"Udah, Ma."
Shava pun menaruh mangkuk berisi bubur ke meja. Wanita itu membantu Audrey untuk minum. Hatinya sangatlah senang karena Audrey kembali. Ia sempat berpikir anak gadis semata wayangnya itu akan pergi menyusul Sang Ayah.
"Ma," panggil Audrey.
"Iya, sayang?"
"Kemaren.. cowok siapa?"
Shava tersenyum mengelus rambut Audrey. "Dia sahabat kamu dari senior high school."
"Audrey.. gak ingat."
"Jangan terlalu memaksa buat mengingat, sayang. Pelan-pelan aja. Kalian deket banget kok pasti kamu bisa ingat sama dia."
Audrey mengangguk. Dirinya sama sekali kehilangan memori tentang laki-laki asing kemarin yang terlihat sangat bahagia melihatnya terbangun dari koma. Sebegitu dekatnya 'kah dirinya dengan laki-laki itu?
Baru saja Audrey ingin kembali merebahkan tubuhnya, tiba-tiba pintu ruang rawatnya diketuk dari luar. Shava pun membuka dan terkejut melihat Liz, teman senior high school-nya.
"Liz?!"
"Hai, Shava." Kedua wanita itu saling berpelukan melepas rasa rindu.
"Ayo masuk. Gimana ceritanya sih kamu bisa tau Audrey sakit dan dirawat di sini?" tanya Shava, mempersilakan Liz beserta suami dan anaknya masuk.
"Calum gak cerita? Waktu Audrey kecelakaan, kebetulan kami sedang lewat dan ya, kami jadi saksi. Tapi kami belum sempat ketemu kamu karena Andy mendadak mendapat panggilan kantor," jelas Liz.
"Calum? Dia gak cerita mungkin dia lupa kali ya?"
"Gimana keadaan Audrey?" Andrew Hemmings atau yang biasa dipanggil Andy bertanya.
"Audrey sadar 3 hari yang lalu. Itu dia, kondisinya makin baik."
"Hai, Audrey." Liz merengkuh Audrey, begitupula dengan Andy.
"Hai, Tante, Om." Dan mata Audrey terpaku pada seorang laki-laki tinggi bermata biru.
Laki-laki itu menyunggingkan senyum ramah kepada Audrey. Seakan mengerti akan tatapan Audrey, Liz maju membawa laki-laki itu.
"Audrey, kamu inget dia?"
"Pasti gak inget, Ma. Orang mereka masih TK," celetuk Andy.
Liz tertawa, "Aduh iya, ya."
"Tapi aku selalu inget dia," kata laki-laki bermata biru itu tiba-tiba.
"Sayang, dia anaknya Tante Liz. Dia temen kamu waktu TK sampai SD kelas 2. Tapi karena Andy harus pindah tugas, dia terpaksa ikut sama Ayahnya," jelas Shava.
Audrey berusaha mengingat sosok laki-laki di depannya ini. Samar-samar, dia bisa mengingat ada seorang anak laki-laki bermata biru yang selalu bermain bersamanya.
Bahkan anak laki-laki itu pernah menolong Audrey dari bully-an teman-teman SDnya. Audrey dan anak laki-laki bermata biru itu selalu bersama.
Audrey kembali pada kesadarannya. Gadis itu menatap laki-laki bermata biru yang kini tengah berdiri di sampingnya.
"Luke?"
Senyuman cerah laki-laki yang dipanggil 'Luke' oleh Audrey mengembang lebar.
"Dia inget!" pekik Shava dan Liz berbarengan.
"Tapi.. beda banget. Matanya.. yang sama," kata Audrey, meneliti wajah Luke.
Tubuhnya sangatlah tinggi, di bibirnya terpasang sebuah lipring, bulu-bulu halus tumbuh di janggutnya namun mata biru sebening embun itu masih menjadi favorit Audrey.
"Nice to see you again, Audy."
Audrey tersenyum ketika Luke memanggilnya dengan nama itu. Audy adalah panggilan yang diberikan oleh Luke karena dulu laki-laki itu masih cedal.
"Masih.. suka ngompol?" Pertanyaan Audrey sontak membuat yang lain tertawa.
Luke mengerucutkan bibir dan menggeleng kuat. "Gue kan udah gede! Masa iya masih ngompol!"
Audrey terkekeh, "Bercanda, Luke."
"Kamu lanjut kuliah dimana, Dy?" tanya Luke.
"Di.. mana, Ma?" Audrey menatap Shava, meminta pertolongan.
"Di Universitas Kasih Ibu Sepanjang Masa."
Luke mengangguk-angguk. Laki-laki itu kemudian duduk di kursi di samping ranjang Audrey dan menatap mata si gadis. Audrey seakan menyelami samudera saat melihat manik mata milik Luke.
"Lo masih inget janji gue waktu itu kan, Dy?"
Kening Audrey berkerut, mencoba mengingat-ingat janji apa yang pernah dilontarkan Luke saat kecil dulu.
Luke tersenyum maklum, "Janji gue adalah gak akan pernah melepas kalung pemberian dari lo dulu."
Dan laki-laki itu mengeluarkan kalung silver dengan bandul Lego Man dari balik kausnya.
Ya, Audrey ingat kalung itu. Kalung Lego itu adalah pemberian dari dirinya untuk Luke saat ia berulang tahun yang ke-7. Audrey dengan gembira memberikan kalung itu untuk sang teman.
"Luke Hemmings, are you serious?!"
"Iya! Gue sama sekali gak pernah melepas kalung ini, Dy."
"Kenapa bisa gitu?"
Tatapan mata Luke melembut, "Karena gue gak mau ngeluapin seseorang yang ngasih hadiah spesial ini."
××
ciye yg gebetannya nongol di sini hehe.
calum / luke?
lanjut ga?
KAMU SEDANG MEMBACA
7 days driver • cth ✓
Fanfiction🌿 [ft. Calum Hood] ❝Tentang Audrey yang jadi supir tujuh harinya Calum.❞ ________ ©yhahood 2017