Audrey's
××
Kedua mata gue terbuka perlahan, dan langsung mengeratkan pelukan ke pinggang Calum saat merasakan hawa dingin pagi hari. Gue menaikkan selimut hingga sampai ke ujung kepala. Tubuh Calum menggeliat, membuat gue menahan tawa.
Gue pun mendongak untuk menikmati wajah Calum yang damai saat tidur. Tangan kanan gue merambat naik, menyentuh jidatnya yang keras. Kemudian meraba alisnya, merasakan tebalnya rambut alis Calum.
Lalu jari gue turun lagi, menyentuh hidung mancungnya dari pangkal ke ujung. Lagi-lagi gue menahan tawa karena melihat hidung jambunya.
Berikutnya jari gue menyentuh bibir tebalnya. Godaan yang mati-matian gue hindari mengingat status kita belum sah. Gue jadi gak sabar, nanti kalau udah nikah gue mau nyosor bibir dia hehehe.
"Udah puas grepe-grepe muka aku, yang?"
Tangan gue reflek meraup wajahnya, meremas-remasnya dengan gemas.
Yeu dasar karet gelang.
"Aduduh, iya-iya maaf, Drey!" pekik Calum mencoba melepaskan tangan gue.
"Salah sendiri bikin gue malu!" gue gak berhenti, masih terus meremas wajahnya dengan semangat.
Namun Calum segera meraih tangan gue dan mengecupnya pelan. "Biar gak nakal lagi."
Gue udah yakin pipi gue merah lagi. Jantung gue aja deg-degan sampai terdengar oleh telinga. Dan tiba-tiba Calum beranjak setengah menindih gue. Gue yang kaget langsung mendelik.
Jarak kami berdua sangatlah dekat. Terlalu dekat sampai-sampai bergerak sedikit saja, bibir gue dan Calum bisa menempel dengan sempurna. Kedua mata cokelat Calum menatap mata gue. Tajam, namun terdapat kehangatan di dalamnya.
Kemudian perlahan matanya turun, berhenti pada bibir gue.
"Aku berusaha mati-matian buat mengendalikan nafsu. Aku gak mau ngambil ciuman kamu sebelum kita sah." Tangan Calum yang tadi menahan tangan gue, terangkat naik untuk menyentuh bibir gue dengan jempolnya.
"Ini berharga banget. Sampai-sampai aku gak mau nyentuh dengan bibir aku sendiri karena aku harus menunggu momen itu tiba," kata Calum sambil tersenyum, "jadi ciumnya di sini aja."
Bibir Calum mendarat di pipi gue, tepatnya persis di bawah mata gue. Dia menciumnya dengan penuh kasih sayang. Membuat gue mati-matian untuk gak mengabsen satwa.
"Yuk, cari toilet buat mandi." Calum bangkit dan turun dari mobil kemudian meraih tangan gue.
"Mandinya sendiri-sendiri kan?" tanya gue agar gak ambigu.
Calum mencubit hidung gue. "Ya iya, sayang. Kamu mau mandi bareng aku? Aku sih yes."
"In your dream, Hood."
××
Gue dan Calum kini sedang menyaksikan adat pemotongan rambut gimbal penduduk Dieng. Karena kami berdua tidak membeli tiket paket, jadi kami terpaksa menonton dari luar pagar pembatas yang lumayan jauh. Namun beruntung juga karena kami duduk berada paling depan.
Sebelum gue duduk, Calum melepas sandal jepitnya untuk menjadi alas bokong seksi gue.
Daritadi mata gue gak pernah lepas dari Calum. Dia sangat ganteng hari ini. Kaos putih tanpa lengan, celana levis abu-abu selutut dilengkapi kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Dan highlight pirang di rambutnya menambah penampilannya jadi lebih fresh.
What a perfect boyfriend.
"Aku gak suka kacang, Calum," tolak gue berkali-kali karena dia terus menerus menyodorkan kacang rebus ke mulut gue.
"Tapi kok aku suka?"
"Iya kamu kan sodaraan sama Mr. Onyet."
"Oh iya, ya? Unyu hehehe."
Gue hanya memutar bola mata dan tak lama, prosesi adat pemotongan rambut gimbal dimulai secara sakral. Seperti biasa, Calum sedang melakukan fotografi abal-abalnya.
"Memori hp kamu cukup apa?"
Calum menoleh, "Aku simpen di laptop. Terus aku kasih nama foldernya 'Cal-Drey Fun Trip'."
Gue hanya membulatkan mulut membentuk huruf O. Setelah dua jam menonton, gue merasa bosan. Lagipula acaranya hampir habis. Jadi gue menarik kaos Calum.
"Kenapa?"
"Udahan yuk? Pantat aku pegel banget nih," kata gue sambil mengelus pantat.
Calum terkekeh, "Yaudah, yuk." Ia meraih tangan gue dan membawa gue keluar dari arena menonton upacara adat.
Kami berdua kini berada di tengah-tengah padang rumput yang luas. Gue dan Calum asik dansa-dansa, bernyanyi random, atau lari-lari bersama.
"Kita kayak anak kecil banget sumpah hahaha!"
"Biarin, selama itu bareng kamu, mau ngelakuin hal apa aja aku mau!"
Gue pun menyerah dan berhenti berlari. Napas gue tersengal-sengal namun senyum di bibir gue gak pernah memudar. Begitupula dengan Calum. Ia mengusap keringat yang turun dari pelipis gue.
"I love you," katanya. Udah 2 kali Calum melontarkan kalimat itu. Dan ya, sukses membuat jantung gue berdegup kencang.
"I love you too." Gue memeluknya dengan erat, "kamu mau tau do'a aku tadi malem?"
"Apa?" tanya Calum mengecup bahu gue.
"Gue berdo'a semoga sampai berapa kalipun kamu bilang 'I love you', efek yang ditimbulkan selalu sama."
"Kayak gini?"
Gue tersenyum atas pertanyaan Calum. Yang dia maksud adalah seperti ini; jantung gue yang berdetak kencang, pipi gue yang merona, dan mata gue yang berbinar-binar.
"Iya. Aku harap, kamu juga selalu ngerasain hal yang sama sampai kapanpun itu," kata gue. Calum mengecup kening gue dan gue bisa merasakan ia tersenyum.
"You wanna know whats the best thing in my life? It's the first word of this sentence."
Saat itu gue rela dikasih kata-kata manis sama Calum, karena sekarang gue gak harus terbebani sama perasaan gue. Karena, perasaan gue milik Calum seutuhnya, dan perasaan Calum milik gue seutuhnya.
××
ciaciaciaaaa
cheesy bgt part ini HAHAHAHAHAHAHA najisun gumoh sekampung!
TINGGAL 1 BONCHAP LAGI HABIS ITU END. BENER2 END. BUBAR. SELESAI. TAMAT!!!
soooo keep vomments yank <3
KAMU SEDANG MEMBACA
7 days driver • cth ✓
Fanfic🌿 [ft. Calum Hood] ❝Tentang Audrey yang jadi supir tujuh harinya Calum.❞ ________ ©yhahood 2017