Tio mencoba mengendalikan diri dan situasi. Tampang Tia begitu ngelihat dia udah pucet banget kayak ketemu rentenir, jadi Tio gak mau nambah-nambahin bikin canggung suasana dengan nanyain soal chatnya yang gak dibales-bales itu.
"Lagi nyari buku juga?" Pertanyaan itu yang akhirnya dipilih Tio untuk membuka pembicaraan.
Tia tersenyum kikuk, "Hm, iya nih lagi lihat-lihat novel aja."
Udah gitu doang? Gak mau nanya balik gue disini juga ngapain? batin Tio. Ia mencoba menyabarkan dirinya sendiri. Harus dimaklumi namanya juga baru kenal. Mungkin Tia takut terkesan terlalu 'mudah' untuk didapatkan.
"Ooh suka baca novel apa?" Sebagai cowok, Tio mengalah buat aktif duluan. Yaa asal jangan di awal aktif tapi di akhir malah ngilang aja sih, bener gak?
"Yang teenlit atau youngadult gitu sih paling gue bacanya."
"Ooh yang kayak lo pegang ini ya?" Tio menunjuk sampul dari buku yang Tia pegang dan membaca judulnya di dalam hati.
Tia mengangguk mengiyakan. "Iya, ini salah satunya."
"Seru ceritanya?" tanya Tio lagi.
"Seru! Tentang--"
"Badboy?" sela Tio.
Tia terdiam kemudian memandang Tio tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Am I right?" tanya Tio.
"Not at all sih, cuma ya tokohnya emang bisa dibilang ada karakter badboy-badboynya gitu."
Tio tertawa sementara Tia memandangnya bingung. "Kenapa ketawa?"
"Cewe tuh gitu ya? Sukanya sama yang badboy tapi giliran dikasih beneran yang badboy malah ngeluh. Katanya dibikin nangis terus, nyakitin hati mulu dan segala macem." Tio menyuarakan pemikirannya. Sebenernya hal itu juga sih yang jadi pertanyaannya selama ini. Tio suka heran aja sama pola pikir cewek.
Tia mengangkat kedua bahunya bersamaan kemudian memasukkan buku yang tadi dipegangnya kedalam tas plastik khusus belanjaan bersama dengan dua buku lainnya. "Yaah gimana yaa... every girl wants a bad boy who will be good just for her, such as every boy wants a good girl who will be bad just for him. Bener ga?"
Kini ganti Tio yang diam. Ya emang bener sih. Tio sebagai cowok normal juga maunya emang gitu. Dia mau pendampingnya kelak tuh cuma 'nakal' sama dia aja. "Jadi lo juga mau yang badboy nih?" godanya.
"Bad boy, good husband hahaha."
Lama-kelamaan akhirnya mereka bisa ngobrol santai. Tia aja bahkan sampai ga inget tentang kecurigaannya kalau Tio udah beristri atau belum.
"Oh luar gramedia pindah ke sini, Mas?" sindiran itu berasal dari mulut Tania yang tiba-tiba datang dengan plastik berisi buku yang telah dibayarnya.
Tio hanya terkekeh seraya merangkul Tania yang masih cemberut kesal. Gimana gak kesel? Tadi pas gak lama Tio pamit buat nunggu di luar, Tania pergi ke kasir untuk membayar buku belanjaannya. Pas dia nyusul keluar dan gak nemuin Tio dimana-mana, otomatis Tania jadi panik takut ditinggal. Dia sampai harus ngiter-ngiterin gramedia buat nyari Tio yang ternyata malah lagi asik ngobrol di spot khusus novel.
"Jangan cembetut lah ini ada teman Mas gak enak tahu," bisik Tio pada Tania yang masih masuk ke indera pendengaran Tia.
Teman? ulang Tia dalam hati. Baru ngobrol beberapa menit udah jadi teman? Gampang banget ya temenan versinya.
"Tia, kenalin ini adik gue Tania." Tio kemudian mempersilahkan Tania untuk mengulurkan tangannya agar dapat berjabat tangan dengan Tia.
Tania tersenyum sopan seraya menyalami Tia. "Tania, Kak," ujarnya memperkenalkan diri.
"Tia," sahut Tia yang juga memperkenalkan dirinya.
"Kak Tia pacarnya Mas Tio ya?" tanya Tania tiba-tiba membuat Tia membelalakan matanya kaget sedangkan Tio sendiri sudah mendaratkan kepalan tangannya di kepala adiknya itu.
"Pacarin aja Kak gak apa-apa soalnya di rumah kita udah pada takut kalau Mas Tio itu jomblo abadi," timpal Tania lagi seolah belum puas menggoda kakak lelakinya itu padahal Tio sudah memelototinya.
Aduh ini bocaahh! geram Tio dalam hati. Tio kan gak mau Tia berpikir macam-macam. Gimana kalau gara-gara omongan Tania, Tia jadi mikir Tio itu gak laku, terlalu pemilih, atau yang paling parah... gak suka cewek.
Tia sendiri hanya tersenyum menanggapi ucapan Tania. Oh jadi jomblo... Pikiran Tio rupanya terlalu jauh padahal Tia hanya tertarik dengan satu kata itu. Karena dengan satu kata itu kecurigaannya selama ini terpatahkan.
"Ya udah gue balik duluan ya, Tia. See you!" pamit Tio sambil membungkam mulut Tania dengan tangan kirinya sedangan tangan kanannya menghela gadis itu agar mengikuti langkahnya.
"Dadah Kak Tia!" seru Tania dengan susah payah.
Tia mengangguk seraya melambaikan tangannya. "Hati-hati," pesannya dan Tania pun mengacungkan ibu jarinya.
Tia tertawa kecil. Menurutnya Tio sama Tania itu benar-benar saudara sedarah sebab mulut Tania sama bawelnya dengan mulut Tio.
Drrtt!
Ponsel Tia tiba-tiba bergetar pertanda ada notifikasi yang masuk. Rupanya notif itu berasal dari WA yang dikirim oleh pria yang belum ada lima menit hilang dari pandangannya.
Mas Tio: Nanti kalau butuh tumpangan bilang aja ya :)
Tia menarik sedikit kedua sudut bibirnya membentuk selengkung senyum tipis. Jemarinya sudah tidak seberat kemarin untuk membalas chat itu.
Tia: Iya, makasih tawarannya.
Di luar sana Tio sudah cengar-cengir senang membaca chat--yang sebenernya biasa aja-- dari Tia. Baru chatnya yang dibalas aja dia udah senang. Apalagi kalau perasaannya yang dibalas ya? Hm...
***
To be continue
![](https://img.wattpad.com/cover/101959487-288-k877035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OJEK-ZONE
Comédie[Complete] Kalau selama ini yang kita tahu ojek online itu adalah suatu usaha di bidang jasa dengan mengandalkan internet untuk pemesanan sampai ke tempat tujuan. Kira-kira bisa gak ya abang ojek online selain bawa ke tempat tujuan, juga bawa kita k...