Jealous?

1.5K 320 169
                                    

Calum's

××

Setelah membeli puding kesukaan Audrey, gue langsung menuju ke rumah sakit. Gila, daritadi gue senyum-senyum terus. 2 hari gak jenguk dia rasanya kayak 2 tahun, kangennya minta ampun.

Saat sampai, gue langsung menuju ke ruang rawat Audrey dan betapa terkejutnya gue menemukan anak Tante Liz sedang tertawa bersama Audrey.

Kalau gak salah siapa kemarin namanya ya?

Keduanya diam, tersadar akan kedatangan gue.

"Boleh masuk?"

"Iya," sahut Audrey. Gue meletakkan puding vanila di nakas meja.

"Calum, kata mama kita sahabat kan? Jadi kalian berdua sahabat aku dong!" kata Audrey dengan ceria sementara kening gue berkerut bingung.

"Maksudnya?"

"Dia temen TK aku dulu. Aku sama dia sering main bareng," jelas Audrey masih tetap mengukir senyum.

Gue melirik ke arah anak Tante Liz yang juga tersenyum. Jujur saja gue agak gak rela waktu Audrey bilang kalau gue dan Luke sekarang sahabatnya. Gue gak mau posisi gue tergantikan oleh siapapun.

"Lo inget dia?" tanya gue, menunjuk Luke.

"Iya, aku inget. Luke, lo mau mau puding?"

Oh oke.

Bahasa yang dipakai Audrey ke Luke santai-santai aja. Tapi dengan gue, Audrey memakai aku-kamu. Bukan aku-kamu yang.. you know, kayak orang pacaran. Tapi di telinga gue terdengar seperti bahasa sopan. Seakan gue adalah orang asing.

"Boleh."

Audrey mengambil puding dari gue dan menyodorkan satu cup ke Luke. Keduanya makan puding bersama, bahagia, selamanya.

Gak, gak.

Anjing gue mikir apaan sih!

Audrey bahagia selamanya harus sama gue.

Melihat mereka asyik makan puding bersama, gue memilih untuk mengambil kursi yang berada di sebelah ranjang dan membawanya ke depan TV, agak jauh dari mereka berdua.

Masih gue liatin nih.

"Pelan-pelan, Audy."

Oke Audy.

Nah, anjing kan! Ngapain coba barusan Luke megang bibir Audrey?! Haha, namanya orang modus mah gitu.

Liatin dulu, Cal. Kalo Luke nidurin Audrey, baru lo boleh bikin babak belur wajahnya.

"Calum, kamu gak ikut makan?" tanya Audrey.

Gue hanya menggeleng. "Gak."

Mata gue kembali melirik Luke yang menyunggingkan senyum miring ke gue.

Wah.

Wah ngajak single nih anak.

Baru gue mau nyemprot, tiba-tiba Tante Shava masuk sambil menenteng plastik kresek.

"Eh, ada Calum. Aduh, Tante beli makannya cuma satu doang buat Luke. Kamu gak ngasih tau mau kesini sih?"

Gpp tan gpp.

Gue tersenyum paksa. "Alah gak usah lah, Tan. Calum baru aja makan, udah kenyang."

kruyuk.. kruyuk..

Kenapa?

KENAPA PERUT GUE PAKE BUNYI ANJING?!

Semua orang yang berada di ruangan ini terdiam mendengar bunyi raungan dari perut gue.

"Hahaha, kamu laper lagi? Yaudah, Tante beliin satu lagi."

"Eh jangan, Tan!" gue mencegah Tante Shava. Yakali, gak enak lah bikin orang tua repot.

"Loh, kenapa?"

"Biar Calum aja yang beli. Tante di sini aja," kata gue berdiri. Gue kembali melirik Luke yang menahan tawanya.

Tawa aja udah tawa, sampe tai lo keluar tuh.

"Oh, yaudah kalo gitu."

Gue pun keluar dari ruang rawat Audrey dengan perasaan dongkol. Bener-bener ngajakin battle tuh anak. Dia gak tau aja kalo gue jago sabung ayam.

Di luar rumah sakit, gue mencari-cari warung makan pinggir jalan. Sampai mata gue berhenti pada satu tenda warung makan lamongan. Bebek goreng kayaknya sedap.

Gue pun mendatangi warung makan lamongan dan memesan satu bebek goreng lengkap dengan sambal dan lalapan. Gue mencari tempat duduk namun kedua mata gue tertuju pada sosok laki-laki berambut keriwil.

"Ashton?"

Laki-laki itu menoleh. Dia beneran Ashton ternyata.

"Weh, Lum. Ngapain di sini?" Ashton berdiri dan kami berdua melakukan tos ala anak cowok.

"Kan jenguk Audrey."

"Oh, iya. Lo baru pesen?"

"Iya nih, laper banget anjir," keluh gue mengelus perut.

"Haha sama kalo gitu. Yaudah duduk dulu."

Gue sama Ashton duduk dan berbincang-bincang ringan sampai pesanan kami berdua datang. Langsung saja gue menyikat habis karena perut yang sudah tidak tertolong lagi.

Selesai makan, seperti biasa gue mengambil satu puntung rokok dan menikmatinya. Sadap!

"Gimana keadaan Audrey?"

"Ngomongnya udah lancar. Tadi aja udah ketawa."

"Lah, dia udah inget sama lo?"

Gue tersenyum kecut, "Belum."

"Terus dia ketawa sama siapa?"

Anjir kesel kan gue inget si anak songong tadi.

"Temen TK-nya. Cowok."

"Lum?"

"Hng?"

"Lo cemburu."

Gue mengelak, "Apaan, kagak."

"Ketahuan banget sih anjing!"

Gue hanya tertawa renyah. Emang kelihatan banget ya?

"Sama temen TK gak lupa, sama gue lupa. Kenapa sih, dia bisa sampe lupa sama gue?"

Ashton menggeleng, "Gak tau gue. Lo tanya aja sama dokternya."

"Iya juga, gue belum sempet nanya detilnya. Ntar lah."

"Lum?"

"Lam Lum Lam Lum, Kulum? Kayak yang lain kek 'Cal'," sewot gue menghembuskan asap rokok secara kasar.

Ashton terkekeh, "Lo dapet saingan."

"Maksudnya?"

Dia berdiri kemudian menepuk bahu gue. "Si temen TK Audrey itu. Gue saranin lo buat pelan-pelan bikin Audrey inget karena kalau enggak, temennya itu bisa nyolong start."

Dan gue pun hanya terdiam memikirkan ucapan Ashton.

××

oke part ini receh sekali. cara nulis gue kenapa kembali lagi kayak "teka-teki" :-((((

emang ga jago bikin yg menye"

btw

mulmed asgskdnskdns

7 days driver • cth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang