Heartbreaking

1.6K 347 231
                                    

selamat menikmati mulmed

Calum's

××

"Aku ada di Rumah Sakit Medika. Temuin aku di rooftop."

klik.

Setelah memutuskan sambungan telfon dengan Jessie, gue melangkahkan kaki ke pinggir rooftop. Kedua mata gue menatap kerlap-kerlip lampu dari rumah-rumah dan kendaraan yang berlalu lalang. Ingatan gue kembali pada saat dokter keluar dari ruang operasi.

Dokter bilang, pecahan kaca yang tertancap di paru-parunya berhasil diambil. Kaki kirinya juga sudah diobati dan tidak terlalu parah, hanya terdapat memar karena jepitan antara jok dengan pintu mobil.

Dan masalah pendarahan di otak, kondisi Audrey kritis dikarenakan hal itu. Dan...

Kemungkinan terburuknya adalah Audrey bisa mengalami kelumpuhan.

"Audrey...," gue menunduk, merutuki betapa bodohnya gue. Betapa brengseknya gue.

Kalau Audrey sampai mengalami kelumpuhan, maka gue gak akan memaafkan diri gue sendiri selamanya.

"God, I love her." Setetes air mata berhasil lolos. Kedua tangan gue terkepal erat menahan emosi.

Gue bisa melihat dengan jelas sosok Audrey yang penuh luka saat keluar dari ruang operasi. Tubuhnya pucat pasi, dan banyak peralatan medis terpasang.

"Calum?"

Gue segera mengusap air mata kemudian berbalik untuk menemui Jessie.

"Kamu ngapain ngajak aku ketemu di tempat ini?"

Gue mendekati dia dan meraih kedua tangannya. "Jessie, gue kesini buat ngomong penting."

"Apa itu?"

Gue menarik napas, "Pertama gue mau minta maaf."

"Calum, kenapa kamu berubah gini? Ada apa sih?"

"Jessie, gue mau kita putus."

Gadis di hadapan gue tidak memberi respon. Dia hanya diam, menatap lurus-lurus kedua mata gue. Detik berikutnya tawanya meledak, seakan kalimat gue barusan adalah sebuah lawakan paling lucu.

"Calum, gue gak ngerti," kata Jessie, menggelengkan kepala.

"Jessie, gue tahu ini semua sulit buat lo. Tapi ini juga sulit buat gue. Dari awal, gue gak pernah sepenuhnya cinta sama lo. Perasaan gue gak utuh. Karena perasaan gue ini sepenuhnya buat Audrey." Gue melihat kilatan amarah di mata Jessie.

Dia melepaskan tangannya yang sedang gue genggam.

"Lo tahu, Calum? Dalam seumur hidup gue, baru kali ini gue menemukan sosok yang bisa bikin hari-hari gue jadi lebih bermakna. Dan sosok itu adalah elo," kata Jessie menunjuk dada gue. "Setelah orang tua gue cerai hidup gue gak berarti lagi, seakan-akan semua kebahagiaan gue direnggut secara paksa."

Jessie menghapus air matanya menggunakan punggung tangan dengan kasar. Gue yang melihatnya sesedih ini pun hanya diam, memerhatikan gerak-geriknya.

"Lalu datanglah seorang Calum Hood yang menyelamatkan gue dari jurang kesedihan. Lo, Calum! Lo yang bikin hidup gue jadi berarti lagi!" teriak Jessie histeris, air mata semakin deras mengalir.

"Jessie, please―"

"Gue sayang sama lo, Calum! Gue cinta banget sama lo!" Jessie memukuli dada gue dan gue ikut menangis.

"Tapi kenapa lo milih dia...," Gue menarik Jessie ke dalam pelukan, berusaha setidaknya meredam amarahnya.

"Jessie, jangan gini." Gue mengelus rambut Jessie. Meskipun gue sangat mencintai Audrey, tapi gue bukanlah seorang laki-laki yang tega melihat seorang gadis menangis.

"Audrey k-kritis, Jess," ucap gue dengan susah payah karena menangis.

Gue merasakan tangisan Jessie sedikit mereda. Dia melepaskan diri dari pelukan gue.

"Apa lo bilang?"

"Gue ninggalin lo begitu aja di pantai, itu karena gue dapat kabar dari orang k-kalau Audrey kecelakaan. Keadaannya parah, Jess. Dia kritis sekarang." Gue menjelaskan semua itu sambil menangis. Dan karena gue udah benar-benar gak kuat, gue ambruk, jatuh ke lantai.

Untuk yang kedua kalinya gue menangis lagi dengan kencang.

Biarlah semua orang mengatakan kalau gue cengeng. Tapi mampukah kalian melihat orang yang kalian sayangi sedang bertaruh antar hidup dan mati?

"C-calum." Gue merasakan tangan Jessie menyentuh bahu gue. "Calum, gue...,"

Jessie memeluk gue, "Calum, maafin gue. Gue gak tahu seberapa besar pengaruh Audrey buat lo. I'm so sorry. Gue mohon jangan nangis, gue gak bisa lihat lo kayak gini."

Kami berdua pun sama-sama menangis. Entah sudah berapa menit berlalu, gue masih menangis di dalam pelukan Jessie. Mungkin ini juga pelukan terakhir kami berdua.

"Calum, gue minta maaf. Gue... gue bakal relain lo sama Audrey. Tapi please lo jangan gini."

Gue mendongak kemudian mengusap air mata gue dan menatap Jessie. "Gue tahu, lo sebenernya punya hati yang baik, Jess. Lo pasti bakal dapetin yang lebih baik dari gue suatu saat nanti."

"Itu pasti."

Tiba-tiba handphone Jessie berdering dan dia mengangkatnya. Gue gak terlalu memerhatikan karena sibuk memikirkan kejadian ini. Gue lega, gue beruntung karena akhirnya Jessie bisa mengerti akan perasaan gue.

"Calum, gue harus pulang sekarang. Gue gak bisa lihat keadaan Audrey hari ini, mungkin besok," katanya seraya membantu gue berdiri.

"It's okay, Jess. Lagipula Audrey harus istirahat."

Jessie meraih tangan gue dan tersenyum lembut. "Jaga Audrey. Gue yakin dia cewek kuat."

Gue pun gak bisa membalas apapun selain menyunggingkan seulas senyum. "Thanks for everything, Jess."

"Nah, thanks for everything, Calum."

××

tripel apdet woy!!1!1

gue kasih scene ini biar kalean taw sisi baik dr seorang jessie hehehe.

kasian la dia jg manusia wkwk

#stopbullyjessie

#prayforaudrey

#calumsinglelagi

#guehappyendingbersamalukey

7 days driver • cth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang