H-6 (3)

2.1K 397 186
                                    

Calum's

××

Gue terbangun dan rupanya hari semakin petang. Hujan yang sedari tadi mengguyur kini sudah berhenti meski masih ada gumpalan awan hitam di langit. Selama kurang lebih 5 jam Audrey masih setia menyetir dan kini kami sudah memasuki kota tetangga. Gue udah minta gantian padahal, tapi dia gak mau dan bilang kalau dia mau menerima hukumannya dengan penuh.

Audrey masih fokus menyetir sambil memakan camilan keripik kentang dan kepalanya mengangguk-angguk mengikuti alunan musik.

"Kita mau makan apa, Cal?" tanyanya saat menyadari gue udah bangun.

"Bentar deh." Gue mengambil handphone kemudian membuka maps. Letak kota sekitar 2km lagi.

"2 kilo lagi sampe kota, Drey. Kita lihat-lihat aja warung pinggir jalan."

"Oke."

"Drey?"

Audrey menoleh. "Iya, Cal?"

Gue terdiam. Gue pun gak tau kenapa gue manggil Audrey. Gue mau ngomong apa coba? Ngomong kalo dia jangan terima Michael? Lah gila kali emang gue emaknya?

"Cal, lo kenapa?"

Gue tersenyum kecut. "I wish I had more time to be with you. Forever, we always stick togeth-"

"Calum, apa'an sih?"

"Hah?" gue menoleh.

"Lo ngelantur, Calum. Jelas itu karena laper," kata Audrey kemudian menancap gas lebih dalam, membawa mobil sedikit lebih cepat.

Emang tadi gue ngomong apa, ya?

Mendadak amnesia.

I wish that I could wake up with amnesia, kayak pernah denger tuh lagu tapi punya siapa gue lupa hehe.

Audrey menyetir dalam diam. Gue memilih untuk memakan keripik kentang sisanya Audrey. Dan gak lama, kami berdua akhirnya sampai di kota yang lumayan ramai.

"Eh, anjing lagi cipokan, Drey!" jerit gue histeris saat melihat sepasang kekasih berciuman di motor vespa mereka saat berhenti karena lampu merah.

"Mana, mana?"

"Itu tuh," tunjuk gue. Audrey menyipitkan kedua matanya.

"Oh iya, anjir! Kerjain bor!"

Gue memakai kacamata kemudian membuka kaca mobil dan sedikit menyembulkan kepala gue keluar.

"Woy, yang!"

Kedua orang itu terkejut dan kompak menoleh ke gue.

"Wah, macem-macem lo ya jadi pacar gue!" teriak gue lagi sambil menunjuk si cewek. Dia gelagapan dan langsung menggeleng-geleng.

"Dia pacar kamu, yang?" tanya si cowoknya.

"Enggak, yang, aku aja gak kenal dia," kata si cewek masih terlihat panik.

"Wah, lo udah gak ngakuin gue setelah kita menanam benih-benih cinta kita bersama, yang?!" pekik gue lagi kali ini lebih dramatis. Gue berusaha keras menahan tawa sementara di samping gue, Audrey udah ngakak parah.

"Yang, kamu udah tidur sama dia?" tanya si cowok, mulai marah. Haha mampus!

"Ng- enggak, yang. Aku gak kenal dia siapa." gue bisa denger si cewek mulai menangis ketakutan.

"Yaudah yang, gue mau sekarang kita putus! Kalo lo hamil, biar cowok lo itu yang tanggung jawab!" setelah berkata demikian, Audrey segera menancap gas. Pas banget lampu hijau menyala.

Gue menoleh ke belakang dan melihat si cewek menangis makin kencang sementara si cowok berusaha melepaskan pegangan pacarnya.

"Anjing, Calum! Hahaha parah lo parahhh!" Audrey tertawa keras memukul-mukul setir.

Gue pun ikut tertawa, "Hahaha lucu anjer! Mukanya kasian banget yang cewek!"

"Gila! Keknya dia beneran punya selingkuhan deh, Cal. Dia panik gitu waktu lo kerjain."

"Nah gue mikirnya juga gitu. Mampus deh paling bentar lagi ketahuan beneran."

"Gila emang, parah!"

"Hahaha!"

-

"Enak, Drey?"

Audrey mengangguk-angguk senang sambil menggigit tempe mendoannya. Seperti menurut peraturan, gue dan Audrey gak boleh turun dari mobil dan jadilah kami memesan makanan kepada si bapak penjual dan menyuruhnya mengantarkan.

"Nih." gue memberikan kuning telur untuk Audrey karena dia sangat menyukainya.

"Wah, makasih, Calum!" Audrey kembali makan dengan lahap.

Gue yang melihatnya pun tersenyum senang.

"Habhis inyih mo kemahah?"

"Telen dulu, anjir!" gue menonyor kepala Audrey.

Audrey dengan susah payah menelan makanannya. "Habis ini kita mau kemana?"

"Menara."

"Mau ngajakin bunuh diri, lo?" tanya Audrey kaget.

"Ga papa sih, kalo matinya bareng sama lo," jawab gue memberi cengiran.

"Ogah amat."

"Bullshit. Lo tuh ya, mau gue masuk neraka pun bakalan ikut. Iya 'kan? Gak usah mengelak."

"Haha! Sotoy!" Audrey menjewer telinga gue.

Setelah selesai makan, gue dan Audrey menuju ke menara. Di menara itu kita bisa lihat pemandangan kota dan kali ini gue harus melanggar peraturan lagi. Gue mengajak Audrey naik lewat lift.

Karena lumayan ramai, jadi gue dan Audrey berdiri di pojok depan dekat tombol. Dan posisi kami berdua sangat tidak terkondisikan. Wajah Audrey menghadap ke dada gue, sementara gue bisa mencium pucuk kepalanya. Gue bisa menghirup aroma lilac di rambutnya.

Setelah beberapa menit jantung gue dugem karena badan gue yang mepet sama badan Audrey, akhirnya pintu lift terbuka dan gue bisa bernapas lega.

Gue dan Audrey segera menuju ke pinggir untuk melihat keindahan kota. Kedua tangan Audrey menjulur keluar dari pagar besi dan menggerak-gerakkannya.

"Waaah, bagus banget!" pekiknya kegirangan. Gue pun ikut tersenyum.

"Masa sih? Pemandangan kayak gini tuh kalah," kata gue masih menatapnya.

"Kalah sama apa?"

"Bukan apa, tapi siapa."

Audrey menoleh, "Emang siapa?"

"Elo."

Semburat kemerahan muncul di kedua pipinya. Ini yang gue suka waktu godain dia. Audrey bakal kelihatan ngegemesin dan cantik kalau mukanya memerah karena malu seperti ini.

"Stop it, you dumbass," makinya kemudian memalingkan muka.

Gue ketawa senang. Tapi tiba-tiba handphone gue berdering. Segera gue mengambilnya dari kantung celana dan melihat caller id.

Jessie.

××

mpos ha! ditelpon pacar.

woy jam segini magrib2 gue ke guci buat renang anjer mana dingin bgt butuh pelukan ngh

7 days driver • cth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang