CH 11

4.1K 182 5
                                    

[]

ATHA membolos hari ini, hanya demi mengembalikan kotak makan milik Devan. Ia bahkan heran kenapa harus mau mengembalikannya secepat itu. Biasanya juga kalau meminjam sesuatu dari Dhira, bisa sampai 2 bulan Atha lupa mengembalikannya dan saat dikembalikan, Dhira lupa bahwa Atha pernah meminjam benda itu padanya.

Atha meraih HP-nya dan mengirim pesan via LINE pada Dhira karena ia tidak punya kontak Devan sama sekali.

Atha : kak, bilang devan, gw tunggu dia di halaman blkg sekolah

Tak sampai satu menit, Dhira langsung menjawab pesan itu.

Dhiraauliaa : kenapa hayo?

Atha menggelengkan kepalanya pelan dan memutuskan berjalan menuju halaman belakang sekolah dulu sebelum membalas pesan Dhira.

Atha : penting

Dhiraauliaa : penting apasii? kepo gw

Atha tidak membalas lagi. Dhira pasti sengaja meledeknya seperti itu. Baru saja Atha hendak memasukkan HP-nya, benda itu malah berbunyi lagi.

Dhiraauliaa : iye iye gw bilangin. jgn ambek

Atha memutar kedua bola matanya malas dan kali ini benar-benar memasukkan HP-nya ke saku. Sambil menunggu Devan, jari-jarinya terus memainkan kotak makan milik laki-laki itu.

Setelah menunggu agak lama, Devan akhirnya datang dan langsung duduk di sebelah gadis itu. "Nungguin gue ya?"

"Hm," gumam Atha. Gadis itu menyerahkan kotak makan Devan. "Nih."

"Nggak bilang apa-apa, gitu? tanya Devan.

Atha menggeleng, bersandar pada tembok. "Gue nggak biasa,"

"Makanya," Devan menepuk puncak kepala Atha lembut. "Biasain."

Atha terdiam. Ada perasaan hangat yang menjalar ke tubuhnya saat Devan menepuk puncak kepalanya dan jantungnya sedikit berdegup lebih cepat. Iya, hanya sedikit.

"Nanti malem lo ada acara?" Devan menatap kotak makannya.

Atha menggeleng. "Nggak."

"Ng..." Devan menelan ludahnya. "Lagi ada film bagus, loh."

"Oh."

"Yeee, nggak peka, lo," Devan terkekeh. Atha menoleh kearahnya bingung.

"Apa?"

"Gue lagi mau ngajakin lo nonton, nyet," ketua OSIS itu menoyor kepala Atha pelan.

"Oh gitu." Sebenarnya, Atha ingin tertawa karena tingkah Devan dan kesal karena dipanggil "nyet" tadi, tapi biarlah.

Eh? Atha ingin tertawa? Sungguh?

"Yaelah ini bocah," Devan menatap Atha. "Lo mau nonton sama gue, nggak, nanti malem?"

"Hmm," bukannya menjawab, Atha malah menggumam.

"Etdah," ketua OSIS di sebelah Atha menepuk dahinya pelan. "Mau nggak mau, nanti malem jam delapan, gue tunggu lo di depan rumah."

Belum sempat menjawab, dering HP Devan membuat keduanya terdiam. Devan mengangkatnya, dan sepertinya ada urusan OSIS lagi. "Duluan, Tha." Ketua OSIS itu berdiri dari duduknya. "Jangan lupa nanti malem."

Atha menatap kepergian Devan dengan bosan.

*

Malam harinya, Atha sudah siap pergi memakai celana jeans panjang dan kemeja biru muda kotak-kotak yang panjang lengannya digulung sampai siku. Untungnya Afran dan Mella belum kembali, jadi Atha bebas di rumah.

LANGIT dan BUMI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang