[]
ATHA tidak tidur lagi setelah perbincangan singkatnya dengan Ilsya 2 jam yang lalu. Ia hanya tidur-tiduran di tenda sambil memikirkan seluruh perkataan kakak kelasnya itu.
"Loh, Tha? Lo udah bangun?" tanya Ilsya yang kini sedang meregangkan otot-ototnya.
Atha menggeleng. "Gue nggak tidur,"
Ilsya terkekeh dan menepuk bahu Atha pelan. "Mau cari perhatiannya Devan, ya?"
"Ish, apa, sih."
"Canda, canda. Gue keluar dulu, ya. Sekalian ngecek si ketos udah bangun belum." Ilsya keluar dari tenda, dan kemudian melongokkan kepalanya kedalam lagi. "Mending lo siap-siap."
Setelah melihat Atha mengangguk, Ilsya berjalan pelan kearah tenda Devan yang ada di sebelah tendanya, dan menemukan cowok itu sedang mondar-mandir mengkoordinir teman-temannya untuk bersiap-siap tracking.
"Woi," panggil Ilsya.
Devan menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. Ilsya mendekat, ikut memperhatikan teman-temannya yang sedang bersiap-siap.
Ilsya tertawa pelan, menatap Devan yang kembali meneriaki temannya yang belum bangun. "Sibuk ya?"
"Iya nih, nggak bisa ngapa-ngapain gue. Pada kebo semua!" gerutu Devan kesal.
Ilsya tertawa lagi. "Sabar elah, gue aja baru bangun."
"Ya berarti lo termasuk dalam golongan orang-orang kebo," Devan melirik jam tangannya. "Woi, Aldi, Vero! Buruan lo! Kalo telat gue kasih poin 100!!"
Aldi menoleh tidak terima dengan muka bangun tidur-kaget nya. "Apa-apaan lo! Poin 100 gue di DO, kali Van!"
"YA MAKANYA BURUAN, KEBO!" bentak Devan. Aldi dan Vero langsung ngacir untuk siap-siap tracking sebelum Devan benar-benar memberi mereka 100 poin.
Devan menoleh, dan mendapati Ilsya yang terbahak tanpa suara di tempatnya. Gadis itu sampai memegangi perutnya.
"Woi. Lo kenapa, sih? Sehat kan? Kok ketawa sendiri gitu? Kerasukan ya lo?" tanya Devan sambil masih menatap Ilsya.
Dia ternyata imut, ya kalo lagi ketawa gitu. Batin Devan tiba-tiba. Sedetik kemudian, dia mengerjapkan matanya. Eh apaansi. Yaampun. Bisa-bisanya gue mikir kayak gitu.
"Apanya yang ngasih 100 poin?" tawa Ilsya mulai mereda. "Emang lo pak Rudi, apa?"
Devan berdecak kesal. "Lo daripada gangguin gue gini, mending lo siap-siap sana gih!"
"Iya, iya. See you later, Van!" Ilsya melambaikan tangannya.
"Alay, lo. Sok inggris." gerutu Devan lagi.
Ilsya hanya tertawa, kemudian menyiapkan perlengkapannya.
*
Setelah seluruh siswa siap dan diberi beberapa peraturan selama tracking, akhirnya kegiatan itu dilaksanakan. Tentu saja dengan kelompok tenda masing-masing, yang artinya Atha bersama Ilsya, dan Devan.
Selama tracking, setiap kelompok diharuskan mencari kertas-kertas berisi soal yang digulung dan di letakkan di dalam sebuah tabung kecil lonjong transparan. Bagi kelompok yang menemukan soal terbanyak dan benar seluruhnya, akan mendapat hadiah.
Devan memimpin perjalanan di depan, disusul Ilsya, Gilang, Atha, dan Rafa di paling belakang. Tadinya Atha berada di belakang Ilsya, tapi, karena ia tidak suka berada di tengah, ia berniat mundur dan baris di paling belakang. Sialnya, Rafa bersikeras berada di tempatnya dan tidak ingin digeser siapa-siapa.
Atha sedang memperhatikan sekitar dengan bosan ketika tiba-tiba matanya menangkap sebuah tabung transparan berisi kertas yang diletakkan di atas dahan pohon. Gadis itu menghampiri tabung yang dilihatnya, dan mengulurkan tangannya keatas untuk mengambilnya. Atha mendekati Devan dan memberikan tabung itu.
"Udah dibuka? Soalnya apa?" tanya Devan.
Atha menggeleng, kemudian berbalik hendak kembali ke tempatnya ketika tiba-tiba Devan menjitak kepalanya pelan.
"Kenapa nggak dibuka sekalian, sih, elah."
Atha hanya mengendikkan bahu, kemudian benar-benar kembali ke tempatnya. Mereka akhirnya berhenti sebentar untuk mengerjakan soal yang baru saja ditemukan Atha. Belum selesai soal itu, mata Ilsya juga menangkap sebuah tabung transparan yang diletakkan beberapa meter di depannya di bawah sebuah pohon, dengan semak-semak tinggi yang hampir menutupinya.
Dengan semangat, Ilsya berseru. "Woi, gue nemu!"
"Sya, hati-ha--"
BRUK!
Ilsya tersandung akar tunggang dari pohon yang mencuat keluar dari tanah dan jatuh. Jatuhnya keras. Sikunya yang terbuka membentur batu besar yang menyebabkan darahnya jadi keluar. Ilsya mengaduh kesakitan.
Devan yang sedang serius mengerjakan soal langsung refleks menoleh ke depan dan mendapati Ilsya memegang sikunya yang mengeluarkan darah. Kaget, Devan membuang pulpen dan kertas soal yang digenggamnya ke sembarang tempat, kemudian langsung menghampiri Ilsya.
Atha menatap kejadian itu dengan tatapan datar, meskipun di hatinya tiba-tiba muncul sebuah rasa tidak nyaman. Ada sebuah rasa perih yang sangat amat nyata. Tapi Atha mendiamkannya.
"Lo tuh, dasar! Jangan lari-lari makanya!" seru Devan kesal. "Ayo berdiri!"
"Van... anu... kaki gue terkilir kayaknya tadi kesandung..." ujar Ilsya tidak enak. Ia memperhatikan sikunya yang semakin banyak mengeluarkan darah dan semakin terasa perih.
"Lain kali hati-hati, bego."
Tanpa permisi, Devan menggendong Ilsya ala bridal style. Atha bergeming di tempatnya dengan rasa sakit yang semakin terasa. Sedangkan Devan langsung berjalan berlawanan arah, kembali ke tenda untuk mengobati Ilsya.
Keheningan menyelimuti Rafa, Atha, dan Gilang. Gilang yang seangkatan dengan Atha itu memang pendiam, jadi dia tidak banyak bicara. Rafa? Kalian tahu Rafa seperti apa. Sedangkan Atha...
Atha mundur perlahan tanpa diketahui Rafa dan Gilang. Ia memukul-mukul dadanya dan meremas bagian jantungnya, berharap bisa menghancurkannya dalam sekali genggaman. Itu adalah kali pertama Atha merasa begitu sakit. Sakit yang berbeda dengan yang dirasakannya saat Mella atau Afran sedang kejam padanya. Sakit yang berbeda dengan yang dirasakannya saat merasakan kesendirian.
Gue... cemburu?
Atha langsung menggeleng keras-keras sedetik setelah memikirkan kemungkinan itu. Tidak mungkin, kan, dia cemburu?
Yakali, Tha. Bisa ya lo cemburu. Atha memarahi dirinya sendiri. Ia menarik nafas, kemudian kembali bergabung bersama Rafa yang sedang melanjutkan menjawab soal yang tadi dijawab Devan sedangkan Gilang sedang mengambil tabung soal yang tadi dilihat Ilsya.
Tapi kalo nggak cemburu... kenapa rasanya sakit banget...?[]
Jumat, 8 September 2017
19.25 WIBa/n : yoo bagi yg nungguin momen devan-ilsyaa tuh yaa udah gue kasih.
-fea
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT dan BUMI ✓
Teen Fiction[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tolak belakang dan perbedaan sifat yang sangat berbeda. Layaknya Langit dan Bumi. . . 1 in #bumi - Marc...