Cerita Tentang Rumah

283 4 0
                                    

Perjalanan selalu menyenangkan. Apalagi, kalau perjalanan yang cukup jauh. Karena, ketika kita jauh dari 'rumah' kita selalu ingat yang namanya pulang. Iya, pulang. Tujuanku berpergian melintasi berbagai kota maupun negara, hanya untuk merasakan rindu 'rumah'. Itu baru ku sadari, ketika di salah satu perjalananku yang lampau, ada seorang anak muda, perempuan yang suka berkeliling juga, dia bercerita akan banyak hal.

Kalau tidak salah, waktu itu adalah bulan pertengahan bulan Maret 2015, ketika berada di kereta tercepat yang dimiliki Jepang, Shinkansen. Aku, seperti biasa, pergi sendirian. Dulu pernah ke Jepang juga sekali, tahun 2010 kalau tidak salah. Waktu itu, pergi bersama teman, aku belajar banyak hal, seperti bagaimana beli tiket kereta di Jepang, cara mencari makanan di Jepang, hingga membaca tulisan Jepang. Meskipun, masih bingung juga cara bacanya. Setidaknya, saya tahu bagaimana saya bisa menemukan kamar mandi.

Perjalanan yang kedua, sedikit berbeda. Dengan mendapat sponsor dari salah seorang teman yang bekerja di perusahaan swasta, akhirnya, segala ekspedisi, mulai dari tiket pesawat hingga tempat tinggal ditanggung oleh teman yang cukup baik ini. Meskipun, tempat tinggalnya harus ikut orang, karena waktu itu pakai jasa AirBnb. Tidak apa - apa, toh sudah dibayari pesawat, penginapan, hingga makanan selama tinggal di Jepang. Dapat uang saku pula, lalu mau ngomel bagaimana lagi? Kurang bersyukur itu namanya.

Selama tinggal di Jepang, kurang lebih 9 - 10 hari. Semua terasa baik - baik saja, bahkan cenderung menyenangkan. Saya sempat melihat hal yang paling ditunggu di Jepang. Festival Bunga Sakura. Kurang tahu namanya apa, tetapi hal itu sangat - sangat menyenangkan. Kalian harus lihat juga deh, dijamin ketagihan.

Waktu itu, karena berangkat dari prefektur Miyagi. Iya, ini Miyagi, bukan Miyabi ya. Ke Osaka itu perlu menggunakan kereta, akhirnya saya memutuskan menggunakan kereta cepat, Shinkansen. Perjalanan hanya membutuhkan sekitar 2 jam saja, cukup cepat, padahal posisinya lumayan berjauhan, harus melewati sekitar 3 hingga 4 distrik. Sudah cepat, tepat waktu pula. Sangat berkebalikan dengan budaya yang ada di Indonesia, yang kalau bisa lambat, kenapa harus cepat?

Di kereta, aku ketemu salah satu turis juga, atau lebih tepatnya kita duduk sebelahan. Dia berasal dari Malaysia, namanya Rascal. Perempuan, dengan rambut lurus sebahu. Matanya tidak sipit, tidak juga besar. Pas. Umurnya antara 25 - 30 tahun. Cantik, tapi bukan selera semua orang, termasuk saya.

Dia bercerita banyak hal, seperti bertemu teman lama yang sudah lama tak jumpa. Mulai dari kehidupan pribadinya seperti keluarganya, hingga alasan kenapa dia juga suka jalan - jalan. Dia bilang, "traveling is a fun thing, we meet a stranger, sharing our story, laugh and cry together. But after all this trip, what we want is to go home safely."

Puisi BernyanyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang