Epilog

18.4K 1.1K 48
                                    

"Ti lo diem doong! Gereget deh gue lama-lama!" Ini sudah kali kesekian Tia dapat omelan dari Rasti gara-gara gadis itu gak bisa diam padahal Rasti sedang memakaikan eyeliner di matanya.

"Lo tau kan kalau kecoret sedikit aja fatal? Ini tuh ibarat hidup dan mati tau ga?" ujar Rasti hiperbolis. Tia cuma ngangguk-ngangguk aja tapi tiap kali Rasti mulai menyapukan eyeliner kembali mata gadis itu kedip-kedip gak karuan bikin Rasti naik darah.

"Geli, Raas..." rengek Tia sebelum Rasti mengomelinya (lagi).

"You are 25 years old dan lo masih ngeluh geli karena pakai eyeliner-- adaw! Sakit!" Rasti mengusap kepalanya yang dijitak Tia.

"Jangan bawa umur. Songong lu biar cuma beberapa bulan gue tetep lebih tua dari lu nih," protes Tia.

"Iya tua tapi gak laku-laku," ledek Rasti yang langsung menutup mulutnya begitu mendapat lirikan pedas dari Tia. "Hehehe peace."

"Udah buruan dandanin gue."

"Daritadi juga siapa yang gak bisa diem?"

Setelah setengah jam lebih ribut ini-itu akhirnya mereka berdua selesai berdandan. Saat Rasti sedang merapikan peralatan make upnya, ponselnya berbunyi. Ia pun meminta Tia untuk menjawab panggilan masuk tersebut.

"Lasa, Ras," ujar Tia saat membaca nama yang muncul di layar ponsel Rasti.

"Angkat lah," titah Rasti.

"Halo, kenapa sist?"

"Kalian dimana? Gue udah nyampe nih, buruan dooong!" seru Lasa begitu Tia menjawab teleponnya.

"Iya iya ini gue sama Rasti mau otw."

"Yaudah gece (gece = gerak cepat) gue tunggu. Naik ojek aja biar cepet." Sambungan telepon pun diputus oleh Lasa bahkan sebelum Tia mengiyakannya.

"Apa katanya?" tanya Rasti saat ia sudah selesai merapikan alat-alat makeupnya. Sambil memakai jam tangan, ia menghampiri Tia dan mengambil ponselnya.

"Kita disuruh naik ojek biar cepet katanya," ujar Tia seraya mengambil heelsnya lalu mengenakannya.

"Yaudah lah ayok pesen ojek-zone. Buruan pakai sepatunya."

"Yah ntar kerudung gue berantakan dong Raas..." rengek Tia seraya mengikuti langkah Rasti keluar dari kosannya.

"Ya lu mau liat prosesi akadnya Kak Hasmi gak? Udah buruan pesen."

Tia mengerucutkan bibirnya. Ya dia mau lihat akadnya Hasmi lah, masa dia tega melewatkan momen mengharukan itu. At least dia mau lihat Rizki yang tegang pas ngucapin ijab qabul. Tampangnya pasti udah kayak ayam abis dibentak. Pucet. Tia gak mau lah ngelewatin mengabadikan momen tersebut buat ngecengin Rizki nantinya. Rada gak nyangka juga Hasmi dan Rizki bakal naik pelaminan. The power of jodoh.

"Buruan pesen."

"Iyaa Rasti sayang." Akhirnya Tia mengalah dan memesan ojek zone dari ponselnya.

"Udah dapet nih," ujar Tia begitu orderannya diambil dengan seorang driver bernama Gusti.

"Gue juga udah."

"Oh! Itu driver gue." Tia menunjuk seorang pria yang mengenakan jaket hitam. Ia pun melambaikan tangannya agar sang driver menghampirinya.

"Dengan Mbak Tia?" tanya driver itu dengan sopan.

"Iya." Tia menoleh pada Rasti yang mendahuluinya menjawab pertanyaan driver itu. Ia pun menyikut lengan Rasti namun yang Rasti lakukan justru malah naik ke bagian jok yang kosong di belakang sang driver.

OJEK-ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang