Home

1.5K 323 155
                                    

Audrey's

××

Calum kembali menjenguk gue setelah 2 hari terakhir ia kesini dan hari ini gue sudah diizinkan pulang oleh dokter. Gue bisa melihat raut wajahnya yang ceria langsung berubah malas ketika melihat Luke.

Gue gak tahu apa masalah mereka? Apa lagi berantem?

"Seneng bisa pulang, Drey?" tanyanya, berusaha menampilkan senyum.

Gue mengangguk. "Iya, aku seneng."

Mama kemudian masuk dan memberitahukan kalau Pak Sarif, supir Mama sudah menjemput. Gue dibantu Luke turun dari ranjang rumah sakit dan duduk di kursi roda.

Sementara tanpa disuruh, Calum sudah menenteng 2 tas pakaian gue. Gue menahan lengannya.

Dia menoleh ke gue dengan kedua alis terangkat.

"Makasih ya, udah mau bantu," ucap gue merasa tidak enak.

Calum terkekeh, "Santai, Drey. Ini bukan apa-apa."

Kami berempat pun keluar dari ruang rawat dengan Mama yang berjalan di samping gue, Luke yang mendorong kursi roda gue, dan Calum yang berada di belakang sambil menenteng 2 tas pakaian gue.

Gue masuk ke mobil dengan masih dibantu Luke, kemudian dia berkata, "Gue gak bisa nganter lo pulang, Drey. Ada perlu sama temen kuliah."

"Gak papa, Luke. Hati-hati ya?"

Luke tersenyum dan mengelus pucuk kepala gue sebelum ia pergi, membuat gue merasakan kedua pipi gue memanas. Entahlah, gue suka melihat senyumannya.

Kali ini giliran Calum yang melongokkan kepalanya di jendela mobil.

"Eumm, gue boleh ikut ke rumah lo, kan?" tanyanya, menggigit bibir bawahnya.

Gue tertawa renyah. "Boleh lah, kalo emang kita deket, ngapain kamu pake izin?"

Calum merengut, "Bisa gak sih pake gue-lo aja? Gue gak nyaman dengernya."

"Hehehe, iya iya. Lo.. naik mobil sendiri?"

"Iya."

"Yaudah, sampai jumpa di rumah." Calum mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala gue, seperti apa yang dilakukan Luke tadi.

Namun, gue merasakan ada sensasi aneh yang merambat di hati gue. Gue merasa apa yang dilakukan Calum barusan sudah menjadi hal favorit gue dari dulu. Berbeda dengan Luke, gue hanya menyukai senyumannya. Namun dengan Calum..., entahlah.

Gue hanya mengangguk canggung dan untunglah, Calum segera masuk ke mobilnya.

Diam-diam, gue menghembuskan napas yang beberapa saat lalu gue tahan.

-

"I'm home!!!"

Mbak Nining langsung lari tergopoh-gopoh dari belakang menghampiri gue. Ia langsung memeluk gue sangat erat sampai-sampai gue hampir terjatuh dari kursi roda.

"Astaga, Mbak, santai dong!" pekikku menepuk pelan bahunya.

"Aduduh, maaf, Non. Mbak kelewat seneng banget! Ya Allah maturnuwun, Non Audrey sampun diparingi kewarasan!" teriaknya girang. Gue, Mama dan Calum tertawa.

Kemudian Mbak Nining langsung mengambil alih 2 tas pakaian gue di tangan Calum dan membawanya ke kamar gue. Calum mendorong kursi roda gue menuju ke tangga.

Tanpa gue duga, Calum meraih tubuh gue dan menggendongnya ala bridal style. Kedua tangan gue reflek melingkar di lehernya.

Aduh, mana dia wangi banget lagi.

Tapi lumayan bisa ngendus.

Hm.

Sampai di kamar, dia meletakkan gue perlahan di ranjang kemudian menyelimuti kaki gue.

"Mau minta apa? Gue bikinin," tanyanya seraya duduk di samping gue.

"Susu? Yang rasa―"

"Vanila," potongnya cepat. Gue tersenyum dan mengangguk.

Calum pun turun lagi ke bawah untuk membuatkan gue susu. Sementara menunggu, gue meraih handphone gue yang tergeletak di nakas meja. Ada banyak banget chat dari temen, nanyain kabar gue. Karena malas membalas satu-satu, maka gue membuat status kalau gue sudah sembuh dan pulang.

Kemudian gue tertarik untuk membuka galeri. Dan seperti dugaan gue, galeri penuh sama foto selfie gue dan Calum.

Foto yang terakhir kali gue ambil adalah di sebuah akuarium raksasa sekitar 3 minggu yang lalu.

Gue mengusap wajah frustasi. "Kenapa gue gak bisa inget Calum sih?"

Tak lama, Calum masuk membawa segelas susu vanila hangat dan menyodorkannya ke gue kemudian dia duduk lagi di tepi ranjang.

Gue minum beberapa teguk.

"Lo sama sekali belum inget gue?" tanyanya.

Gue menatapnya dengan rasa menyesal. "Belum."

Calum tersenyum maklum, namun sorot di mata cokelatnya sedikit meredup. "Gak papa."

Kami berdua diam, sibuk bergulat dengan pikiran masing-masing hingga dering handphone gue berbunyi dari nomor yang tidak diketahui.

Gue memutuskan untuk mengangkatnya. "Halo?"

"Udah sampai di rumah?"

"Luke?" gue melirik ke Calum dan dia memalingkan wajahnya.

"Iya, ini gue. Minta nomer lo dari Tante Shava."

"Oh, oke."

"Yaudah, gue cuma mau memastikan kalo lo udah sampai rumah dengan selamat."

Gue terkekeh, "Makasih loh."

"Hehehe gue tutup ya? See you soon, Audy."

"See you too, Luke."

Gue mengunci handphone kemudian menatap Calum yang masih terdiam.

"Cal?"

Dia menoleh dan tersenyum. Kemudian sebelah tangannya terangkat dan mengelus pipi gue. Dan gue bersumpah! Kedua mata Calum berair, menatap gue dengan tatapan sendu.

"Please try to remember, Audrey. About me, about us. Karena semakin hari gue semakin diliputi rasa takut. Rasa takut kalau lo akan semakin menjauh dari gue."

××

makin lama makin gajetot kan? emang.

gue aja gatau ini nulis apaan HAHAHAHAHAHA

tapi harus tetep vomments! awas lu kalo ga pada vomments gue gentayangin lu!

hehe canda.

tp vomments beneran ya <3

7 days driver • cth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang