CH 14

3.7K 161 2
                                    

[]

ATHA terus menghindari Devan sejak kejadian di dalam bis, yang sebenarnya menyusahkan bagi ketua OSIS itu karena dia berada dalam satu kelompok yang sama dengan Atha sedangkan saat ini seluruh kelompok diminta untuk berkumpul dan membuat tenda.

Atha hilang entah kemana.

Devan bukannya membantu teman sekelompoknya membuat tenda, dia malah sibuk mengacak rambutnya frustasi dan mondar-mandir tidak jelas.

"Woi, Van!" seru Ilsya--yang memang sialnya sekelompok bersama Devan dan Atha. "Bantuin, gih! Lo napa, sih?"

"Nggak liat Atha?" Devan balik bertanya.

Ilsya mengerutkan keningnya dan mengangkat bahu. "Dia kan duduk di bis sama lo, masa jadi nanya ke gue. Kita satu bis aja nggak."

"Atha ilang, Sya!"

"Nggak mungkin," Ilsya terkekeh pelan. "Lagian kalopun dia ilang, gabakal kenapa-napa palingan. Badan segede lo aja takut sama dia,"

"Enak aja lo ngatain gue takut sama dia!" protes Devan kesal. "Dah gih ya lo sekarang mending bantuin Rafa sama Gilang bikin tenda. Gue mau nyari dia dulu!"

Devan langsung ngacir pergi meninggalkan Ilsya yang cemberut ditempatnya. "Dasar ketua OSIS sengklek! Enak amat, nyuruh-nyuruh."

*

Setengah jam setelahnya, Devan masih tidak menemukan Atha. Dia sudah bertanya pada Dhira, tapi sepupunya itu tidak melihat Atha sama sekali. Dia juga sudah bertanya ke semua orang yang ditemuinya, bahkan kepada batang pohon pun dia bertanya, tapi tetap tidak ada jawaban.

"Aduh, pulsa gue pake sekarat, lagi!" Devan hendak membanting HP nya setelah membaca SMS masuk dari operator yang menandakan pulsanya hanya cukup untuk melakukan satu kali panggilan saja. "Yaudah lah, demi Atha."

Devan mau tak mau akhirnya memutuskan untuk menelfon Atha setelah sekian lama otaknya mendadak lupa bahwa dia bawa HP tadi.

Dengan gelisah, Devan berdiri bersandar pada batang pohon yang sempat dia tanya tadi. Untungnya, setelah nada sambung ketiga, Atha langsung menjawabnya.

"Tha? Lo dimana, sih? Gue cari sampe ujung dunia kok kagak ketemu-ketemu!"

"..."

"Halo? Tha? Jawaab, ini pulsa gue sekarat banget, tapi demi lo gue bela-belain telfon!"

"..."

Devan menjauhkan HP dari telinganya. Telfon masih tersambung. Pikiran cowok itu langsung berkelebat kesana-kemari. "Tha? Lo... nggak lagi diculik, kan?"

"BANGSAT, BALIKIN HAPE GUE!"

Tuut... tuut... tuut...

Devan membeku ditempat. Suara teriakan tadi jelas suara Atha, dia tidak mungkin salah menduga. Apalagi dengan kata-kata kasarnya barusan. Itu sudah pasti Atha, bukan?

Devan mengecek HP nya, pulsanya 0 Rupiah. Cowok itu lantas meninju batang pohon yang disandarinya dan memutuskan lari secepat mungkin mencari Dhira dan Rafa.

"Ra, haah..." Devan ngos-ngosan, ia sampai di depan Dhira. "Atha diculik."

"HAH?"

Dhira menjatuhkan ranting-ranting pohon kecil yang sedari tadi sedang dikumpulkannya untuk membuat api unggun kecil di depan tenda. Matahari sudah mulai tergelincir kearah barat, membuat langit menjadi jingga karenanya.

"Van, jangan boong sama gue, deh. Nggak lucu." Dhira menatap Devan tidak percaya.

"Terserah. Gue mau panggil Rafa," dan Devan lantas berlari lagi kearah tendanya sendiri, mencari Rafa, dan mengatakan dengan cepat apa yang terjadi.

"Lo bercanda, Van?" Rafa menatap Devan dengan pandangan meremehkan.

"Raf gue serius, plis."

"Atha? Diculik? Ngimpi, lo?"

"RAF, SERIUS!" Devan mengguncang tubuh Rafa panik.

Rafa terdiam, tidak pernah melihat Devan sepanik itu. "Yaudah. Mending lo tenangin diri dulu. Biar gue bilang Pak Rudi,"

Rafa berlalu, sementara Devan terduduk dengan pandangan kosong di depan tenda. Ilsya yang kebetulan datang membawa ranting-ranting pohon lantas mendekatinya.

"Lo kenapa, dah?"

"Atha,"

Ilsya memutar kedua bola matanya keatas. Atha lagi, Atha lagi. "Iya, kenapa? Udah ketemu? Nggak ilang, kan, dia?"

"Dia diculik."

"HAH."

Ilsya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak kaget. Yang benar saja? Atha yang suka bolos, Atha yang liar, Atha yang badgirl itu diculik? Yakin?

Belum sempat Ilsya berbicara apa-apa lagi, Pak Rudi datang menghampiri mereka.

"Devan, benar, Atha diculik?"

"Tadi waktu saya telfon, telfonnya diangkat. Tapi nggak ada suaranya. Pas saya coba bercanda, saya tanya apa dia diculik atau nggak, tiba-tiba ada suara dia teriak, nggak tau ke siapa, suruh balikin HP dia,"

"Yaudah. Kamu sama teman-teman kamu, cari dia. Nanti saya juga bakal suruh anak-anak kelas 12 nyari juga," pesan Pak Rudi.

"Makasih, Pak."

Pak Rudi hanya mengangguk dan kemudian mengumpulkan seluruh anak kelas 12.

Devan mengajak Dhira dan Rafa bersamanya, dan kemudian Ilsya mendadak minta ikut yang disetujui oleh Devan.

*

Ditempat Atha.

"BANGSAT, BALIKIN HAPE GUE!!" Atha berteriak sekuat tenaga saat ia mendengar suara Devan di seberang sana.

Laki-laki misterius yang mengikatnya itu bukannya mengembalikan HP itu, malah ia membantingnya dan menginjaknya hingga hancur.

"HEH ANJING! GANTI HAPE GUE SIALAAAANNN!!" teriakan Atha bertambah kencang. Laki-laki berhoodie hitam itu berbalik, menghadap Atha.

Atha berdecak kesal, tidak bisa melihat mukanya karena laki-laki itu mengenakan topeng kain yang juga hitam.

"Enaknya gue harus ngapain lo, ya?"

Dibalik topengnya, laki-laki itu tersenyum licik.[]

Minggu, 27 Agustus 2017
11.21 WIB

a/n : derita apdet cepet adalah : cepet keabisan draft. dan draft gue cuma sisa 1. good.

-fea


LANGIT dan BUMI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang