H-4

1.7K 346 137
                                    

Calum's

××

Audrey keluar dari toilet dengan wajah murung. Kedua matanya sayu, dan badannya kelihatan lemas.

"Sakit?" tanya gue dan Audrey hanya mengangguk sebagai jawaban.

Audrey period dan perutnya selalu sakit saat kedatangan tamu bulanan. Dia gak mau minum Kiranti atau obat apapun itu karena dia takut terkena kanker serviks karena bergantung dengan obat-obatan. Itu menurut dari acara tv kesehatan yang dia tonton.

"Yaudah, lo tunggu di mobil. Gue cari air hangat dulu." Gue menuntunnya masuk ke mobil dengan hati-hati. Berkali-kali Audrey mengaduh kesakitan dan kadang itu bikin mata gue berair karena sedih.

Gue jadi paham, kalau perempuan itu pengorbanannya besar banget.

Setelah menidurkan Audrey di jok mobil, gue pun pergi membawa botol aqua yang isinya tinggal setengah kemudian mencari air panas di minimarket. Setelah dapat, gue kembali ke mobil dan meletakkan botol aqua berisi air hangat itu ke perut Audrey.

Gue mengelus-elus perutnya dengan hati-hati, takut kalau tersenggol sedikit bisa membuat dia kesakitan.

Sekitar 15 menit gue membolak-balikkan botol itu di perut Audrey sampai akhirnya dia meminta gue buat membantunya duduk.

"Udah mendingan?"

"Iya. Makasih ya, Cal. Lo selalu sigap saat gue lagi period hehe."

Gue tertawa kecil, "Ya iyalah, kalo bukan gue siapa lagi?"

Audrey meninju lengan gue. Tentu aja gak ada rasanya. Orang dia lemes banget gini.

"Laper?" tanya gue.

"Iya. Makan apa ya?"

"Nasi Padang gimana?"

Wajah Audrey berubah cerah seketika. "Ih, mauuu. Gue udah lama gak makan Nasi Padang."

"Giliran makan aja langsung segar bugar gini," cibir gue.

"Namanya juga laper yeee."

Gue pun segera melajukan mobil untuk mencari Nasi Padang di sekitar sini. Tidak ada 10 menit, kami berdua menemukan warung Nasi Padang yang lumayan ramai. Gue dan Audrey turun dan memesan makanan.

Kami berdua makan dalam diam. Hal itu sudah menjadi kebiasaan dari dulu. Kita kan anak-anak manis.

"Drey, lo gak apa-apa?" Gue panik saat wajah Audrey kembali memucat dan keringat turun dari pelipisnya.

"Kok makin sakit ya, perut gue," katanya lirih seraya memegangi perutnya.

"Drey, ini gak baik. Kita harus ke dokter."

"Hah, gak ah. Gue gak mau."

"Audrey, kondisi lo bener-bener mengerikan banget!" Gue berlari ke kasir untuk membayar makanan yang masih tersisa seperempat setelah itu membantu Audrey masuk ke mobil.

"Calum, kita mau kemana?"

"Rumah sakit."

"HAH?! OGAH!"

"Audrey, please kali ini lo nurut sama gue."

"GILA KALI LO! Lebay amat sampe harus dibawa ke rumah sakit. Lagian ini juga udah biasa kali!" jeritnya. Gue tahu kalau Audrey takut banget sama rumah sakit. Dia gak pernah mau masuk ke rumah sakit.

"Tapi lo sakit, Audrey," desah gue frustasi.

"Cal, biasanya juga gini gak apa-apa kok. Dikompres air anget juga mendingan. Udah lah, pokoknya gue gak mau."

"Kalo lo ngebantah terus―"

"Kalo lo maksa, gue turun."

"Fuck!" Gue refleks memukul kemudi dan mengangkat kedua tangan tanda menyerah.

Gue mengusap wajah frustasi. "Terus sekarang gimana?"

"Cariin teh sama air anget. Ini udah dingin," kata Audrey memegang botol aqua tadi.

Gue pun mengalah dan keluar dari mobil kemudian kembali masuk ke warung Nasi Padang untuk membeli satu teh hangat dan meminta sedikit air hangat. Gue menjelaskan pada si Ibu pemilik warung kalau Audrey lagi sakit karena menstruasi dan dengan baik hati, si Ibu memberikan teh hangat dan air hangat ke gue secara gratis.

Setelah dapat, gue masuk ke mobil dan menyerahkan teh hangat untuk Audrey. Gue pun kembali meletakkan botol aqua berisi air hangat tadi ke perutnya.

"Cal?"

"Iya?"

Audrey menatap gue lurus-lurus. "Gue pingin ke pantai."

"Pantai mana? Yang kemarin?"

"Bukan. Gue pingin ke Pantai Anti Jones."

"Dua jam perjalanan, gak apa-apa?"

Audrey mengangguk mantap. Gue pun menuruti keinginannya yang sudah seperti ibu-ibu ngidam karena hamil. Gini kali ya, rasanya kalau gue nanti jadi suami Audrey hehe.

Gue melajukan mobil ke Pantai Anti Jones sementara Audrey tidur dengan nyenyak.

-

"Wuhuu!" Audrey berlari kecil di sekitar tepi pantai. Syukurlah, perutnya sudah tidak sakit lagi.

Gue yang melihat Audrey bisa ceria lagi tersenyum lega.

"Come here, Hood! Don't waste your time!" teriaknya girang seraya mencipratkan air laut menggunakan kaki telanjangnya.

Gue pun berlari mendekati Audrey dan kami berdua bermain air hingga badan kami basah kuyup.

"Ini seru banget hahaha!" Audrey berputar-putar memegang tangan gue. "Darling, hold my hand. Oh, won't you hold my hand...,"

Audrey dan gue melakukan gerakan berputar seperti orang berdansa.

"Cause i don't wanna walk on my own anymore, won't you understand?"

Kami berdua tertawa keras dan berakhir berpelukan. Gue memeluk tubuh Audrey yang dingin karena air laut dengan erat dan menenggelamkan wajah gue di lekukan lehernya.

Jantung gue berdentum-dentum keras tak terkendali saat merasakan jantung milik Audrey berdegup kencang.

Gue bahagia. Gue berharap bisa seperti ini selamanya.

Namun, sebuah suara menginterupsi kebahagiaan kami berdua.

"C-calum!"

Dan di situlah sosok Jessie berdiri dengan mata yang berair.

××

dobel apdet eak

kog sedih ya makin kesini makin sepi :-( ini udah mulai masuk konflik loh :-(

7 days driver • cth ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang