"Ih gak usah pakai gitu-gituan deh, Ras!"
Rasti bertolak pinggang. "Lu susah banget diatur sih!" omelnya pada Tia. Ia lantas hendak kembali memakaikan Tia eyeliner namun Tia menolaknya. "TANTE, TIA NIIHHH!!" adunya pada nyokap Tia.
"TIAAA!!" seru nyokap Tia dari luar kamar.
"Iya, Mah. Iyaa," sahut Tia. Ia kemudian melirik sinis pada Rasti. "Ini nyokap gue apa nyokap lu sih?! Yang dibelain lu mulu," sungutnya.
Rasti hanya terkekeh pelan kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya memakaikan eyeliner di kelopak mata Tia. Iya, pakai eyeliner doang aja bisa habis setengah jam gara-gara keduanya adu mulut terus.
"Ras, jangan medok-medok. Nanti gue disangka apa kali dandan medok banget." Meski akhirnya duduk diam, Tia tetep juga ngedumel sama Rasti.
"Ck! Medok apaan coba orang gue juga make up-in lo natural gini. Lo aja protes mulu dari tadi jadi kesannya banyak." Yang dibilang Rasti memang benar. Rasti cuma pakai CC cream di wajah Tia as a foundation terus ditimpa bedak tabur. Pipinya dia kasih blush pink sedikit biar keliatan seger. Untuk mata juga Rasti cuma kasih eyeshadow cokelat muda sama dia bikin a little wink liner. Bibirnya dia kasih lipstick yang warna nude dicampur liptint yang shade cherry pink biar kasih kesan gradient lips. Udah itu doang padahal tapi Tia udah ngerasa dirinya kayak ondel-ondel.
"Nanti Tio mikirnya gue lenjeh, Ras."
"Yang ada dia mikir lo gak tahu diri kalau sampai lo diajak kondangan tapi cuma pakai bedak bayi doang!"
Tia mencebik. Dia emang ga bisa dandan kayak Rasti. Cuma gak seketerlaluan itu sih pakai bedak bayi doang. Bedak bayi sama baby lips dah ehehe.
"Selesaii! Sekarang ganti baju lo." Dengan sekuat tenaga Rasti mendorong Tia ke kamar mandi untuk mengganti baju dengan pakaian yang dipilihkannya.
Lima menit berlalu Tia keluar dengan blouse brukat lengan panjang berwarna biru yang dipadu dengan rok batik. "Naah kan cantik," puji Rasti. Ia kemudian menarik lengan Tia hingga gadis itu teduduk lalu membantunya memakai kerudung.
"Ras, ini beneran gak berlebihan?" Tia mematut dirinya di cermin. Harus dia aku bayangan yang memantul di cermin memang cantik dan terkesan anggun. Namun tetap saja Tia merasa aneh karena dia gak pernah satu kali pun berpenampilan seperti ini. Waktu ke nikahan kakaknya Rasti aja dia cuma pakai gamis dan tanpa riasan make up. Cuma pakai lip ice. Itu juga minta punya Lasa.
"Enggak, Ti. Gue jamin Tio pasti bakal muji lo 'cantik' deh." Rasti mengacungkan kedua jempolnya untuk meyakinkan Tia.
Ponsel Tia bergetar menandakan ada notif yang masuk.
Mas Tio: Gue udah sampai. Masuk atau tunggu depan jalan aja?
"Tio udah nyampe?" tanya Rasti dan Tia menganggukkan kepalanya.
"Gue jalan dulu ya?" pamit Tia.
"Take care."
Tia langsung keluar kamar meninggalkan Rasti yang lagi merapikan alat-alat make upnya di dalam. Rasti udah dianggap seperti anggota keluarga sendiri jadi Tia gak masalah ninggalin Rasti karena nanti juga dia pasti main sama adik dan nyokapnya. Atau kalau engga Rasti tidur di kamarnya berasa di rumah sendiri. Setelah berpamitan pada mamahya, Tia bergegas memakai wedgesnya lalu setengah berlari untuk menemui Tio yang menunggunya sebelum mamahnya mencak-mencak karena Tia gak ngajak Tio masuk ke dalam dan malah disuruh tunggu di luar kayak tukang ojek. Tapi Tio emang abang ojek online sih....
Tia menghampiri Tio yang duduk di atas motor sambil memainkan ponselnya. Tia harus berterimakasih pada Rasti karena setidaknya Rasti telah membuat penampilannya tidak timpang jika berjalan bersisian dengan Tio yang memakai setelan jas warna hitam.
"Hai," sapa Tia.
"H--" Tio terdiam. Bahkan untuk menyapa 'Hai' saja bibirnya terasa kelu. Matanya tidak bisa lepas dari sosok Tia.
Sadar bahwa dirinya diperhatikan dengan begitu intens, Tia berdehem pelan. "Ehm, jalan sekarang?"
"Eh? A-ayo."
***
Setibanya di tempat pernikahan saudara Tio, kaki Tia mendadak gemetar. Dia baru sadar kalau artinya di tempat ini pasti banyak anggota keluarga Tio yang lainnya. Great! Tia emang kelewat polos atau bego gak ngerti lagi deh.
"Ayo, Ti." Tio menekuk lengannya sedikit, memberi ruang agar Tia dapat menyelipkan tangannya.
Aduuh gue mules! batin Tia. Isi perutnya bener-bener kayak dikocok-kocok padahal dia belum makan apa-apa.
"Santai aja, lo gak bakal ditanya macam-macam." Tio berinisiatif untuk menenangkan Tia karena melihat wajah pucat yang tercetak jelas bahkan meski gadis itu sudah memakai make up.
Dengan mengucap bismillah dalam hati, Tia akhirnya menyisipkan tangannya di lengan Tio. Tatapan matanya mengisyaratkan Tio agar melangkahkan kakinya memasuki gedung yang disewa untuk resepsi pernikahan saudara sepupu Tio.
"Ehem Mas Tio bawa gandengan nih?" Baru sampai meja penerima tamu aja Tia udah dapat sambutan kayak gini.
"Bawa dong," jawab Tio bangga sedangkan Tia cuma senyum-senyum canggung. "Mas ke dalam dulu ya," pamit Tio kemudian pada dua gadis cantik yang seragam memakai kebaya warna merah.
Langkah semakin jauh, semakin banyak pula orang-orang yang Tia temui. Beberapa diantaranya menyapa Tio yang mau tak mau Tia pun harus ikut beramah-tamah sesaat.
"Kak Tia?!" Tia menarik napas lega saat menemui sosok Tania yang menyerukan namanya. Refleks Tia membuka kedua tangannya seolah memberi isyarat Tania untuk menghampirinya.
Tania pun menghambur ke pelukan Tia. Padahal baru bertemu satu kali, tapi Tania lumayan sering sih nyuri-nyuri chattingan sama Tia kalau abangnya itu lagi mandi atau ketiduran. Jadi walau baru tatap muka sekali, Tania ngerasa gak canggung lagi buat manja ke Tia.
"Udah kuduga Mas Tio pasti ngajak Kak Tia," ujar Tania sambil melirik kakaknya penuh arti. Pertanyaan dia tadi pagi sudah terjawab. Pantesan Tio milih jalan sendiri naik motor dibanding ikut sama keluarganya naik mobil. Jadi, ya, Tio emang ngebohong sama Tia soal mobil yang gak muat supaya Tia mau ikut sama dia.
Tio hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memberi isyarat lewat tatapan mata pada Tania agar adik kecilnya itu berbaik hati untuk menjaga rahasia.
"Kak Tia, ketemu Bapak sama Ibu yuk?" ajak Tania tiba-tiba.
Mata Tia mengerjap. "Eh?"
***
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
OJEK-ZONE
Comédie[Complete] Kalau selama ini yang kita tahu ojek online itu adalah suatu usaha di bidang jasa dengan mengandalkan internet untuk pemesanan sampai ke tempat tujuan. Kira-kira bisa gak ya abang ojek online selain bawa ke tempat tujuan, juga bawa kita k...