[]
"KAK," panggil Atha pada Dhira.
"Ya?"
"Lo pulang bareng siapa?" Atha memperhatikan sekelilingnya dengan agak cemas. Entah kenapa, ia tidak ingin pulang sendiri hari ini.
"Eh, gue pulang sama Nayya. Kenapa?" Tanya Dhira yang heran dengan pertanyaan Atha. Tumben dia menanyakan hal itu.
"Yah, gue nggak bisa nebeng, ya kak?"
Dhira lebih kaget mendengar hal yang baru saja dikatakan adiknya. Hah? Atha? Nebeng? Serius? Dhira menatap Atha beberapa detik dengan tatapan tak percaya. Tumben dia mau nebeng. Biasanya juga pulang sendiri.
"Kak?" Atha memandang Dhira yang tak kunjung menjawab. "Nggak bisa, ya?"
"E-eh, enggak. Nayya pake motor, soalnya. Maaf ya Tha." Dhira terbuyar dari kagetnya. Tak lama, Nayya datang dan mengajak Dhira pulang. "Duluan, Tha!"
Atha hanya mengangguk sambil melambaikan tangannya pada Dhira yang kemudian menghilang di belokan.
Atha menghembuskan nafasnya pelan. Ia benar-benar tidak ingin pulang sendiri hari ini. Merasa tak punya pilihan, Atha akhirnya berjalan dengan gontai kearah rumahnya. Tapi, baru beberapa langkah ia menapak keluar dari gerbang, sebuah motor hitam menghampirinya.
"Lo pulang sendiri?" Tanya Devan.
Atha yang tak menyadari motor Ketua OSIS berhenti didekatnya langsung terlonjak kaget begitu Devan bertanya padanya.
"Anjir, ngagetin gue aja lo." Atha menarik nafas dalam-dalam sambil mengelus-elus dadanya.
Devan sedikit tersenyum menyadari perlakuan Atha yang mulai mencair. "Mau gue anter pulang?"
Atha mengalihkan pandangannya sebelum menjawab. Iya, dia tersenyum. Lagi.
"Hm," Atha menatap Devan. Yang ditatap hanya kaget, dan sedetik kemudian Atha sudah naik keatas motor Devan.
"EH, KETUA OSIS!" seru seseorang.
Devan menengok kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilnya. Atha juga ikut menengok, dan langsung terdiam melihat siapa yang memanggil.
Ilsya.
"Kenapa?" Tanya Devan pada Ilsya yang buru-buru berlari.
"Tadi lo kemana abis kita ngobrol pas istirahat?" Tanya Ilsya. Ia melirik kearah Atha dan tampaknya sedikit tersenyum sinis.
"Kan gue bilang tadi ada urusan. Kenapa sih? Nyariin gue ya? Kangen gue apa gimana? Hahaha," dan tawa Devan dengan mudahnya meledak. Diiringi tawa Ilsya yang kemudian meninju bahu Devan pelan.
Dan Atha merasa ada yang aneh pada dirinya.
"Kagak, dih. Ge-er banget lo. Tadi tuh, abis gue masuk ke kelas, ada rapat OSIS mendadak. Trus gue kira lo udah dikasih tau, kan. Nah, sampe ruang OSIS, lo-nya nggak ada. Yaudah kan gue niatnya mau telfon lo. Tapi tiba-tiba Rafa bilang katanya jangan telfon gue. Yaudah deh jadinya lo tadi nggak ikut rapat kan," jelas Ilsya panjang lebar.
"Cie yang mau nelfon gue," ledek Devan.
Atha hanya menghembuskan nafasnya perlahan, mengalihkan pandangannya kearah bangunan sekolah yang belum tertinggal jauh di belakangnya dan berusaha menutup telinganya agar tidak mendengar percakapan anggota OSIS.
Rahasia, bukan?
"Iya, lah. Gue kan perhatian sama lo," Ilsya sengaja menegaskan intonasinya di kata perhatian. "Kasian gitu. Ketua OSIS masa malah nggak tau apa-apa. Hahaha,"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT dan BUMI ✓
Teen Fiction[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tolak belakang dan perbedaan sifat yang sangat berbeda. Layaknya Langit dan Bumi. . . 1 in #bumi - Marc...