[]
"ENAKNYA gue harus ngapain lo, ya?"
Pikiran Atha sudah mulai bercabang kemana-mana. Gadis itu jelas tidak bisa menyembunyikan ketakutannya, sehingga cowok misterius yang menyekapnya itu tertawa puas.
Laki-laki serba hitam itu maju mendekati Atha. Tangan kanannya menyentuh dagu gadis itu, memaksa Atha menatapnya. Sekujur tubuh Atha sudah merinding, keringat dingin mengucur dari pelipisnya.
Atha melirik kakinya. Tidak diikat. Gadis itu sudah menghembuskan nafas lega ketika tiba-tiba saja cowok di hadapannya sudah membuka topengnya sebagian, memperlihatkan bibirnya dan hendak mencium Atha.
Gadis itu spontan langsung menendang organ vital cowok dihadapannya menggunakan lutut dengan sangat keras yang membuat cowok itu kemudian kesakitan luar biasa. Atha memberontak keras, tidak peduli dengan pergelangan tangannya yang semakin lecet karena bergesekan dengan tali tambang kasar yang mengikatnya. Untung saja, tanpa perlu waktu lama, Atha berhasil melepas ikatannya dengan pergelangan tangannya yang harus berdarah. Cewek itu menendang kepala penculiknya dengan sangat keras berkali-kali sampai pingsan, kemudian ia lari.
Atha tidak tahu ia lari kemana, yang jelas, ia harus pergi sejauh-jauhnya dari tempat itu.
*
Ilsya terdiam melihat seorang gadis yang duduk di bawah pohon sambil mengamati pergelangan tangannya yang terlihat basah. Figur tubuhnya jelas mirip Atha. Ilsya spontan berlari mendekat, dan menemukan Atha sedang menyumpahi pergelangan tangannya yang tidak berhenti berdarah.
"Tha!"
Atha menoleh dan melihat Ilsya sedang berdiri dengan panik di sebelahnya. Ia hendak bertanya kenapa, tapi Ilsya tiba-tiba memeluknya senang.
"Akhirnya gue nemuin lo! Astaga, lo kemana aja?" Ilsya melepas pelukannya dan langsung menatap pergelangan tangan Atha yang masih berdarah. Ternyata tadi, di kayu yang terikat dengan tangannya, ada paku tajam menancap disana.
"Tangan lo berdarah!" Ilsya panik lagi, lantas menarik tangan Atha agar berdiri juga. "Vaaan! Devaaaannn!!"
Ilsya menggandeng tangan Atha erat, sampai yang digandeng semakin bingung. Biasanya, Ilsya sinis. Tapi sekarang?
Devan akhirnya menghampiri Ilsya dan Atha. Cowok itu langsung mengalihkan pandangannya kearah pergelangan tangan Atha yang berdarah.
"Lo tuh nggak bisa jauh-jauh dari darah, ya!" protes Devan dan lantas menarik Atha kembali ke lapangan tempat teman-temannya berkumpul, tidak peduli akan Ilsya yang sudah menemukan Atha.
Sedangkan Ilsya hanya tersenyum miris dan kembali ke lapangan dengan perasaan yang campur aduk.
*
Sampai di lapangan, Devan langsung membawa Atha ke tenda anak-anak PMR. Ketua OSIS itu spontan menggeledah isi tenda dan mencari-cari kotak P3K. Seluruh anak PMR hanya bisa memandang Devan dengan tatapan kebingungan, dan hendak membantu tapi tidak jadi.
Setelah menemukan kotak P3K, Devan menarik Atha menjauh dari lapangan, ke tempat yang agak sepi. Ilsya, Rafa, dan Dhira masih setia mengikuti mereka berdua.
"Raf, ambilin botol minum gue di tenda," perintah Devan yang langsung dilaksanakan oleh Rafa. Devan menatap Atha tajam, sedangkan yang ditatap hanya diam dan mengalihkan pandangannya.
"Lo kemana aja?" tanya Devan tegas. Dibalik pertanyaan itu, terdapat nada khawatir yang jelas terdengar.
"Terbang."
"Serius, Atha." Devan menyentakkan tangan Atha yang masih berada di genggamannya.
"Diculik, lah." Jawab Atha bosan, lebih memilih menatap gelapnya hutan di sekelilingnya daripada harus memperhatikan Devan. Kejadian di bis tadi masih terbayang di otaknya.
Baru saja Devan hendak memarahi Atha karena kejutekannya, Rafa sudah datang sambil menyodorkan botol minumnya.
Tanpa berkata apa-apa, Devan membuka botol minum itu dan menumpahkan seluruh airnya di kedua pergelangan tangan Atha. Gadis itu memekik kaget karena rasa perih mulai menjalari seluruh pergelangannya.
"Woi lo pelan-pelan bisa, nggak sih?!" Atha menarik tangannya yang akhirnya terlepas dari genggaman Devan.
Devan berdecak. Cowok itu meletakkan botol minumnya di sebelah kanannya, kemudian kembali menarik tangan Atha yang sudah bersih. Sebelum darahnya keluar lagi, ia dengan gesit mengambil betadine dan kapas, melumuri kapas di tangannya dengan betadine, dan menutupi semua luka Atha.
Atha memejamkan matanya dan terus meringis kesakitan. Dhira ikut-ikutan meringis, Rafa hanya menatap kejadian itu dengan tatapan datar, dan Ilsya berdiri di tempatnya sambil berusaha menetralkan perasaannya yang berantakan.
Devan menatap Atha dengan sangat khawatir.
Setelah selesai, Devan menutup lagi kotak P3K-nya dan melihat Atha sudah berdiri dari duduknya.
"Lo jangan pergi-pergi sendirian lagi. Bahaya, Tha. Nanti lo diculik lagi, gimana?" tanya Devan halus.
"Bukan urusan lo." Jawab Atha dingin, dan lantas menarik Dhira untuk kembali ke lapangan, meninggalkan Devan yang kesal, Rafa yang tidak peduli, dan Ilsya yang perasaannya semakin tidak karuan.
*
02.25
Atha terbangun, rasa perih di tangannya kembali lagi. Gadis itu menoleh ke kanan, dan tidak ada Ilsya disana. Tadinya ia tidak peduli, tapi entah karena alasan apa, Atha memilih bangkit dari tidurnya dan keluar dari tenda. Ia lantas menemukan Ilsya yang sedang menghangatkan diri dengan api kecil yang dibuatnya.
Tanpa berkata apa-apa, Atha duduk di sebelah Ilsya sambil memeluk lututnya.
"Tha," panggil Ilsya pelan. Atha hanya menatap Ilsya bingung. "Gue nggak tau apakah gue bakal ngomong sesuatu yang semacam ini lagi, tapi..."
"Apa?"
"Jangan sia-siain perjuangan seseorang. Kalo dia ilang, nanti lo baru tau rasa. Lagian, karma itu ada," Ilsya balik menatap Atha dan lantas tersenyum.
Atha hanya terdiam, masih mencoba meresapi arti dari kata-kata yang barusan Ilsya lontarkan. Tapi Ilsya langsung meniup apinya, dan berbalik menuju ke tenda. "Tidur, nanti jam 4 kita tracking,"[]
Minggu, 3 September 2017
15.37 WIBhell, i'm running out of draft. dan gue ngerasa gue udah lama banget nggak update. tapi kayaknya, minggu depan gue bakalan nggak update dulu, deh. belum tau juga sih, bakal update apa nggak. tapi kalau itu terjadi, gue minta maaf ya. bye bye!
-fea
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT dan BUMI ✓
Novela Juvenil[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tolak belakang dan perbedaan sifat yang sangat berbeda. Layaknya Langit dan Bumi. . . 1 in #bumi - Marc...