22. Calon Anak?

7.6K 1.2K 17
                                        

Tanpa sempat mengelak, Tania sudah menggamit tangan Tia dan menghelanya untuk menemui kedua orangtuanya. Tio sendiri hanya berjalan santai di belakang mengikuti langkah kedua gadis itu.

"Bu, Pak," Tania memanggil kedua orangtuanya yang berarti kedua orangtua Tio juga. Jantung Tia udah kebat-kebit gak karuan. Rasanya dia mau kabur ke toilet aja.

"Kenapa, nduk?" Wanita paruh baya yang Tania panggil 'Bu' itu menoleh, menatap putrinya lalu pindah menatap sosok yang dibawa putrinya.

"Ini Kak Tia, Bu." Tania memperkenalkan Tia pada ibunya. Tia tersenyum sopan seraya mengecup punggung tangan Sang Ibu dan juga Bapak yang baru saja ikut nimbrung.

"Kok kamu yang bawa sih, mana Mas mu?"

"Hadir, Pak." Dari belakang Tio melambaikan tangan ke arah ayahnya seolah absen kalau ia sudah datang.

"Aduuh cantik sekali nak Tia ini," puji Ibu Tio membuat Tia tersenyum malu-malu. "Kok bisa ya yang cantik gini disembunyiin?" Kali ini tatapan Ibu Tio mendelik pada putra sulungnya yang cengengesan di belakang Tania.

"Ini udah dikenalin kan, Bu." Tio membela dirinya sendiri.

Disembunyiin? Dikenalin? Aduh ini apa sih? Tia mendadak tidak mengerti dengan situasi keberadaannya kini.

"Ayoo nak Tia makan dulu." Ibu Tio kemudian dengan lembut menghela Tia menuju tempat prasmanan. Mengambilkan piring dan juga mengisinya dengan nasi dan lauk untuk Tia makan.

"Udah, Tante, itu aja," ujar Tia pelan menghentikan gerakan Ibu Tio yang hendak menyendokkan rendang ke piring Tia yang sudah berisi nasi, sayur sop, ayam bumbu saos, dan tumis kacang panjang. Bukan apa-apa, Tia aja gak yakin bisa ngehabisin semua itu eh udah mau ditambahin lagi.

"Ayoo dimakan. Tante ambilin minumnya dulu yaa."

Baru Tia mau bilang "Gak usah, Tante," tapi nyokap Tio udah keburu ngeloyor meninggalkan Tia sendiri.

Tia mengedarkan pandangannya mencari sosok Tio. Tadi mereka terpisah begitu saja begitu nyokap Tio membawa Tia ke meja prasmanan. Pandangannya menemukan sosok Tio. Lelaki itu nampak sedang berbincang dengan ayahnya. Tia mengasumsikan itu bukan perbincangan yang serius sebab Tio masih sempat menyunggingkan senyum dan tawanya di hadapan ayahnya. Tia mengurungkan niatnya untuk memanggil Tio. Biarlah Tia memberanikan diri untuk belajar menyesuaikan dirinya sendiri dalam lingkungan baru ini.

"Kok gak dimakan nak?" tanya Ibu Tio yang kembali dengan membawa satu aqua gelas dan juga segelas es sari jeruk.

"Eh, iya, Tante. Ini baru mau makan." Tia kemudian menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya. "Tante gak makan juga?" tanya Tia berbasa-basi.

"Tante udah makan tadi. Ayo kamu makannya dihabisin ya."

InsyaAllah Tante, jawab Tia dalam hati. Masalahnya ini nyokapnya Tio berlebihan banget nyendokin makan buat Tia udah kayak Tia belum makan dari lahir. Kalau gak Tia tolak-tolak pasti piring Tia udah penuh banget kayak tumpukkan lauk di Rumah Makan Padang.

"Ini pengantinnya yang mana Tante yang masih ada ikatan keluarga?" Tia iseng bertanya begitu soalnya gak mungkin juga kalau dia diem doang sedangkan nyokapnya Tio nungguin dia makan.

"Yang perempuan. Dia anak dari kakaknya suami Ibu. Usianya lebih tua dua tahun dari Tio." Tia manggut-manggut kemudian kembali menyuap satu sendok nasi ke dalam mulutnya. "Tapi sayang banget nasibnya jadi istri kedua."

"Uhuk, uhuk!" Refleks Tia langsung tersedak begitu mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Ibu Tio.

"Eh? Pelan-pelan makannya. Ini minum." Dengan lembut Ibu Tio mengusap punggung Tia sambil membantu Tia meminum es sari jeruk yang dibawakannya.

"Maaf, Tante. Tia gak bermaksud."

Ibu Tio mengangguk mengerti. "Tante waktu dengar kabar itu juga kaget kok. Cuma kalau semua pihak udah setuju, ya gimana? Itu istri pertama dari mempelai suaminya juga hadir kok. Ini poligami paling adem ayem yang pernah Tante lihat langsung."

Tia mengikuti arah jari telunjuk Ibu Tio yang menunjuk pada seorang wanita dengan kebaya emas dan kain batik cokelat yang nampak sangat anggun dengan rambutnya yang disanggul. Interaksinya dengan mempelai wanita membuat Tia sama sekali tidak menyangka bahwa mempelai wanita itu ialah madu bagi si wanita berkebaya emas.

Kok bisa ada wanita yang rela cintanya dibagi?

Ah, tapi Tia tak mau ambil pusing dengan urusan rumah tangga orang lain karena terkadang apa yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan yang terjadi di dalam.

"Ada wajah baru nih," sapa seorang wanita paruh baya yang Tia perkirakan usianya tak jauh berbeda dengan Ibu Tio.

"Eh, Mbak. Kenalin ini Tia. Tia, kenalin ini Rieke. Uwanya Tio."

Tia menyalami sosok wanita bernama Rieke itu dengan mengecup punggung tangannya sopan.

"Ayu bener, siapamu ini?" tanya Rieke pada Ibu Tio.

"Anakku juga ini hahaha."

"Wah ada pesta lagi dong nanti."

Tia hanya tersenyum mendengarkan obrolan dua ibu-ibu itu. Dalam hati senang juga ternyata Ibu Tio menganggapnya seperti anak sendiri.

"Bu, Pak, Tio duluan ya? Mau antar Tia pulang dulu soalnya." Usai berfoto dengan pengantin, Tio meminta izin pada orangtuanya untuk pamit undur diri lebih cepat dari yang lain.

"Ya, hati-hati. Kapan-kapan ajak Tia main ke rumah," jawab Ayah Tio.

Ibu Tio bergerak maju untuk memberi Tia pelukan singkat dan kecupan ringan di dahi. "Jangan sungkan kalau mau berkunjung ke rumah ya nak," pesannya pada Tia.

Tia hendak pamit pada Tania namun dilihatnya anak itu sedang asik bersama sepupu-sepupunya yang lain jadi Tia pun mengurungkan niatnya. Nanti saja ia mengabari Tania toh tadi keduanya sudah bertukar nomor handphone jadi Tania tak perlu sembunyi-sembunyi lagi mengambil handphone Tio untuk chatting dengan Tia.

"Om, Tante, Tia pamit duluan ya. Makasih banyak. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Keluarga gue baik kan?" tanya Tio saat keduanya berjalan menuju parkiran.

Tia mengangguk antusias. "Tadi Tante bilang gue ini anaknya," adu Tia.

Tio tertawa geli membuat Tia menatapnya bingung. Apanya yang lucu sih?

"Lo tuh kelewat tumpul apa gimana sih, Tia?" tanya Tio disela-sela tawanya.

"Hah?"

"Menurut lo nyokap gue nganggap lo anak sendiri karena apa?" tanya Tio lagi dan Tia masih tetap dengan tampang bingungnya.

"Lo mau diangkat jadi anak menantuu!" geram Tio gemas membuat Tia benar-benar terperangah.

"HAH?!"

***

To be continue

====================

Duh jadi pingin diajak kondangan juga kalau gini caranya sih wkwkwk.

Eiya, ayo promosiin cerita ini ke temen-temen kamu yaa. Terus follow ig aku juga kalau mau lihat quote atau puisi bikinan aku😄 Someday aku kayaknya mau bikin kuis or giveaway juga via instagram. Jadi follow dari sekarang yaa😉

Instagram.com/atyampela

Btw aku lagi demen banget liat updatean drama ojek online di instagram. Abangnya banyak yang gemesin dan bikin ngakak juga😂😂 Ada yang sehobi sama aku? Wkwkwk

Much love,

Asty K

OJEK-ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang