BAGIAN 10 : Kuasa Hukum

16.2K 2.8K 253
                                    

ENAND

Ceria tengah berjalan menuju kelasnya sambil menenteng baju olahraga dan pouch-nya, ketika sebuah kotak susu cokelat mendadak muncul di hadapannya.

Langkahnya terhenti, diikuti matanya yang berbinar ketika mengetahui bahwa yang mengulurkan minuman itu adalah Sakta, yang kini berdiri di belakangnya. Tanpa menunggu lama, disambutnya minuman kesukaannya itu sambil tersenyum.

"Goceng," ucap Sakta, yang langsung membuat senyum Ceria luntur.

Sebuah pukulan hinggap di lengan Sakta. Namun alih-alih kesakitan, Sakta justru tertawa bahagia seolah pukulan itu adalah wujud kalimat "I love you."

"Dasar! Kamu tuh nggak ada so sweet so sweetnya!" omel Ceria, yang dibalas cengiran oleh Sakta.

"Tapi makasih, ya..." Ceria menancapkan sedotan ke lingkaran silver di kotak susu itu, lalu meminum isinya.

"Seger banget lo, Cer. Lo ganti baju, sekalian mandi ya?" tanya gue, yang ketika mendekat ke sisinya, mencium aroma khas buah-buahan.

"Elo kali, kamar mandi sekolah dipake buat keramas gara-gara air kos lo mati!"

Gue menyeringai, kemudian menatap pouch transparannya yang berisi sabun muka, bedak, dan peretelan rempong ala cewek lainnya. "Eh bagi itu dong, hand body."

"Ada di tas gue. Masuk aja, yuk!" ajak Ceria sambil menggandeng tangan Sakta, sementara gue mengekor di belakangnya.

Suasana kelas udah cukup ramai saat kami memasuki kelas. Terbentuk kelompok-kelompok kecil tengah mengobrol di berbagai sudut. Beberapa dari mereka terlihat lelah sehabis mengikuti kelas olahraga.

"Olahraga apa sih tadi? Kok kayaknya pada teler semua gitu?" Sakta bertanya, kemudian menduduki kursi di samping Ceria yang kebetulan masih kosong.

"Atletik," jawab Ceria sembari mengambil botol lotion dari dalam tasnya, mengeluarkan isinya sedikit untuk dirinya sendiri, lalu memberikannya ke gue.

Saat mengoleskan lotion itu ke tangan, tanpa sengaja gue mendengar selentingan obrolan dari beberapa anak.

"Gila, nih badan besok bakal kerasa pegel-pegelnya. Pak Tri kalo ngajar udah kayak militer," keluh salah satu cewek yang duduk di dekat jendela sambil meregangkan tubuhnya.

"Lo denger 'kan yang tadi? Ini tuh gara-gara ada yang ngaku-ngaku dilecehin gitu sama Pak Faruz," sahut cewek di sebelahnya.

"Masa' sih anak kelas kita?"

"Katanya si Lina sih gitu. Dia 'kan ponakannya Pak Faruz. Katanya, om-nya ada salah paham sama cewek yang suka nggak mau pasangan sama cowok. Padahal ya nggak diapa-apain."

Mendengar itu, gue seketika menoleh.

Kemudian cewek itu bicara lagi, sambil melirik ke salah satu cewek yang duduk dan terdiam, selang satu meja di belakangnya, Khayana. "Atau tuh cewek mancing kali. Diem-diem ternyata gatel."

"Jangan-jangan dicolek doang, bilangnya pelecehan?" Kini suara agak berat menyahut. Rupanya Agi baru aja memperagakan perkataannya dengan mencolek teman sebelahnya. Keduanya pun melirik sinis ke arah Khayana.

"Tau nggak sih, Na... gara-gara Pak Faruz cabut, tim basket yang mau turnamen jadi kacau nggak ada coach-nya! Kita udah cocok sama dia!" tukas Riko, si anak basket yang kini mendekat ke arah Khayana.

Gue menyapu sekeliling, tampak seisi kelas tengah menatap ke satu arah dengan tatapan kesal dan mengintimidasi. Kasak-kusuk menyebalkan lain juga semakin menggema di seluruh ruangan. Sementara Khayana hanya bisa diam tertunduk sambil meremas tangannya.

GENANDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang