20. Ajakan

7.8K 1.1K 17
                                    

"Pagi, Kak."

"Pagi juga, Ti."

Tia lantas duduk di tempatnya setelah menyapa Hasmi. Seperti biasa, mereka berdua pasti datang lebih awal dibanding dua rekan kerja mereka yang lainnya, Rizki dan Leoni.

"Kalau selama ini menurutmu saya bercanda, boleh kali ini saya meminta izin untuk serius?"

Ck! Tia langsung geleng-geleng kepala untuk mengenyahkan bayangan itu. Kemarin dengan bodohnya pas Guntur bilang gitu Tia malah langsung keluar dari mobil dan beralasan "Dosen saya udah masuk, Pak. Duluan ya, Pak. Hati-hati." Dan akibatnya sekarang dia bener-bener gak tahu gimana harus bersikap kalau bertemu Guntur tiba-tiba.

"Kenapa lu, Ti?" tanya Hasmi yang heran melihat Tia tampak gelisah kayak emak-emak waktu ditagih kreditan daster.

"Gak apa-apa, Kak."

Handphone Tia kemudian bergetar menandakan ada notifikasi masuk yang rupanya berasal dari applikasi WhatsAppnya.

Mas Tio: Ti, sabtu ini ada acara ga?

Tia: Gak kok. Kenapa?

Mas Tio: Temenin gue kondangan bisa?

Tia: Waah ke kondangan mantan nih yee 😆😆

Mas Tio: Anjir gue gak selemah itu kalo ke nikahan mantan mah dateng sendiri
Mas Tio: #kamitidaktakut #cumakagetdikit

Tia: Wkwkwk terus ini kondangan kemana dong?

Mas Tio: Kakak sepupu gue yang nikah. Keluarga gue naik mobil dijemput sama tante gue. Nah gue naik motor sendiri soalnya anak tante gue bawa pacarnya jadi di mobil gak muat deh.

Tia: Terus lu ngajak gue supaya ada teman ngobrol gitu?

Mas Tio: Ih cerdas memang ga salah pilih gue.
Mas Tio: Teman ngobrol merembet teman hidup juga boleh.

Tia: Ngarep😛😛
Tia: Yaudah, sabtu jam berapa?

Mas Tio: Jam sepuluh gue jemput di rumah lo oke?

Tia: Okay

"Dari siapa sih, Ti? Udah bikin senyam-senyum aja tuh pagi-pagi," goda Hasmi even sebenarnya dia sendiri juga udah tahu sih Tia chattingan sama siapa.

"Kepo deh kamu, Kak." Tia mengedipkan sebelah matanya pada Hasmi kemudian menyalakan komputernya untuk mulai bekerja.

***

Tio hampir loncat dari kursinya kalau aja dia gak mati-matian menahan diri untuk gak bertingkah layaknya ABG labil. Senang? Iya, jelas. Walau ini bukan kali pertama dia jalan sama Tia, tapi nanti kali pertama dia bakal mempertemukan Tia sama keluarganya. Untung semalem Tio sempet ngobrol-ngobrol sama Deri. Kalau gak, mungkin dia gak terpikir untuk ambil langkah ini.

Tio menggulung kemejanya sampai sebatas lengan. Kepalanya juga ia telengkan ke kiri dan ke kanan untuk memberi gerakan pada lehernya yang terasa kaku karena seharian menatap lurus layar komputer.

Ia kemudian mengambil ponselnya yang sejak siang tadi tak disentuhnya. Cukup dengan melihat satu nama di layar notifikasinya, Tio merasa lelahnya hilang. Lebay memang. Tapi yang namanya lagi jatuh hati mah tai ayam dibawangin juga dikira bubur.

Tia: Yo, thankyou banget yaa. Maaf ngerepotin dan bikin lo nunggu lama di luar.

Tio tersenyum selagi jemarinya mengetik balasan untuk Tia. Yang tidak dia sadari adalah Deri memperhatikan gerak-geriknya sedari tadi.

"Roman-romannya ada yang udah jadian nih," goda Deri setelah Tio kembali meletakkan ponselnya.

"Jadian apaan?"

"Itu. Lo sama cewek yang lo ceritain sempet jadi customer lo."

Tio membulatkan mulutnya membentuk huruf O. "Belum jadian," jawabnya sembari menshutdown laptopnya. "Bingung gue sebenernya. Mau nembak tapi gue takut beda keyakinan."

"Hah? Dia beda agama sama lo gitu?" Deri membelalakkan matanya kaget. Pasalnya pas cerita tempo hari tuh Tio gak menyinggung soal ini.

"Bukan. Guenya yakin sama dia tapi dianya gak yakin sama gue."

"Ye ketek beruang!" ketus Deri kesal. Orang dia udah serius-serius malah dibecandain. "Ya lo sendiri udah ada langkah apa buat bikin dia yakin sama lo?"

Tio nampak berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Deri. "Hmm... anter-jemput?"

"Yaelah. Tukang ojek biasa juga bisa," jawab Deri cepat

"Ngechat tiap hari?"

"Official Account juga tiap hari ngirimin chat," balas Deri lagi.

"Ngajak jalan?"

"Lo pikir yang ngajak dia jalan lo doang?"

Tio mulai merasa kesal karena daritadi Deri terus-terusan menjawab perkataannya. "Ya terus apaan lagi dong?!"

"Lah yang lagi PDKT elu napa nanya ke gue?" Tuh kan emang temen mah gitu. Ada aja ngeselinnya.

"Nih ya, Yo..." Deri mulai bersiap untuk berceramah. Sebagai yang lebih berpengalaman (menurut dirinya sendiri) dalam hal percintaan , Deri merasa perlu membekali Tio dengan beberapa nasihat. "Cewek itu gak cukup sama kode-kode doang. Bukan karena mereka gak peka, tapi karena mereka butuh sesuatu yang bisa dipercaya."

Tio diam. Meski kata-kata itu keluar dari mulut laknat Deri, mau gak mau Tio harus mengakui kalau itu benar. "Terus gimana dong, Der?"

"Ya gimana kek! Ngurusin komputer bisa masa PDKT sama cewek aja nanya gue. Emang kalau lo dapet nanti gue bakal dibagi?"

Kalau aja gak sayang sama laptop kantor, Tio pasti udah ngelempar laptop di hadapannya ke muka Deri. Enak aja dikata main bagi-bagi. Chunkybar aja gak rela bagi-bagi.

"Lu udah pernah ajak Tia ketemu keluarga lu belom?" tanya Deri dan Tio menggeleng sebagai jawaban.

"Eh pernah sih ketemu Tania gak sengaja di toko buku."

"Ya beda lah beon. Coba ajak dong main ke rumah lo terus ketemu keluarga lo, jangan diajak jalan-jalan ngemall mulu. Nanti kan yang bakal lo bangun itu 'rumah tangga' bukan 'mall tangga'."

Senyum Tio mengembang. Ia menghampiri Deri seraya mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk kepala Deri. "Gue kira selama ini kepala lu kosong, ternyata ada isinya juga. Salut gue!" pujinya yang dibarengin sama hinaan biar imbang.

"Berak!"

Berkat usul Deri itu lah Tio berani mengambil langkah untuk mengajak Tia secara gak langsung bertemu keluarganya. Yaa hadir bareng ke undangan nikahan aja dulu, mana tau bisa duduk di pelaminan bareng juga ya kan?

***

To be continue.

=========

Nih yaa yang pada nanyain Tio biar disangkanya aku gak berat ke satu sisi antara Tio sama Guntur.

Tio punya cara sendiri, Guntur juga punya cara sendiri. Kita lihat aja nanti cara mana yang bisa mencapai tujuan ya wkwkwk.

Much love,

Asty K

OJEK-ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang