Sepanjang hari Tia gak konsen sama pekerjaannya. Dia jadi harus double check karena berkali-kali salah ketik saat menginput nomor orderan. Beruntung saat ini bukanlah akhir bulan sehingga pekerjaan tidak terlalu menumpuk. Kalau akhir bulan dan Tia seperti ini, bisa-bisa ia harus mengambil lembur.
"Napa sih lo?" tegur Hasmi yang mulai merasa terganggu mendengar gerutuan atau decakan dari bibir Tia tiap kali dia melakukan kesalahan.
Kalau ditanya kenapa, Tia juga gak tahu jawabannya. Dia juga gak ngerti kenapa jadi kayak salah tingkah sendiri gini.
"Barter deh, Ti. Lo save-savein terus print invoice yang udah di approve aja noh di meja gue. Biar gue yg input orderan." Hasmi akhirnya memberikan usul win-win solution. Kalau tinggal ngesave terus print doang Tia gak mungkin salah pencet kan? Lagian biar dia gak kena lembur juga sih. Soalnya kalau Tia lembur, atasan mereka pasti nunjuk Hasmi buat ngawasin. Maklum lah biar udah kerja selama hampir dua tahun juga Tia emang masih dianggap junior di kantor itu karena usianya yang masih muda.
"Makasih, Kak." Tia dan Hasmi langsung bertukar posisi. Dengan kecepatan mengetiknya, Hasmi menginput nomor orderan ke dalam sistem agar bisa diapprove bagian Inventory dan masuk laporan ke bagian Finance.
Pekerjaan yang tadinya sama Tia bakal kelar sampai jam balik kantor atau mungkin lebih, sama Hasmi udah kelar tepat saat jam istirahat makan siang. "Makan dulu yuk, Ti?" ajak Hasmi. Tia mengangguk mengiyakan. Ia juga tinggal nunggu printan terakhir dari invoice yang udah dia save tadi.
"Ke kantin duluan aja, Kak. Nanti gue nyusul." Tia kemudian mengambil dompetnya dan menyerahkan selembar uang sepuluh ribuan pada Hasmi. "Tolong pesenin gue es jeruk aja dulu," pintanya.
Hasmi mengangguk kemudian pergi ke kantin bersama Leoni dan juga Rizki. Selepas rekan-rekannya meninggalkan ruangan, Tia menarik napas sejenak. Ia kemudian mengambil ponselnya untuk mengecek ada notif apa saja selama dia kerja tadi. Matanya langsung terbuka penuh ketika melihat chat masuk dari Tio.
Mas Tio: Ti, nanti istirahat lo gak usah beli makan yaa.
Mas Tio: Ti, keluar sebentar bisa ga?
"Mampus gue!" pekik Tia. Dia langsung melompat dari kursinya, berlari menuju tangga. Chat terakhir dari Tio itu udah dari dua puluh menit yang lalu dan Tia baru baca sekarang.
Duh, masih ada gak ya? Dengan hati ketar-ketir karena perasaan gak enak telah membuat orang menunggu, Tia menuruni satu persatu anak tangga dengan cepat.
Sebelum sampai keluar, Tia mendengar namanya dipanggil oleh Amy dari bagian receptionist. "Tia!" serunya.
Tia menghampiri Amy lebih dulu walau wajahnya masih celingak-celinguk keluar untuk mencari sosok Tio. "Tia, ini tadi ada titipan buat kamu."
"Dari siapa, Mbak?" tanya Tia seraya membuka bingkisan itu. Yasalam! pekiknya dalam hati ketika melihat isi dari bungkusan plastik itu.
"Gak tahu, Ti. Tadi cuma bilang titip buat kamu aja."
Rupanya di dalam bingkisan itu ada sekotak pizza dengan secarik kertas yang menempel diatasnya yang bertuliskan:
Ti, kayaknya lo lagi sibuk banget ya? Gue juga gak bisa lama-lama, sorry. Dimakan yaa. Kabarin gue kalau lo udah nerima ini. -Tio.
Tia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Tio via applikasi WhatsAppnya namun sayangnya panggilannya itu tidak mendapat jawaban. Akhirnya Tia memutuskan untuk mengirim chat saja
Tia: Yo, thankyou banget yaa. Maaf ngerepotin dan bikin lo nunggu lama di luar.
Satu menit lebih Tia menunggu balasan dari Tio namun ponselnya nampak tidak memunculkan notifikasi apapun. Akhirnya Tia memutuskan untuk menyusul Hasmi di kantin setelah sebelumnya pamit dengan Amy.
"Bawa apaan tuh, Ti?" tanya Hasmi saat Tia menghampirinya. Rupanya Hasmi tidak menunggu Tia seorang diri melainkan bersama Rizki dan Leoni. Sebenarnya gak masalah sih, cuma kenapa mereka duduk sebelahan sama mejanya Guntur, Panji dan Laras? Kan Tia jadi keinget kejadian kemarin dan omongan Laras yang masih menggantung sampai saat ini.
"Pizza. Makan aja." Tia meletakan pizza yang dibawanya di atas meja, di tengah-tengah mereka berempat.
"Dari... Tio?" Dengan refleks Tia merobek kertas yang sedang Rizki baca. Sial, dia lupa merobeknya tadi.
"Lu punya kembaran namanya Tio? Kok gue gak pernah tahu sih?" tanya Rizki lagi.
"Makan aja udah, heran gue kepo amat lu," jawab Tia tanpa menanggapi pertanyaan Rizki. Ia membuka kotak pizza itu dan mengambil satu slice dari dalamnya. Tak lupa juga ia menawarkannya pada meja disampingnya. Hanya Laras dan Panji yang menjawabnya sedangkan Guntur diam saja seolah tidak mendengar ada suara sama sekali atau sepertinya ia menganggap suara Tia hanyalah bisikan semut.
Tia menghela napas diam-diam. Dulu dia paling senang kalau Guntur diam begini, tapi sekarang rasanya kok kayak tekanan batin ya?
***
To be continue
![](https://img.wattpad.com/cover/101959487-288-k877035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OJEK-ZONE
Humor[Complete] Kalau selama ini yang kita tahu ojek online itu adalah suatu usaha di bidang jasa dengan mengandalkan internet untuk pemesanan sampai ke tempat tujuan. Kira-kira bisa gak ya abang ojek online selain bawa ke tempat tujuan, juga bawa kita k...