[]
ATHA membuka matanya pelan. Rasa sakit di kepalanya masih sedikit tersisa, membuatnya langsung spontan merintih. Ia tak tahu ada dimana, yang jelas, bukan rumahnya. Nuansa putih yang menyambutnya sempat membuatnya berpikir, mungkin dia ada di rumah sakit. Tapi nyatanya bukan.
Ia menyisir pandangannya ke seluruh ruangan. Terdapat sebuah pigura berukuran sedang yang diletakkan diatas meja di sebelah ranjang yang ditempati Atha. Gadis itu mencoba mengenali foto seorang perempuan dan seorang laki-laki disana, dan kemudian dia ingat. Laki-laki itu adalah Rafa, wakil ketua OSIS dari kelas 12.
Kok gue bisa dirumahnya Kak Rafa? batin Atha bertanya-tanya. Ketika ia hendak mencoba untuk duduk, pintu dibuka oleh orang yang sepertinya tadi malam menabraknya. Ya, Devan. Atha mencibir pelan, langsung mengalihkan tatapannya. Entah mengapa ia merasa risih dengan perlakuan Devan padanya.
Devan tersenyum, menghampiri adik kelasnya. "Badan lo udah enakan?"
"Lo ga sekolah?" Atha tak menjawab pertanyaan Devan. Ia sibuk melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Lebih baik jika Rafa yang ada disini, karena ia tahu, kakak kelasnya yang satu itu sangat benci dengannya.
"Kan gue jagain lo," jawab Devan dengan sabar.
Apaansi ni orang. Batin Atha risih. "Gue mau pulang,"
"Lo udah enakan belum? Gue ambilin air putih, ya?" Devan hendak pergi mengambil air putih, tetapi ia kembali lagi karena mendengar suara datar Atha.
"Nggak usah."
"Yaudah, gue anterin pulang, mau?" tawar Devan hati-hati. Ia ingin sekali mendekati Atha, tapi rasanya, jarak antara langit dan bumi yang terlampau jauh membuatnya sulit mendekati gadis itu.
"Gue bisa pulang sendiri." Atha membuka selimut yang membalut tubuhnya, kemudian turun dari kasur. Sakit kepala yang tiba-tiba melandanya membuat gadis itu harus terdiam sejenak, kemudian ia langsung berlalu melewati Devan tanpa melirik kearahnya sedikitpun.
Devan yang khawatir terpaksa mengikuti Atha untuk mengawasi kalau-kalau terjadi sesuatu padanya. Ia masih merasa was-was dengan kondisi Atha yang kelihatannya belum begitu membaik. Tapi gadis itu sepertinya tidak peduli, karena ia sudah memakai tudung hoodie-nya dan sama sekali tak menengok ke belakang. Untung bagi Devan, sehingga dia bisa mengawasi gadis itu.
Beberapa menit kemudian, Atha berhenti di depan rumah yang cukup besar bernuansa putih. Devan kenal dengan pemiliknya. Pak Afran, seorang pengusaha yang kaya raya. Lelaki itu tak menyangka bahwa Atha adalah anak seorang pengusaha.
"Udah puas, ngikutin gue?" suara Atha yang terdengar dingin itu mengagetkan Devan. "Pulang sana."
"Gue khawatir sama lo," ujar Devan. "Kalo lo kenapa-napa kan gue nggak-"
"Gue siapa lo, emang?" tanya Atha.
"Eh?" Devan terdiam sejenak.
"Gue siapa lo?" tanya Atha lagi. Gadis itu masih tak habis pikir dengan ketua OSIS yang mendadak baik dan perhatian padanya.
"Lo... adek kelas gue." jawab Devan, menunduk. Hanya didepan Atha-lah ia jadi merasa lemah dan kalah.
"So, alesan apa yang bikin lo merhatiin gue sampe segininya? Pergi sana. Gue ga butuh lo." usir Atha terang-terangan. Gadis itu sudah memasuki gerbang, dan sama sekali tak melirik Devan.
"Cepet sembuh, ya!" Devan berseru, namun Atha diam saja. Devan masih memperhatikan Atha sampai gadis itu benar-benar sudah masuk kerumah, kemudian ia baru pergi.
Atha yang baru saja masuk kerumah langsung bersyukur, karena kedua orangtuanya sedang pergi entah kemana. Itu artinya, hari ini dia bisa bersantai tanpa harus mendengar teriakan dan siksaan dari ibunya, ataupun pemandangan tak pantas dilihat dari ayahnya. Setidaknya ia bisa beristirahat.
Atha menghempaskan tubuhnya di kasur kamarnya. Ia masih tak habis pikir dengan perilaku Devan yang akhir-akhir ini mulai tak biasa. Tidak, Atha tidak ingin memikirkan hal-hal yang semacam itu tentang Devan. Toh, baginya, Devan tidak lebih dari seorang kakak kelas dan ketua OSIS.
Ya, Devan tidak akan pernah melebihi status itu.
Tapi, jika melebihi, maka bagaimana?[]
a/n : lalalalaaa~ how about this chapter? :3 hope you enjoy! maapkeun gw yg baru mood apdet hwhw:3
-fea
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT dan BUMI ✓
Teen Fiction[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tolak belakang dan perbedaan sifat yang sangat berbeda. Layaknya Langit dan Bumi. . . 1 in #bumi - Marc...