[]
PUKUL lima pagi, Atha sudah harus bangun. Semalam, ia akui, adalah tidur paling nyenyak yang pernah ia dapatkan setelah sekian lama. Gadis itu bahkan tidak bermimpi sama sekali. Seluruh tubuhnya benar-benar lelah dan sekarang ia sudah segar kembali.
"Makasih, Kak, udah mau nampung gue semalem." Atha yang sudah duduk di motor Devan menatap Dhira dengan tatapan penuh terimakasih. Dan memang hanya pada Dhira-lah ia bisa berterimakasih dengan leluasa.
"Anytime, Tha," Dhira tersenyum senang.
"Duluan, Ra." Devan menyalakan motornya dan kemudian mengantar Atha kembali pulang.
Dhira melambaikan tangannya pada Atha yang juga sedang melambaikan tangannya, dan saat motor sepupunya sudah tidak terlihat, Dhira kembali masuk ke rumahnya. Atha... benar-benar butuh kasih sayang.
Sampai mereka tiba di rumah Atha, hanya keheningan yang mengisi. Devan fokus melajukan motornya dan Atha tidak ingin mengajak bicara duluan, jadi... ya sudah.
"Nanti lo berangkat, kan?" tanya Devan memastikan.
"Hmm," Atha hanya bergumam dan menatap rumahnya dengan agak takut. Semoga Mella dan Afran sedang pergi, jadi setidaknya ia bisa beristirahat sejenak.
"Hati-hati, ya." pesan Devan. Atha hanya mengangguk. Devan kembali menyalakan mesin motornya dan pulang ke rumah.
Atha menghela nafasnya pelan. Ia membuka gerbang rumahnya yang sudah tidak dikunci dan masuk kedalam rumah yang ternyata pintunya juga tidak dikunci. Atha menatap sekitar. Sepi. Gadis itu mengelilingi seisi rumah dan menghembuskan nafasnya lega.
Afran dan Mella sedang pergi entah kemana.
Atha meregangkan otot-ototnya dan menuju ke kamarnya di lantai dua, merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menatap tasnya yang "dihias" darah yang sudah mengering didepannya dan berdecak kesal.
Gue goblok banget, sih, jadi orang. Untung dulu Papa sering beliin tas bagus-bagus dan masih gue simpen. Coba kalo nggak, malu gue bawa tas begitu ke sekolah. Atha beranjak dari kasur dan membuka salah satu lemarinya yang berisi lumayan banyak tas yang masih bagus. Gadis itu mengambil salah satu tasnya yang bertema galaksi dan meletakkan tas "berdarah"-nya di tempat kosong itu, kemudian menutupnya.
Atha melirik jam dinding di kamarnya. Masih pukul lima lebih lima belas menit. Gadis itu berdiri dan mengambil baju seragamnya semalam yang sudah kotor dan dimasukkan ke mesin cuci dan mengaktifkannya.
Selama ini, Atha selalu mencuci bajunya sendiri karena tidak mungkin, kan, Mella atau Afran mau mencucinya? Daripada ia harus kehabisan baju, lebih baik mencuci sendiri. Piring-piring kotor juga ia yang mencuci, dan terkadang gadis itu menyapu seisi rumah kalau orangtuanya sedang pergi.
Atha tahu, kemungkinan untuk memiliki pembantu di rumah ini sangatlah kecil, terlebih lagi perlakuan kedua orangtuanya yang bisa saja membuat si pembantu tidak betah. Maka dari itu, seburuk apapun kedua orangtuanya, Atha sebenarnya masih peduli.
Setelah menunggu mesin cuci melakukan tugasnya, Atha menjemur baju miliknya dan beberapa baju orangtuanya. Matahari sudah semakin naik. Jam tangan Atha menunjuk pukul enam pagi. Gadis itu berjalan ke dapur dan mencari sereal kesukaannya. Untung belum habis.
Setelah sarapan, Atha sekalian mencuci beberapa piring kotor yang ada disana, dan ternyata ada kotak bekal makan Devan juga. Pasti Mella benar-benar memakannya. Setelah bersih semua, Atha mengeringkan kotak makan Devan dan memasukkannya kedalam tas, bersama dengan beberapa buku pelajaran. Hanya untuk memberatkan tasnya saja.
Pukul 6.20 menit, Atha akhirnya berangkat ke sekolah. Waktu paling pagi untuk berangkat baginya. Setelah mengunci pintu rumah dan pagar dengan kunci miliknya sendiri, gadis itu lantas berjalan santai. Ia senang, karena punya alasan untuk bertemu Devan.
Tunggu sebentar.
Barusan ia senang?
Atha menggelengkan kepalanya kencang-kencang dan menghentikan langkahnya. Ia tidak mungkin senang hanya karena akan bertemu Devan. Tidak, tidak mungkin.
Gue biasa aja, gue biasa aja. Atha lantas berjalan lagi setelah menghapus perasaan senangnya yang hanya sedikit itu.[]
Sabtu, 19 Agustus 2017
19.47 WIBa/n : njir, dah dimintain apdet aja. tai. tapi yaudahlah. btw sori pendek, dan btw sori gada ilsya. mwehehe.
-fea
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT dan BUMI ✓
Jugendliteratur[COMPLETED] [TELAH DITERBITKAN] . . Kisah tentang 2 orang korban broken home yang menjalani hidup dengan cara berbeda, menyebabkan sebuah gejolak tolak belakang dan perbedaan sifat yang sangat berbeda. Layaknya Langit dan Bumi. . . 1 in #bumi - Marc...