkonsentrasi pada suara di dapur. Sekitar satu menit kami terdiam saling menatap satu sama lain dan apa yang terjadi dengan suara-suara itu? Suara-suara itu tidak hilang kok, masih saja terdengar ribut malah semakin jelas.
KERSHHHHHHHHHH
Terdengar suara seperti air yang dituangkan ke dalam wajan panas. Disitu kami semua semakin meringkuk mendekat satu sama lain. Tangan kami berpegangan erat dengan selimut yang menutupi badan kami. Siapa yang ada di dapur malam-malam begini? Bi Irah kan sedang pergi. Berbeda dari kami bertiga Agil malah berdiri dan berjalan ke arah luar kamar. Ia terhenti di depan pintu dan menghadap ke arah dapur.
“Agil! Dieu ih sieun siah!” (Agil! Sini ih kamu bakal takut loh!)
Laila berkata seperti itu agar Agil tidak main-main pergi ke dapur dan membuat kekacauan. Aku tahu kalau Laila sebenarnya sedang sangat ketakutan tetapi ia mencoba tenang dan merayu Agil agar kembali masuk ke dalam kamar.
“Enggeus La, anteupkeun si Agil mah sok kitu, anteupkeun La, geus anteupkeun.”
(Udah La, biarin si Agil memang suka seperti itu, biarin La, dah biarin.)Kinasih berbisik kepada Laila dengan masih meringkuk di dalam selimut. Suara-suara itu tidak berhenti masih saja terdengar ribut begitu pun Agil yang daritadi berdiri di depan pintu masih saja mematung melihat ke arah dapur.
DAG! DAG! DAG!
Kini Agil mengangkat salah satu tangannya menunjuk ke arah dapur.
TAP TAP DUG!
Mulutnya perlahan terbuka seperti terlihat bingung dengan apa yang ia lihat sekarang.
SREEEEEEEEEENGGGGG!!
“Agil! Agil! Kadieu!” (Agil! Agil! Ke sini!)
Laila berteriak melihat Agil yang malah berlari ke arah dapur. Dia lalu membuka selimut dan berlari keluar untuk menyusul Agil dan membawanya kembali kesini.Aku pun yang melihat kejadian tersebut ikut beranjak dari kasur tetapi Kinasih memegang tanganku. Kinasih malah menyuruhku untuk diam di kamar menemaninya.
“Jangan keluar aku takuttt, biarin Laila aja yang nyusul si Agil.”
Aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi di dapur. Suara Laila yang mencari-cari Agil terdengar sampai ke kamar begitupun suara orang yang masak itu masih juga terdengar jelas.
“ASAAAAAAA dieu ihhh! Bantuan si Agil yeuh bandel!"
(ASAAAAAAA sini ihhh! Bantuin! Agil nih bandel!)Mungkin mereka berdua sedang berada di dapur. Kali ini Laila terdengar seperti sedang kesusahan menarik Agil kembali ke kamar dengan suara peralatan dapur yang ribut sekali. Saat aku ingin membantu Laila, Kinasih masih tetap menggenggam pergelangan tanganku. Masih menyuruhku untuk tetap diam di dalam kamar. Tetapi aku merasa Laila sangat membutuhkanku kali ini, jadi kuputuskan untuk mendekatkan badanku sedikit keluar untuk melihat ke lorong arah dapur.
AH.
Kinasih benar.
Aku seharusnya menurutinya.
SRANGGGGGGGGGG!
Yang aku lihat sekarang ini adalah tiga wanita sedang menari menyusuri lorong dapur dengan langkah yang perlahan-lahan mendekat ke arah kamarku.
DAG! DAG! DAG!
Kepalanya miring ke kanan dan ke kiri seiring dengan bunyi tumbukan itu. Badanku langsung lemas tetapi mata ini masih saja terpaku memandang wanita itu.
KERSHHHHHHHHHHH.
Kinasih kini menangis. Ia tahu ada yang tidak beres meskipun seluruh badannya tertutup oleh selimut. Tangannya masih menggenggam erat tanganku. Kucoba untuk memundurkan langkahku tapi ...
HA A? AAAAA IIIIII AHAHAHA
Kedua wanita yang menari dibelakang jatuh bersujud sedangkan wanita yang paling depan itu berhenti menari. Sebagai gantinya sekarang ia membuka mulut. Mengeluarkan suara yang membuatku nyaris terkulai.
A A HAAAAAAAHAHAHA
Tidak ada suara peralatan dapur. Tidak ada suara Laila yang tadi sempat memangilku. Yang tersisa hanyalah ketiga wanita itu yang memenuhi lorong menuju dapur dengan pakaian kebaya dan selendang yang sama yang aku lihat dalam mimpiku.
A A AHAHAHAHA? HAAAAAHHH!!! HAAAAAAAHHH!!!
Teriakannya membuat aku reflek menutup pintu kamar dan menguncinya dengan tanganku yang masih bergetar. Kutarik nafas sedalam-dalamnya. Apa benar yang kulihat tadi? Kemana Laila dan Agil?
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYEMBAH SETAN [COMPLETED]
HorreurAsa, seorang gadis yang berlibur ke rumah bibinya di desa Cigetih mendapati hal-hal aneh. Dimulai dari hilangnya Laila dan Agil teman barunya yang sedang menginap bersamanya malam itu dan munculnya ketiga sosok penari yang ternyata bersangkutan deng...