[]
ATHA terbangun dengan rasa sakit yang amat sangat, melanda kepalanya. Sepertinya efek obat tadi malam. Ia memutar otaknya dan mengingat kejadian di malam api unggun, kemudian berdecak kesal.
Bisa-bisanya dia menunjukkan kelemahannya dan menceritakan seluruh masalahnya kepada Ilsya.
Atha menoleh kearah samping dan baru menyadari kalau Ilsya tertidur sambil menggenggam tangannya erat, seakan-akan menandakan bahwa dia takut kehilangan. Atha bergidik, kemudian menarik tangannya dari genggaman Ilsya dengan kasar, menyebabkan Ilsya terbangun.
"Tha? Lo udah--"
"Abaikan gue." ujar Atha sinis, kemudian dengan kepala yang masih berdenyut-denyut, ia keluar dari tenda untuk sekedar mencari udara segar.
Ilsya spontan berdiri dan ikut keluar, menyusul Atha. Gadis itu pasti tidak baik-baik saja. Mengingat ucapan Atha semalam tentang self injury-nya, Ilsya takut Atha akan melakukan sesuatu hal yang membahayakan.
Tapi yang Ilsya dapatkan di luar bukan sesuai bayangannya, melainkan Atha yang sedang memandang Devan dengan lekat. Devan saat itu sudah harus mondar-mandir lagi untuk mempersiapkan seluruh kegiatan jalan-jalan hari ini.
Atha berdiri di tempatnya, benar-benar menatap Devan lurus. Dengan pemandangan seperti itu, Ilsya tahu dirinya kesakitan, tapi Atha bahkan jauh lebih menderita darinya. Ilsya tersenyum sendu, pelan-pelan menghampiri Atha dan menepuk bahu adik kelasnya lembut.
"Inget yang gue bilang? Jangan sia-siain perjuangan seseorang, Tha. Dia masih ada buat lo dan lo belum terlambat kalo mau bales sekarang."
Atha bergeming, masih menatap Devan dalam-dalam. 2 hari yang lalu, jantungnya berdebar karena Devan. 2 hari yang lalu, pipinya jadi semerah tomat karena Devan. Sehari yang lalu, ia merasakan rasanya cemburu untuk pertama kalinya karena Devan.
Devan, Devan, dan Devan.
Atha benci kalau harus mengakui perasaannya. Tidak, dia belum suka. Dia tahu dia punya rasa untuk ketua OSIS-nya, tapi tidak, dia tidak akan mau mengakuinya. Lagipula, dia juga tahu kalau Ilsya juga punya rasa terhadap Devan.
"Bilang aja kali Tha, kalo suka," Ilsya tertawa miris. Hatinya benar-benar sakit saat ini.
Atha menoleh, menatap Ilsya datar. Ilsya langsung menghentikan tawanya.
"Sya. Gue tau lo suka dia. Gausah sok-sokan dukung gue kalo lo aja sakit gitu. Munafik."
Dan setelahnya, Atha langsung meninggalkan Ilsya yang tertohok dengan ucapannya.
*
Perjalanan ke sekitar Dieng dimulai. Sebenarnya hampir sama seperti tracking, tapi kali ini hanya benar-benar untuk jalan-jalan. Banyak yang selfie dan memposting fotonya di instagram saat sampai di candi Dieng, atau mungkin difoto dari kejauhan seperti memegang uap kawah Dieng, dan sebagainya.
Sedangkan Atha hanya sibuk mengikuti di paling belakang, benar-benar paling belakang, menyisakan jarak 3 meter dengan rombongan SMA nya. Perjalanan saat itu tidak harus berkelompok, jadi Atha bebas berkeliaran.
Tapi sepertinya Devan tidak pernah membiarkannya bersantai, karena saat ini cowok itu sibuk "menyingkirkan" rombongannya, membuat jalan untuk dirinya sendiri ditengah-tengah, dan walaupun harus dengan diprotes beberapa adik kelas dan guru, Devan menemukan Atha di paling belakang, sejauh 3 meter dari tempatnya berdiri, sedang menatap tajam dan tidak suka kearahnya. Devan mendekat, tapi Atha membuang muka.
Jantungnya mulai berdebar dengan tidak normal sekarang.
"Tha. Gue mau ngomong serius,"
Atha tidak menoleh, hanya bergumam tidak jelas di tempatnya. Devan menghela nafasnya pelan.
"Lo kenapa sih jauhin gue? Gue minta maaf kalo ada salah," Devan mengusap tengkuknya, takut mengucapkan sesuatu yang salah. Cewek, kan, sensitif.
Atha menggeleng. "Lo nggak salah,"
"Terus kenapa?" Devan menatap Atha, antara lega dan heran.
"Gue..."
Atha bimbang. Haruskah ia bilang tentang perasaannya?
"ECIEEE YANG LAGI PACARAAAN!!" seru Ilsya tiba-tiba dari kerumunan depan. Ternyata Ilsya mencari Devan sejak tadi.
Devan berdecak kesal. "Lo bisa nggak sih sekali-kali kalo gue lagi sama Atha nggak usah gangguin?"
Ilsya tertawa miris. "Oke oke, gue pergi deh. Btw, Van. Atha suka sama lo!"
Belum sempat Atha berteriak marah, Ilsya sudah memeletkan lidahnya dan kabur kembali ke barisan dengan perasaan terluka. Air matanya hampir tumpah, tapi ia menahannya kuat-kuat.
Sementara itu, di tempat Devan dan Atha sudah diselimuti keheningan. Devan yang sedang menyerap maksud ucapan Ilsya, dan Atha yang sedang gelisah karena ucapan Ilsya.
Atha sudah hampir pergi, tapi Devan menggenggam pergelangan tangan Atha. Gadis itu semakin gelisah di tempatnya. Jantungnya semakin berdebar, rasanya sudah hampir copot saja.
"Tha... bener?"
"Bener... apanya?"
"Lo... suka... sama gue?"
Atha berdecak pelan. Ia benar-benar bimbang. Haruskah ia menjawab? Atau haruskah ia diam saja?
"Nggak tau."
Dan dengan kasar, Atha kemudian melepaskan genggaman Devan lalu berlari kencang, menyatu bersama kerumunan SMA Venus yang lain. Sedangkan Devan hanya terdiam bingung melihat gelagat Atha yang aneh.[]
Sabtu, 16 September 2017
20.49 WIBa/n : iya nih iya gue apdet.. padahal mah males bgt. tapi demi reader yang masi ada deh. kan gw baek.
-fea
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT dan BUMI ✓
Teen Fiction[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tolak belakang dan perbedaan sifat yang sangat berbeda. Layaknya Langit dan Bumi. . . 1 in #bumi - Marc...