Malam ini, pikiranku melayang.
Hilang.
Terbang.
Mungkin, ia juga lupa akan jalan pulang.Rasanya, aku seperti dihantui.
Dihantui dirimu yang masih ada di hati.
Seram.
Kenapa hal ini terjadi setiap malam?Aku tak pernah benar-benar bisa membencimu.
Mendengar namamu saja, masih buat berdegup hatiku.
Aku tak tahu, harus kunamakan apa ini?
Apakah rasa cinta, atau sesal pada diri?Sesungguhnya, aku menikmati rasa ini.
Semacam balasan yang pantas untukku.
Karena sempat meninggalkanmu di perempatan itu.
Membuatmu merasa hilang, dan tak dihargai.Aku rasa sekarang kamu pun membenciku.
Menyumpahiku setiap malam, sebelum rasa kantuk tiba.
Berharap bahwa semuanya tak pernah ada.
Hingga akhirnya, rasa lelah yang akan menidurkanmu.Ku terima.
Sungguh aku terima.
Aku takkan mengelak atas semua perbuatan bodohku dulu.
Toh, bagaimanapun kamu bercerita, aku tetap salah dulu.Kurasa, sekarang pun pengakuan tak berarti.
Karena semua telah berakhir kini.
Kamu telah bahagia.
Dan alasanku, akan tetap kau anggap sebagai kepalsuan belaka.Tak apa.
Sungguh tak apa.
Biarkanlah saja.
Karena semua telah tiada.
Dan mungkin, hanya aku yang masih memendam rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Bernyanyi
PoetrySekumpulan puisi yang dibuat sewaktu senggang. Sehingga mengingatkan, bahwa eksistensi manusia, benar adanya. Terbuat dari ide angin lewat sesaat, tidak ada paksaan dalam berpuisi, dan mencintai dalam kedamaian adalah salah satu nikmat paling hebat...